LAPORAN
PRATIKUM
PRODUKSI
TANAMAN PANGAN
Survei Aplikasi Teknologi Budidaya
Tanaman Pangan (PADI)
DISUSUN
OLEH :
Nama
Npm
Shift
Dosen Pengampu
Coass
|
:
:
:
:
:
|
Eldza Herminia Ramadani
E1J014139
Jumat (10:00 Wib)
Reny
Sustriani
|
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
KATA PENGANTAR
Produksi
tanaman pangan adalah mata kuliah wajib pada program studi Agroekoteknologi
dengan kode AGT-310 dengan bobot 3 ( 2-1) yang nantinya bertujuan untuk
mahasiswa agar dapat membandingan pertumbuhan dan hasil pengamatan survei
dengan pratikum yang telah di laksanakan kegiatan ini dapat meningkatkan
kemampuan mahasiswa dengan aspek psikomotorik ( keterampilan ) serta pemahaman
teoritis dari pratikum. Terima kasih kepada kelompok tani lembak lapa yang
beralamat kelurahan semarang dan kecamatan sungai serut yang telah
meluangkan waktunya untuk saya wawancarai
DAFTAR ISI
I.
Tujuan 1
II.
Dasar Teori 1-3
III.
Metode Percobaan 3-4
IV.
Hasil Dan Pembahasan 4-10
V.
Kesimpulan 10
VI.
Daftar Pustaka 11
I.
Tujuan
Agar mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang di dapatkan di bangku kuliah dan di lapangan serta
mempraktekanya yang bertujuan meningkatkan hasil tanaman yang di budidayakan
II.
Dasar
Teori
Indonesia
selama ini dikenal sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah, sehingga sangat potensial untuk pengembangan usaha agribisnis di era
globalisasi saat ini. Usaha ini diharapkan mampu memberi kontribusi besar
terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian. Pembangunan sektor
pertanian sebagai sektor pangan utama di Indonesia sangat penting dalam
pembangunan Indonesia. Hal ini karena lebih dari 55% penduduk Indonesia bekerja
dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian dan tinggal di pedesaan
(Notarianto, 2011)
Padi
merupakan komoditas yang strategis dan penting, sehingga produksinya dari
tahunke tahun harus terus meningkat seiring dengan perkembangan penduduk yang
semakin pesat. Pemerintah telah menetapkan tujuan pembangunan tanaman pangan
untuk menjawab tantangan global yang ada yaitu : (1) meningkatkan produksi tanaman
pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, (2) meningkatkan
kesempatan kerja dan berusaha, (3) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani serta pelaku agribisnis lainnya terutama di pedesaan (Kasim, 2004).
Sepanjang
sejarah Indonesia, peran ekonomi, sosial, dan geopolitik mempengaruhi
pertumbuhan produksi padi. Sistem produksi padi ini pun sangat rentan terhadap
penyimpangan iklim. Berdasarkan hal tersebut, beberapa hal yang mendasar dari
perkembangan sejarah pertanaman padi memberikan tantangan dan arah produksi
serta sistem yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk yang sangat besar, saat ini
sudah berkisar 250 juta jiwa, tentunya tidak mudah untuk memenuhi kecukupan
pangan beras yang saat ini semakin terdesentralisasi serta membutuhkan dana
besar. Koordinasi yang melibatkan institusi lintas kementerian dan lintas
daerah tidaklah cukup, peran petani dan kelembagaan petani yang telah ada perlu
diberdayakan dan terus dikembangkan (Irawan, B. 2005.)
Tanaman
padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi
makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan
komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan
pangan penduduk. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus
utama dalam pembangunan pertanian. Menurut data BPS (2013), konsumsi beras pada
tahun 2013 mencapai 139 kg kapita-1 tahun-1 dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa,
sehingga konsumsi beras nasional pada tahun 2011 mencapai 34 juta ton.
Kebutuhan akan beras terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk
yang lebih cepat dari pertumbuhan produksi pangan yang tersedia.
Laju
peningkatan produktivitas padi sawah secara nasional dalam beberapa tahun
terakhir cenderung melandai. Bahkan di beberapa lokasi produktifitasnya
cenderung turun disertai merosotnya kualitas hasil. Data BPS menyebutkan bahwa
pertambahan produksi padi nasional tahun 1974 sampai dengan 1980 sebesar 4,8%
per tahun, sedangkan pada dekade 1981-1990 sebesar 4,35%. Angka tersebut
kembali turun pada dekade 1991-2000 menjadi sebesar 1,32%. Peningkatan
produktivitas atau ratarata produksi padi perhektar secara nasional juga
mengalami penurunan. Rata-rata peningkatan produktivitas padi secara nasional
tahun 1973-1980 adalah 0,29% tahun 1981-1990 sebesar 3,03%, sedangkan pada
tahun 1991-2000 mengalami penurunan menjadi 1,15%, bahkan pada beberapa tahun
bernilai negatif (Susanto, 2003).
Faktor
yang berpengaruh dalam fluktuasi hasil padi cukup beragam baik secara eksternal
maupun internal. Faktor internal biasanya berkaitan dengan varietas yang
dibudidayakan. Faktor eksternal berkaitan dengan manajemen lingkungan misalkan
iinput pupuk. Efisiensi penggunaan hara pupuk adalah bagian yang sangat penting
dalam sistem pertanian padi intensif. Sistem ini disamping menghasilkan
efisiensi agronomi, juga dapat meningkatkan efisiensi ekonomis dan memberi
dampak positif bagi kesehatan lingkungan (karena penggunaan hara/pupuk menjadi
lebih rasional dan terkendali). Waktu dosis pemupukan akan menjadi lebih
efisien dan efktif karena pupuk N hanya diberikan saat diperlukan tanaman
(Mudjisihono, 2004).
