Saturday, January 7, 2017

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR: ACARA II PENGUKURAN KELERENGAN PADA TIPE LAND USE

Tags

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Topografi adalah bentuk permukaan tanah dilihat dari kemiringan lereng dan beda tinggi. Topografi berpengaruh terhadap aliran air dipermukaan tanah (runoff) dan erosi. Kemiringan lereng adalah unsur topografi, makin mereng lereng mamin besar laju runoff makin besar erosi. Jika kemiringn lereng meningkt 2 kali maka erosi meningkat 2-2,5 kali (Arsyad, 2000). Unsur topografi lainnya panjang kereng. Pengaruh panjang lereng ditentukan juga oleh intensitas hujan. Erosi meningkat dengan meningkatnya panjang lereng untuk intensitas hujan tinggi, jik intensitas hujan rendah erosi menurun (Baver, 1956). Jika runoff terjadi disepanjang lereng, laju runoff pada lereng bagian bawah makin besar, akibatnya akumousi runoff makin besar.
Kartasapoetra (1986) mengatakan Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff.  Kemiringan lereng (slope) merupakan suatu unsur topografi dan faktor erosi.  Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi diberbagai tempat yang disebabkan oleh gaya-gaya eksogen dan endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi.
Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau derajat.  Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10 %.  Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 45 derajat.  Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air.  Jika kemiringan lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak.  Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak.  Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000).
Wiradisastra (1999) melaporkan bahwa lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan panjang lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%) memiliki pengaruh gaya berat (gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng agak curam (15-30%) dan landai (8-15%). Hal ini disebabkan gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal.  Gaya berat ini merupakan persyaratan mutlak terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation).
Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat dalam memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin besar pula.  Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka aliran permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring dengan semakin curamnya lereng.  Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada lereng 30-45%.  Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan organik rendah, tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam.  Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut (Hardjowigeno, 1993).
Land use adalah kelompok tumbuhan/ tanaman yang tumbuh pada suatu lahan menurut status peruntukan pada lahan. Termasuk tipe land use: kebun, ladang, padang rumput, hujan, semak belukar, lahan terbuka, dll. Vegetasi adalah kelompok tumbuhan / tanaman yang tumbuh pada suatu lahan menurut karakteristiknya menutup permukaan tanah. Termasuk tipe vegetasi: lahan terbuka, padang alang-alang, padang rumput, semak belukar, hutan, kebun sayur, kebun sawit, karet,dll. Land use atau vegetasi merupakan faktor erosi. Dari segi erosi, peran faktor ini sama.
Pengaruh vegetasi terhadap erosi: 1) intensepsi air pada tajuk,2) melindungi tanah dari pukulan air hujan, 3) mengurangi laju dan kekuatan runoff, 4) akar tanaman meningkatkan poroositas tanah, 5) memberi mulsa dan bahan organik pada tanah. Pengaruh vegetasi juga tergantung pada pase budidaya tanaman seperti fase persiapan lahan, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan vegetatif maksimal, msa panen dn masa bera. Efektifitas vegetasi dipengarui jug oleh tipe tajuk seperti: daun lebar, daun sempit, tumbuhan tegak, mermbat, persen komunitas tanam.
1.2         Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk :
1.             Mengukur panjang lereng dan kemiringan lereng pada tipe land use, mengamati dan mencatat data lingkungan sekitar
2.             Mengambil sampel tanah dengan ring sampel (andisturb sample) dn sampel tanah terganggu (disturb sample)
3.             Sebagai persiapan data dalam acara 3.



BAB II
METODELOGI

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat, jam 08.00 wib sampai dengan selesai di laboratorium ilmu tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
2.1.       Bahan dan Alat
Cangkul, klinometer, meter gulung, mistar, ring sample, kantong plastik, karet, pisau lapangan, alat tulis.
2.2.       Metodelogi
1.             Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok atau pershif
2.             Masing-masing kelompok mengmbil data pada tife land use, seperti: mengukur persen kemiringan lereng, pnjang lereng, mengambil contoh tnah dengn ring sampel dan contoh tanah biasa.
3.             Mengamati lingkungan sekitar, seperti: usaha konservasi, topogrfi, perkiran persen rumput menutupi permukaan tanah.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.       Hasil Penilaian
Tabel 1. Klasifikasi nama topografi menurut sudut lereng dan beda tinggi.
No
Topografi
Sudut lereng
Beda tinggi
1
Datar
0-2
<5
2
Berombak
3-7
6-50
3
Bergelombang
8-15
51-75
4
Berbukit Lemah
16-30
76-200
5
Berbukit Kuat
31-60
201-500
6
Bergunung
>60
>500