Faktor
eksternal yang sering menjadi penghambat dalam budidaya adalah adanya serangan
dari OPT. Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produktivitas padi adalah
kerusakan yang disebabkan oleh serangan penggerek batang padi. Di Indonesia ada
enam jenis yaitu penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata), penggerek
batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), penggerek batang padi merah jambu
(Sesamia inferens), penggerek batang padi bergaris (Chilo supressalis),
penggerek batang padi Chilo polychrysus dan penggerek batang padi Chilo
auricilius (Kalshoven, 1981). Gejala serangan pada tanaman padi fase vegetatif
disebut dengan sundep dan pada fase generatif disebut beluk. Pada fase
vegetatif awal sampai mencapai kerusakan hingga 30% tidak akan menyebabkan
kehilangan hasil terutama bagi varietas yang mampu membentuk anakan banyak
selama fase vegetatif dan selanjutnya menjadi anakan produktif.
Hama
yang lain biasanya adalah keong mas, hama ini menyerang saat tanam padi sawah.
Habitat sawah sesuai bagi perkembangan keong mas dan populasinya meningkat
dalam waktu yang relatif cepat, sehingga cepat pula merusak tanaman padi. Oleh
karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan peliharaan menjadi hama
padi. Pada tingkat serangan yang berat, keong mas mampu merusak banyak rumpun
tanaman padi, sehingga petani harus menyulam atau mananam ulang. Luas areal
pertanaman padi yang dirusak keong mas pada tahun 2007 mencapai lebih dari
22.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).
Peningkatan
produktifitas dapat dicapai jika ada upaya intensif dan perhatian lebih dari
segala bidang pengembangan padi. Optimasi produktivitas padi di lahan sawah
merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini
sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini
masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata hasil 4,7 t/ha,
sedangkan potensinya dapat mencapai 6 – 7 t/ha. Belum optimalnya produktivitas
padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh; a) rendahnya efisiensi
pemupukan; b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit; c) penggunaan benih
kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif; d) kahat hara K dan
unsur mikro; e) sifat fisik tanah tidak optimal; f) pengendalian gulma kurang
optimal (Makarim, 2000). Berdasarkan
permasalahan ini perlu diketahui bagaimana praktik pembudidayaan tanaman pangan
terutama padi. Hal ini berkaitan dengan manajemen budidaya dalam rangka
optimalisasi hasil padi.
Kendala
dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah
kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air. Konversi lahan pertanian
untuk kegiatan non pertanian terutama di Jawa menyebabkan produksi pertanian
semakin sempit. Dalam hal ini, sektor pertanian menghadapi tantangan untuk
meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan.
Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatan efisiensi pertanaman
melalui pengaturan sistem tanam dan mengefisienkan umur bibit di lahan
persemaian. Pengaturan sistem tanam dan umur bibit yang tepat, serta penggunaan
varietas unggul padi selain efektif dalam pertumbuhan tanaman juga efisien
dalam waktu dan mendapatkan produktivitas yang optimal( Anggraini, 2013).
Tanah
sawah yang ditanami padi tiga kali setahun, yakni padi-padi-padi, akan
tergenang terus-menerus sepanjang tahun. Sawah dengan pergiliran tanaman
padi-padi-palawija, setiap tahunnya mengalami masa tergenang yang lebih lama
dibandingkan dengan masa kering. Sedangkan sawah dengan pola tanam
padi-palawija-bera, mengalami masa tergenang lebih singkat dibandingkan masa
keringnya. Akibat adanya perbedaan pola tanam, yang menyebabkan perbedaan
lamanya penggenangan tersebut, maka terjadilah perbedaan sifat-sifat morfologi
tanah sawah. Sifat-sifat tanah sawah, termasuk sifat morfologinya, juga berubah
setiap musim akibat penggunaan tanah yang berbeda (Al-Jabri, 1990).
Umur
pindah bibit tanaman padi harus tepat untuk mengantisipasi perkembangan akar
yang secara umum berhenti pada umur 42 hari sesudah semai, sementara jumlah
anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50 hari sesudah semai
(Astri, 2007). Penanaman bibit muda memiliki beberapa keunggulan, antara lain
tanaman dapat tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak dan
perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi dan cepat
pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman (BPTP
Jambi, 2009).
Budidaya
tanaman padi dilakukan pada sawah irigasi teknis, sawah irigasi sederhana,
sawah tadah hujan, lahan rawa, lahan tegal, dan lahan pasang surut. Lahan sawah
merupakan tempat tumbuhnya tanaman padi yang utama. Budidaya padi di sawah
irigasi dilakukan dua kali dalam setahun, bahkan pada lahan sawah yang sulit
pengaturan drainasenya dilakukan penanaman padi tiga kali dalam setahun,
dikenal densan IP Padi 300. Permasalahan yang terjadi dilapangan penanaman padi
yang terus-menerus dilakukan dengan varietas yang sama, akan berakibat terhadap
penurunan produktivitas. Varietas telah lama dikembangkan lambat laun akan
terjadi masalah yaitu terhadap serangan hama penyakit tanaman, selain itu
terjadi penunrnan produktivitas, walaupun penumnan akibat banyak faktor (
Suharno et al, 2010).
Kebutuhan
air pertanian meliputi kebutuhan air konsumtif tanaman, efisiensi irigasi,
pengolahan awal tanam dan laju perkolasi separuhnya dipenuhi oleh curah hujan,
sedang separuh lainnya dari irigasi. Kebutuhan air irigasi ini dipenuhi dari
aliran sungai dan waduk dalam keadaan tanpa kendala, yaitu pada musim hujan
atau segera sesudah musim hujan. Pemberian air irigasi adalah 0,54
liter/detik/ha selama masa tumbuh tanaman dan 100-150 hari atau setara dengan
kebutuhan air sebesar 5.750 m3/musim tanam/ha. Dengan pertimbangan hal
tersebut, kebutuhan air pertanian sepenuhnya ditentukan oleh potensi sumberdaya
air wilayah (Swastika, 2007).
Pengendalian
hama penyakit pada padi sawah diharapkan menggunakan prinsipprinsip dalam
pengendalian hama terpadu. Keberhasilan usaha penerapan konsep pengendalian
hama dan penyakit kepada petani tidak bergantung dari penyuluh atau tempat yang
memberi bimbingan mengenai pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit akan
tetapi juga bergantung kepada petani sebagai penerima dan pelaksananya
(Natawigena, 1990).
Peningkatan
produksi pertanian di Wilayah Indonesia lebih dititik beratkan pada peningkatan
produktivitas dibandingkan dengan penambahan luas lahan. Pemerintah daerah
dalam melakukan perhitungan produksi tanaman padi menggunakan cara yang dikenal
sebagai tanaman pangan. Hasil menentukan tingkat produksi secara keseluruhan.
Pengetahuan tentang variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi hasil padi,
dapat digunakan sebagai perencanaan dan evaluasi terhadap program pembangunan
pertanian daerah untuk lebih meningkatkan produksi pertanian. Penanganan faktor
produksi saat proses penanaman dan perawatan seperti jumlah bibit, jumlah rumpun
penanaman, pupuk yang digunakan, obat-obatan, penanganan organisme penggangu
tanaman (OPT), serta pengetahuan petani mempunyai pengaruh terhadap hasil
pertanian. Hal ini tentu memberikan dampak langsung terhadap hasil ubinan padi
yang dilakukan. Pengetahuan petani yang minim tentang ubinan dan faktor
produksi yang mempengaruhinya membuat produktivitas tanaman padi tidak
meningkat secara signifikan (Wirawan, 2014).
III.
Metode
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
lapangan (survei) ini adalah alat tulis,
Narasumber, dan Kamera.
Prosedur
Pelaksanaan :
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pada survey ini adalah:
1.
Menentukan komoditas yang akan dilakukan pengamatan
pertumbuhan gulma.
2.
Melakukan survey lokasi lahan persawahan semarang
3.
Setelah mendapatkan izin, praktikan datang ke lokasi
persawahan
4.
Melakukan wawancara langsung kepada ketua kelompok
tani serta anggotanya
5.
Mencatat seluruh hasil wawancara dan pengamatan
langsung di lapangan.
6.
Melakukan dokumentasi dalam bentuk foto petani dan
praktikan.
7.
Melaporkan hasil kegiatan survey.
VI. Hasil
dan Pembahasan
4.1
Hasil
DAFTAR
PERTANYAAN SURVEI LAPANGAN PRATIKUM PTP
NO
|
PEUBAH PENGAMATAN
|
HASIL LAPANGAN
|
1.
|
Nama
petani
|
Burhan
|
|
Pendidikan
|
SLTA/sederajat
Penyuluhan
BPTP
|
|
-formal
|
|
|
-pelatihan
(dsb)
|
|
|
Usia
|
62
|
|
Alamat
petani
|
Bengkulu
Tengah
|
|
Alamat
lahan
|
kec.
Sungai serut
kel.
Semarang
|
|
Jenis
komoditas
|
Padi
|
|
Luas
usaha tani
|
0,5
ha
|
|
Status
usaha tani
|
milik
sendiri
|
|
Status
lahan
|
Penggarap
|
|
Usaha
lainya
|
-
|
|
Jumlah
tenaga kerja
|
Menggunakan
tenaga keluarga (2)
|
2.
|
Pembukaan
lahan
|
|
|
a. Alat
Dan Mesin pembukaan lahan
|
hand
traktor
|
|
b. Bentuk
lahan
|
persegi
|
|
c. Ketinggian
tempat
|
|
3.
|
Pengolahan
tanah
|
|
|
a. Alat
dan mesin pengolahan tanah
|
hand
traktor
|
|
b. Jenis
tanah
|
|
4.
|
Pembibitan
|
|
|
a. Alat
dan Mesin Benih
|
Manual
|
|
b. Varietas
Benih
|
Benih
Mikongga
|
|
c. Waktu
benih
|
|
5.
|
Penanaman
a.
Alat dan mesin penanaman
b.
Penentuan pola tanam
c.
Pembuatan lubang tanam
d.
Jarak tanam
|
Manual
LEGOWO
Menggunakan
Tali
25
cm
|
6.
|
a. Alat
dan Mesin pemeliharaan
|
mekanis
|
|
b. Penyulaman
|
4
HST
|
|
c. Pengairan
Dan Penyiraman
|
Irigasi
|
|
-Waktu
|
17
hari
|
|
d. Pemupukan
|
|
|
-Jenis
Pupuk
|
Ponska
dan Urea
|
|
-
Dosis Pupuk
|
200
kg
|
|
-Usia
tanaman di pupuk
|
1.
setelah tanaman 4 hari
2.
menjelang berbunga
|
|
e. Penyiangan
|
Arit
dan tleser
|
|
f. Pembubunan
|
|
|
g. Nama
gulma
|
teki-tekian
|
|
h. Pengendalian
gulma
|
|
|
i.