Tabel 2. Hasil pengukuran kelerengan pada tipe land use
No
Tipe land use
Lereng (%)
Panjang Lereng L (m)
Unsur Konservasi P
Topografi
Perkiraan % rumput menutup permukaan tanah
1
Hutan
30% (200)
10
1
Bergelombang
20%
2
Kebun Sawit
30 % (260)
27
sering dibawahnya
Berombok
45%
3
Lahan Semi Terbuka
70% (400)
1
1
Bergelombang
1%


3.2.       Pembahasan
Mengetahui besar kemiringan lereng adalah penting untuk perencanaan dan pelaksanaan berbagai kebutuhan pembangunan, terutama dalam bidang konservasi tanah dan air antara lain sebagai sebagai suatu faktor yang mengendalikan erosi dan menentukan kelas kemampuan lahan.
Informasi relief ini diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur secara renggang. Informasi relief secara absolut diperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang merupakan ketinggian garis tersebut diatas suatu bidang acuan tertentu.  Bidang acuan yang umum digunakan adalah bidang permukaan laut rata-rata.  Untuk dapat menggambarkan bentuk relief permukaan bumi secara akurat, dapat ditempuh dengan menggambarkan garis kontur secara rapat sehingga relief yang kecil pun dapat digambarkan dengan baik.  Untuk itu, interval kontur harus dibuat sekecil mungkin (Purwohardjo, 1986).
Pengukuran kelerengan pada tipe land use diambil dari 3 titik sampel yang pertama hutan dengan lereng 30% dengan panjang lereng sekitr 10 m. Usaha konservasi yng dilakukan pada hutan ini tidak ada yang artinya memiliki nilai 1 dengn bentuk topografi bergelombang. Kelompok land use atan tumbuhn yang adalah hutan tersebut seperti semak belukar, pohon dan rumput. Perkiraan % rumput menutup permukaan tanah yang ada didalam hutan adalah 20%. Dalam titik sampel yang pertama ini masih dapat melingdungi tanah dari pukulan air hujan.
Titik sampel yang kedua dengan pengukurn yang dilakukan dibwah kebun sawit dengan kelerengan 30% dan panjang lereng 27 m. Usha konservasi yang dilakukan untuk menghalangi air hujan mengangkut tanaha dengan menggunakan parit atau sirign dibawah nya. Topografi berombak dengan perkiraan rumput menutup permukaan tanah 45% ini berarti masih rapat rumput yang terdapat dibawah sawit menutup tanah.
Titik sample yang terakhir adalah lahan semi terbuka dengan keadaan lereng 70% dan panjang lereng sekitar 1 meter. Namun di titik sampel yang ketiga ini belum dilakukan usaha konservasi sehingga terjadinya erosi yang berkelanjutan sedewasa ini banyaknya tanah yang terkikis dan membentuk parit akibat dibawah air hujan. Topografi dititik sample ke 3 ini bergelombang denga penutup tanah yang adalah hanya 1 % dan ini juga yang menyebabkan tanah banyak yang terbawah.
Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan panjang lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%) memiliki pengaruh gaya berat (gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng agak curam (15-30%) dan landai (8-15%). Hal ini disebabkan gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal.  Gaya berat ini merupakan persyaratan mutlak terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra, 1999).
Dalam hasil penelitian Fitri (2011) ia melaporkan bahwa perhitungan besarnya erosi yang terjadi menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan lereng, erosi yang terjadi juga semakin besar. Tingkat bahaya erosi pada lahan hutan sangat rendah pada semua kelerengan, sedangkan penggunaan lahan untuk kebun campuran, tegalan dan semak belukar menunjukkan bahwa pada lahan dengan kelerengan 0-3% memiliki tingkat bahaya erosi rendah, pada kelerengan 3-8% memiliki tingkat bahaya erosi sedang, sedangkan pada kelerengan 8-15% tingkat bahaya erosi juga sedang.




BAB V
PENUTUP

5.1         Kesimpulan
Pengukuran panjang lereng dan kemiringan lereng pada tipe land use dilakukan pada tiga titik sample yang pertama di dalam hutan, kebun sawit, dan lahan semi terbuka dengan menggunkan alat seperti klinometer, dll. Serta mengamati lingkungan sekitar seperti vegetasi penutup tanah. Dari ketiga sample dibawah sample tanah kemudian dibawah kelaboratorium. Perhitungan besarnya erosi yang terjadi menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan lereng, erosi yang terjadi juga semakin besar



DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Fitri, R. 2011. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi Berbasis Land Use Dan Land Slope Di Sub Das Krueng Simpo. Lentera. Vol. 11. No: 1.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Kartasapoetra, A. Gunarsih. 1986. Klimatologi: Pengaruh Iklim TerhadapTanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Purwohardjo, U.U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C-Pengukuran Topografi. Jurusan Teknik Geodesi ITB. Bandung.
Salim, E.H. 1998. Pengelolaan Tanah. Karya Tulis. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.



EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system