Nama hama dan penyakit menyerang
tanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang
|
Walang
Sangit dan Tikus
|
7.
|
Pemanenan
|
|
|
a. Alat
dan Mesin pemanenan
|
Arit
dan tleser
|
|
b. Ciri
dan Umur panen
|
Daun
padi mulai mengguning
|
|
c. Cara
Panen
|
Memotong
pangkal rumpun padi
|
|
d. Perkiraan
produksi
|
3,5
ton
|
|
e. Berat
Bernas
|
|
|
f. Berat
hampa
|
|
8.
|
Pengolahan
Hasil
|
|
|
a. Alat
dan Mesin pengolahan hasil
|
|
|
b. Bahan
tambahan pengolahan hasil
|
|
|
c. Produk
Hasil
|
½
di jual ½ di konsumsi
|
9.
|
Pasca
Panen
|
|
|
a. Penggunaan
biomassa
|
|
|
b. Konservasi
tanah
|
Jerami
di biarkan di sawah
|
4.2
Pembahasan
Hasil survei tanaman pangan di kec.
Sungai serut kel. Semarang petani yang praktikan temui adalah pembudidaya padi.
Pengalaman sebagai petani cenderung masih belum terlalu lama yakni 5 tahun. Hal
ini berkaitan dengan usia narasumber yang masih muda, adapun tangunggan
narumber adalah 1 orang istri dan 3 anak. Pekerjaan pertani dipilih oleh
narasumber sebab pekerjaan ini merupakan pekerjaan turun temurun dari orang
tua. Disisi lain perlunya untuk memenuhi kebutuhan pokok akan beras yang
semakin mahal membuat narasumber berusaha memenuhinya dengan berbudidaya
sendiri.
Lahan yang diusahakan oleh narasumber
tergolong cukup luas yakni 0,5 Ha. Hal ini mengingat letak lahan didaerah yang
tergolong wilayah perkotaaan. Lahan yang dibudidayakan merupakan lahan milik
sendiri yang diperoleh dari orang tua narasumber. Dengan demikian keuntungan
dari usaha yang dikembangkan sepenuhnya menjadi hak narasumber. Lahan tersebut
sepenuhnya dibudidayakan dalam pengembangan padi secara monokultur. Hal ini
menurut narasumber lebih menguntungkan, selain itu memang peruntukan wilayah
lahan ini meang dibuka untuk persawahan, saehingga tidak dialih fungsikan.
Pemanfaatan lahan sebenarnya menurut penyurvei dapat dikombinasikan atau
diintegrasikan dengan tanaman hortikultura dipingir pematang hal ini saya nilai
ekonomis sebab dapat meningkatkan potensi lahan yang ada dan dapat meningkatkan
keuntungan.
Padi dipilih sebagai komoditi utama
oleh narasumber sebab kebutuhan padi di Indonesia yang masih tinggi, serta
dinilai harga padi akan semakin naik seiring pertambahan penduduk. Disisi lain
memang lahan tersebut sebelumnya dikembangkan untuk budidaya padi yang dinilai
mudah dalam perwatannya. Pengetahuan tentang budidaya padi juga menjadi alasan
sebab kembangkan tanaman padi pada laghan tersebut. Serangan OPT pada padi
dinilai hampir sama setiap tahun, hal ini dianggap lebih mudah ditangani oleh
petani padi daripada mengembangkan komoditi lain yang serangan OPTnya tidak
diketahui pengendaliannya.
Pengelolaan tanaman padi yang
dilakukan oleh narasumber tergolong pertanian moderen yang kurang ramah
lingkungan. Hal ini didasarkan pada input yang digunakan dalam budidaya
tergolong bahan kimia sintetik. Hal ini da-pat kita amati dari input pertama
seperti pemupukan dan pengendalian opt dilakukan dengan bahan kimia. Hal ini
tentu saja kurang baik sebab pada dasarnya pengunaan bahan kimia secara terus
menerus akan menurunkan produktifitas lahan. Berdasarkan hal ini sebenarnya
perlu dialakuakan sosialisasi dalam manajemen pertanian padi yang ramah
lingkungan. Hal ini berkaitan dengan perkembangan jumlah penduduk dan
penyusutan area pertanian. Budidaya yang tidak memerhatikan lingkungan tentu
akan menningkatkan biaya produksi setiap tahunnya.
Subsidi pupuk maupun benih
sebenarnya sudah tepat namun pelaksananannya dlapangan saja yang kurang baik.
Hal ini dapat ditinjau bahwa tidak semua petani mengetahui adanya subsidi benih
oleh pemerintah, sehingga petani memilih benih yang memang sudah setapa tahun
dikembangkan. Disisi lain penyebaran beih dan pupuk subsidi oleh pemerintah
yang tidak menentu membuat petani menjadi binggung sehingga petani memilih
pupuk dan benih yang ada. Kaitanya dalam hal subsidi puuk sebenarnya sangat
membantu petani jika ketersediaannya tetap dan pasti.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil survey bahwa pembudidayaan padi oleh petani adalah sudah mengunakan
teknik dan teknologi yang cukup moderen sesuai perkembangan pertanian
Indonesia. Analisis ekonomi mebunjukkan budidaya layak dikembangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Jabri,
M., Soepartini, dan Didi Ardi S. 1990. Status hara Zn pada lahan sawah. hlm.
427-464 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk. Cisarua,
12-13 Nopember 1990. Puslittanak-Badan Litbang Pertanian
Anggraini,
F. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit
Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman
. 1(2):52-61
Astri, D.,
Sugiyanti. 2007. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit Pada Padi sawah. Skripsi.
Universitas Gadjah mada, Yogyakarta.
Badan Pusat
Statistik .2013. Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi.
http://bps.tnmnpgn.go.id. Diakses tanggal 30 Nov 2015.
Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jambi.
Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, 2008. Luas Serangan Siput Murbai pada Tanaman Padi
Tahun 1997- 2006, Rerata 10 Tahun dan Tahun 2007”. Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Jakarta.
Dobermann,
A. and T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorder and Nutrient Management.
International Rice Research Institute – Potash & Phosphate Institute (PPI)
- Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC).
Irawan, B.
2005. Konversi Lahan Sawah Menimbulkan Dampak Negatif bagi Ketahanan Pangan dan
Lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(6). Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Kalshoven,
L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised And Translated by P. A.
Van Der Laan, University of Amsterdam With The Assistance Of G. H. L.
Rothschild, CSIRO, Canberra. P.T. IchtiarBaru-Van Hoeve. Jakarta.
Kamil, J.
1982. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa Raya Padang; 232 hlm.
Kasim, M.
2004. Manajemen penggunaan air. Meminimalkan penggunaan air untuk meningkatkan
produksi padi sawah melalui Sistem Intensifikasi padi (The System of Rice
Intensification, SRI). Makalah Pengukuhan Guru Besar pada Universitas Andalas
Padang.
Makarim.2000.
Konsep dan Stategi Peningkatan Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman
Pangan IV. Bogor.
Mudjisihono,
2004. Budidaya Padi Varietas Unggul Baru dan Varietas Unggul Tipe Baru di
Daerah Istimewa Yogyakarta. BPTP, Yogyakarta.
Natawigena.
1990. Pengendalian Hama Terpadu. CV. Armico. Bandung.
Notarianto.2011.
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi
Organik Dan Padi Anorganik.Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang
Suharno,
Nugrohotomo, Bharoto, Dan Koeswini. 2010. Daya Hasil Dan Karakter Unggul
Dominan Pada 9 Galur Dan 3 Varietas Padi (Oryza Satival.) Di Lahan Sawah
Irigasi Teknis. Jumal llmu-ilmu Peftanian. 6(2) :165-184
Susanto.
2003. Kajian Alternatif Paket Teknologi Produksi Padi Sawah. Balitbang,
Puslitbang, Bogor.
Swastika.
2007. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi
Pemanfaatan Lahan Sawah Di Indonesia. 5(1) : 36-52
Wirawan.2014.
Analisis Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Badung Provinsi Bali. Jurnal
Manajemen Agribisnis. 2( 1):76-90
Lampiran
KATA PENGANTAR
Produksi
tanaman pangan adalah mata kuliah wajib pada program studi Agroekoteknologi
dengan kode AGT-310 dengan bobot 3 ( 2-1) yang nantinya bertujuan untuk
mahasiswa agar dapat membandingan pertumbuhan dan hasil pengamatan survei
dengan pratikum yang telah di laksanakan kegiatan ini dapat meningkatkan
kemampuan mahasiswa dengan aspek psikomotorik ( keterampilan ) serta pemahaman
teoritis dari pratikum. Terima kasih kepada kelompok tani lembak lapa yang
beralamat kelurahan semarang dan kecamatan sungai serut yang telah
meluangkan waktunya untuk saya wawancarai
DAFTAR ISI
I.
Tujuan 1
II.
Dasar Teori 1-3
III.
Metode Percobaan 3-4
IV.
Hasil Dan Pembahasan 4-10
V.
Kesimpulan 10
VI.
Daftar Pustaka 11
I.
Tujuan
Agar mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang di dapatkan di bangku kuliah dan di lapangan serta
mempraktekanya yang bertujuan meningkatkan hasil tanaman yang di budidayakan
II.
Dasar
Teori
Indonesia
selama ini dikenal sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah, sehingga sangat potensial untuk pengembangan usaha agribisnis di era
globalisasi saat ini. Usaha ini diharapkan mampu memberi kontribusi besar
terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian. Pembangunan sektor
pertanian sebagai sektor pangan utama di Indonesia sangat penting dalam
pembangunan Indonesia. Hal ini karena lebih dari 55% penduduk Indonesia bekerja
dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian dan tinggal di pedesaan
(Notarianto, 2011)
Padi
merupakan komoditas yang strategis dan penting, sehingga produksinya dari
tahunke tahun harus terus meningkat seiring dengan perkembangan penduduk yang
semakin pesat. Pemerintah telah menetapkan tujuan pembangunan tanaman pangan
untuk menjawab tantangan global yang ada yaitu : (1) meningkatkan produksi tanaman
pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, (2) meningkatkan
kesempatan kerja dan berusaha, (3) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani serta pelaku agribisnis lainnya terutama di pedesaan (Kasim, 2004).
Sepanjang
sejarah Indonesia, peran ekonomi, sosial, dan geopolitik mempengaruhi
pertumbuhan produksi padi. Sistem produksi padi ini pun sangat rentan terhadap
penyimpangan iklim. Berdasarkan hal tersebut, beberapa hal yang mendasar dari
perkembangan sejarah pertanaman padi memberikan tantangan dan arah produksi
serta sistem yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk yang sangat besar, saat ini
sudah berkisar 250 juta jiwa, tentunya tidak mudah untuk memenuhi kecukupan
pangan beras yang saat ini semakin terdesentralisasi serta membutuhkan dana
besar. Koordinasi yang melibatkan institusi lintas kementerian dan lintas
daerah tidaklah cukup, peran petani dan kelembagaan petani yang telah ada perlu
diberdayakan dan terus dikembangkan (Irawan, B. 2005.)
Tanaman
padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi
makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan
komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan
pangan penduduk. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus
utama dalam pembangunan pertanian. Menurut data BPS (2013), konsumsi beras pada
tahun 2013 mencapai 139 kg kapita-1 tahun-1 dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa,
sehingga konsumsi beras nasional pada tahun 2011 mencapai 34 juta ton.
Kebutuhan akan beras terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk
yang lebih cepat dari pertumbuhan produksi pangan yang tersedia.
Laju
peningkatan produktivitas padi sawah secara nasional dalam beberapa tahun
terakhir cenderung melandai. Bahkan di beberapa lokasi produktifitasnya
cenderung turun disertai merosotnya kualitas hasil. Data BPS menyebutkan bahwa
pertambahan produksi padi nasional tahun 1974 sampai dengan 1980 sebesar 4,8%
per tahun, sedangkan pada dekade 1981-1990 sebesar 4,35%. Angka tersebut
kembali turun pada dekade 1991-2000 menjadi sebesar 1,32%. Peningkatan
produktivitas atau ratarata produksi padi perhektar secara nasional juga
mengalami penurunan. Rata-rata peningkatan produktivitas padi secara nasional
tahun 1973-1980 adalah 0,29% tahun 1981-1990 sebesar 3,03%, sedangkan pada
tahun 1991-2000 mengalami penurunan menjadi 1,15%, bahkan pada beberapa tahun
bernilai negatif (Susanto, 2003).
Faktor
yang berpengaruh dalam fluktuasi hasil padi cukup beragam baik secara eksternal
maupun internal. Faktor internal biasanya berkaitan dengan varietas yang
dibudidayakan. Faktor eksternal berkaitan dengan manajemen lingkungan misalkan
iinput pupuk. Efisiensi penggunaan hara pupuk adalah bagian yang sangat penting
dalam sistem pertanian padi intensif. Sistem ini disamping menghasilkan
efisiensi agronomi, juga dapat meningkatkan efisiensi ekonomis dan memberi
dampak positif bagi kesehatan lingkungan (karena penggunaan hara/pupuk menjadi
lebih rasional dan terkendali). Waktu dosis pemupukan akan menjadi lebih
efisien dan efktif karena pupuk N hanya diberikan saat diperlukan tanaman
(Mudjisihono, 2004).
Faktor
eksternal yang sering menjadi penghambat dalam budidaya adalah adanya serangan
dari OPT. Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produktivitas padi adalah
kerusakan yang disebabkan oleh serangan penggerek batang padi. Di Indonesia ada
enam jenis yaitu penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata), penggerek
batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), penggerek batang padi merah jambu
(Sesamia inferens), penggerek batang padi bergaris (Chilo supressalis),
penggerek batang padi Chilo polychrysus dan penggerek batang padi Chilo
auricilius (Kalshoven, 1981). Gejala serangan pada tanaman padi fase vegetatif
disebut dengan sundep dan pada fase generatif disebut beluk. Pada fase
vegetatif awal sampai mencapai kerusakan hingga 30% tidak akan menyebabkan
kehilangan hasil terutama bagi varietas yang mampu membentuk anakan banyak
selama fase vegetatif dan selanjutnya menjadi anakan produktif.
Hama
yang lain biasanya adalah keong mas, hama ini menyerang saat tanam padi sawah.
Habitat sawah sesuai bagi perkembangan keong mas dan populasinya meningkat
dalam waktu yang relatif cepat, sehingga cepat pula merusak tanaman padi. Oleh
karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan peliharaan menjadi hama
padi. Pada tingkat serangan yang berat, keong mas mampu merusak banyak rumpun
tanaman padi, sehingga petani harus menyulam atau mananam ulang. Luas areal
pertanaman padi yang dirusak keong mas pada tahun 2007 mencapai lebih dari
22.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).
Peningkatan
produktifitas dapat dicapai jika ada upaya intensif dan perhatian lebih dari
segala bidang pengembangan padi. Optimasi produktivitas padi di lahan sawah
merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini
sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini
masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata hasil 4,7 t/ha,
sedangkan potensinya dapat mencapai 6 – 7 t/ha. Belum optimalnya produktivitas
padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh; a) rendahnya efisiensi
pemupukan; b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit; c) penggunaan benih
kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif; d) kahat hara K dan
unsur mikro; e) sifat fisik tanah tidak optimal; f) pengendalian gulma kurang
optimal (Makarim, 2000). Berdasarkan
permasalahan ini perlu diketahui bagaimana praktik pembudidayaan tanaman pangan
terutama padi. Hal ini berkaitan dengan manajemen budidaya dalam rangka
optimalisasi hasil padi.
Kendala
dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah
kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air. Konversi lahan pertanian
untuk kegiatan non pertanian terutama di Jawa menyebabkan produksi pertanian
semakin sempit. Dalam hal ini, sektor pertanian menghadapi tantangan untuk
meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan.
Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatan efisiensi pertanaman
melalui pengaturan sistem tanam dan mengefisienkan umur bibit di lahan
persemaian. Pengaturan sistem tanam dan umur bibit yang tepat, serta penggunaan
varietas unggul padi selain efektif dalam pertumbuhan tanaman juga efisien
dalam waktu dan mendapatkan produktivitas yang optimal( Anggraini, 2013).
Tanah
sawah yang ditanami padi tiga kali setahun, yakni padi-padi-padi, akan
tergenang terus-menerus sepanjang tahun. Sawah dengan pergiliran tanaman
padi-padi-palawija, setiap tahunnya mengalami masa tergenang yang lebih lama
dibandingkan dengan masa kering. Sedangkan sawah dengan pola tanam
padi-palawija-bera, mengalami masa tergenang lebih singkat dibandingkan masa
keringnya. Akibat adanya perbedaan pola tanam, yang menyebabkan perbedaan
lamanya penggenangan tersebut, maka terjadilah perbedaan sifat-sifat morfologi
tanah sawah. Sifat-sifat tanah sawah, termasuk sifat morfologinya, juga berubah
setiap musim akibat penggunaan tanah yang berbeda (Al-Jabri, 1990).
Umur
pindah bibit tanaman padi harus tepat untuk mengantisipasi perkembangan akar
yang secara umum berhenti pada umur 42 hari sesudah semai, sementara jumlah
anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50 hari sesudah semai
(Astri, 2007). Penanaman bibit muda memiliki beberapa keunggulan, antara lain
tanaman dapat tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak dan
perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi dan cepat
pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman (BPTP
Jambi, 2009).
Budidaya
tanaman padi dilakukan pada sawah irigasi teknis, sawah irigasi sederhana,
sawah tadah hujan, lahan rawa, lahan tegal, dan lahan pasang surut. Lahan sawah
merupakan tempat tumbuhnya tanaman padi yang utama. Budidaya padi di sawah
irigasi dilakukan dua kali dalam setahun, bahkan pada lahan sawah yang sulit
pengaturan drainasenya dilakukan penanaman padi tiga kali dalam setahun,
dikenal densan IP Padi 300. Permasalahan yang terjadi dilapangan penanaman padi
yang terus-menerus dilakukan dengan varietas yang sama, akan berakibat terhadap
penurunan produktivitas. Varietas telah lama dikembangkan lambat laun akan
terjadi masalah yaitu terhadap serangan hama penyakit tanaman, selain itu
terjadi penunrnan produktivitas, walaupun penumnan akibat banyak faktor (
Suharno et al, 2010).
Kebutuhan
air pertanian meliputi kebutuhan air konsumtif tanaman, efisiensi irigasi,
pengolahan awal tanam dan laju perkolasi separuhnya dipenuhi oleh curah hujan,
sedang separuh lainnya dari irigasi. Kebutuhan air irigasi ini dipenuhi dari
aliran sungai dan waduk dalam keadaan tanpa kendala, yaitu pada musim hujan
atau segera sesudah musim hujan. Pemberian air irigasi adalah 0,54
liter/detik/ha selama masa tumbuh tanaman dan 100-150 hari atau setara dengan
kebutuhan air sebesar 5.750 m3/musim tanam/ha. Dengan pertimbangan hal
tersebut, kebutuhan air pertanian sepenuhnya ditentukan oleh potensi sumberdaya
air wilayah (Swastika, 2007).
Pengendalian
hama penyakit pada padi sawah diharapkan menggunakan prinsipprinsip dalam
pengendalian hama terpadu. Keberhasilan usaha penerapan konsep pengendalian
hama dan penyakit kepada petani tidak bergantung dari penyuluh atau tempat yang
memberi bimbingan mengenai pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit akan
tetapi juga bergantung kepada petani sebagai penerima dan pelaksananya
(Natawigena, 1990).
Peningkatan
produksi pertanian di Wilayah Indonesia lebih dititik beratkan pada peningkatan
produktivitas dibandingkan dengan penambahan luas lahan. Pemerintah daerah
dalam melakukan perhitungan produksi tanaman padi menggunakan cara yang dikenal
sebagai tanaman pangan. Hasil menentukan tingkat produksi secara keseluruhan.
Pengetahuan tentang variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi hasil padi,
dapat digunakan sebagai perencanaan dan evaluasi terhadap program pembangunan
pertanian daerah untuk lebih meningkatkan produksi pertanian. Penanganan faktor
produksi saat proses penanaman dan perawatan seperti jumlah bibit, jumlah rumpun
penanaman, pupuk yang digunakan, obat-obatan, penanganan organisme penggangu
tanaman (OPT), serta pengetahuan petani mempunyai pengaruh terhadap hasil
pertanian. Hal ini tentu memberikan dampak langsung terhadap hasil ubinan padi
yang dilakukan. Pengetahuan petani yang minim tentang ubinan dan faktor
produksi yang mempengaruhinya membuat produktivitas tanaman padi tidak
meningkat secara signifikan (Wirawan, 2014).
III.
Metode
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
lapangan (survei) ini adalah alat tulis,
Narasumber, dan Kamera.
Prosedur
Pelaksanaan :
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pada survey ini adalah:
1.
Menentukan komoditas yang akan dilakukan pengamatan
pertumbuhan gulma.
2.
Melakukan survey lokasi lahan persawahan semarang
3.
Setelah mendapatkan izin, praktikan datang ke lokasi
persawahan
4.
Melakukan wawancara langsung kepada ketua kelompok
tani serta anggotanya
5.
Mencatat seluruh hasil wawancara dan pengamatan
langsung di lapangan.
6.
Melakukan dokumentasi dalam bentuk foto petani dan
praktikan.
7.
Melaporkan hasil kegiatan survey.
VI. Hasil
dan Pembahasan
4.1
Hasil
DAFTAR
PERTANYAAN SURVEI LAPANGAN PRATIKUM PTP
NO
|
PEUBAH PENGAMATAN
|
HASIL LAPANGAN
|
1.
|
Nama
petani
|
Burhan
|
|
Pendidikan
|
SLTA/sederajat
Penyuluhan
BPTP
|
|
-formal
|
|
|
-pelatihan
(dsb)
|
|
|
Usia
|
62
|
|
Alamat
petani
|
Bengkulu
Tengah
|
|
Alamat
lahan
|
kec.
Sungai serut
kel.
Semarang
|
|
Jenis
komoditas
|
Padi
|
|
Luas
usaha tani
|
0,5
ha
|
|
Status
usaha tani
|
milik
sendiri
|
|
Status
lahan
|
Penggarap
|
|
Usaha
lainya
|
-
|
|
Jumlah
tenaga kerja
|
Menggunakan
tenaga keluarga (2)
|
2.
|
Pembukaan
lahan
|
|
|
a. Alat
Dan Mesin pembukaan lahan
|
hand
traktor
|
|
b. Bentuk
lahan
|
persegi
|
|
c. Ketinggian
tempat
|
|
3.
|
Pengolahan
tanah
|
|
|
a. Alat
dan mesin pengolahan tanah
|
hand
traktor
|
|
b. Jenis
tanah
|
|
4.
|
Pembibitan
|
|
|
a. Alat
dan Mesin Benih
|
Manual
|
|
b. Varietas
Benih
|
Benih
Mikongga
|
|
c. Waktu
benih
|
|
5.
|
Penanaman
a.
Alat dan mesin penanaman
b.
Penentuan pola tanam
c.
Pembuatan lubang tanam
d.
Jarak tanam
|
Manual
LEGOWO
Menggunakan
Tali
25
cm
|
6.
|
a. Alat
dan Mesin pemeliharaan
|
mekanis
|
|
b. Penyulaman
|
4
HST
|
|
c. Pengairan
Dan Penyiraman
|
Irigasi
|
|
-Waktu
|
17
hari
|
|
d. Pemupukan
|
|
|
-Jenis
Pupuk
|
Ponska
dan Urea
|
|
-
Dosis Pupuk
|
200
kg
|
|
-Usia
tanaman di pupuk
|
1.
setelah tanaman 4 hari
2.
menjelang berbunga
|
|
e. Penyiangan
|
Arit
dan tleser
|
|
f. Pembubunan
|
|
|
g. Nama
gulma
|
teki-tekian
|
|
h. Pengendalian
gulma
|
|
|
i.
Nama hama dan penyakit menyerang
tanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang
|
Walang
Sangit dan Tikus
|
7.
|
Pemanenan
|
|
|
a. Alat
dan Mesin pemanenan
|
Arit
dan tleser
|
|
b. Ciri
dan Umur panen
|
Daun
padi mulai mengguning
|
|
c. Cara
Panen
|
Memotong
pangkal rumpun padi
|
|
d. Perkiraan
produksi
|
3,5
ton
|
|
e. Berat
Bernas
|
|
|
f. Berat
hampa
|
|
8.
|
Pengolahan
Hasil
|
|
|
a. Alat
dan Mesin pengolahan hasil
|
|
|
b. Bahan
tambahan pengolahan hasil
|
|
|
c. Produk
Hasil
|
½
di jual ½ di konsumsi
|
9.
|
Pasca
Panen
|
|
|
a. Penggunaan
biomassa
|
|
|
b. Konservasi
tanah
|
Jerami
di biarkan di sawah
|
4.2
Pembahasan
Hasil survei tanaman pangan di kec.
Sungai serut kel. Semarang petani yang praktikan temui adalah pembudidaya padi.
Pengalaman sebagai petani cenderung masih belum terlalu lama yakni 5 tahun. Hal
ini berkaitan dengan usia narasumber yang masih muda, adapun tangunggan
narumber adalah 1 orang istri dan 3 anak. Pekerjaan pertani dipilih oleh
narasumber sebab pekerjaan ini merupakan pekerjaan turun temurun dari orang
tua. Disisi lain perlunya untuk memenuhi kebutuhan pokok akan beras yang
semakin mahal membuat narasumber berusaha memenuhinya dengan berbudidaya
sendiri.
Lahan yang diusahakan oleh narasumber
tergolong cukup luas yakni 0,5 Ha. Hal ini mengingat letak lahan didaerah yang
tergolong wilayah perkotaaan. Lahan yang dibudidayakan merupakan lahan milik
sendiri yang diperoleh dari orang tua narasumber. Dengan demikian keuntungan
dari usaha yang dikembangkan sepenuhnya menjadi hak narasumber. Lahan tersebut
sepenuhnya dibudidayakan dalam pengembangan padi secara monokultur. Hal ini
menurut narasumber lebih menguntungkan, selain itu memang peruntukan wilayah
lahan ini meang dibuka untuk persawahan, saehingga tidak dialih fungsikan.
Pemanfaatan lahan sebenarnya menurut penyurvei dapat dikombinasikan atau
diintegrasikan dengan tanaman hortikultura dipingir pematang hal ini saya nilai
ekonomis sebab dapat meningkatkan potensi lahan yang ada dan dapat meningkatkan
keuntungan.
Padi dipilih sebagai komoditi utama
oleh narasumber sebab kebutuhan padi di Indonesia yang masih tinggi, serta
dinilai harga padi akan semakin naik seiring pertambahan penduduk. Disisi lain
memang lahan tersebut sebelumnya dikembangkan untuk budidaya padi yang dinilai
mudah dalam perwatannya. Pengetahuan tentang budidaya padi juga menjadi alasan
sebab kembangkan tanaman padi pada laghan tersebut. Serangan OPT pada padi
dinilai hampir sama setiap tahun, hal ini dianggap lebih mudah ditangani oleh
petani padi daripada mengembangkan komoditi lain yang serangan OPTnya tidak
diketahui pengendaliannya.
Pengelolaan tanaman padi yang
dilakukan oleh narasumber tergolong pertanian moderen yang kurang ramah
lingkungan. Hal ini didasarkan pada input yang digunakan dalam budidaya
tergolong bahan kimia sintetik. Hal ini da-pat kita amati dari input pertama
seperti pemupukan dan pengendalian opt dilakukan dengan bahan kimia. Hal ini
tentu saja kurang baik sebab pada dasarnya pengunaan bahan kimia secara terus
menerus akan menurunkan produktifitas lahan. Berdasarkan hal ini sebenarnya
perlu dialakuakan sosialisasi dalam manajemen pertanian padi yang ramah
lingkungan. Hal ini berkaitan dengan perkembangan jumlah penduduk dan
penyusutan area pertanian. Budidaya yang tidak memerhatikan lingkungan tentu
akan menningkatkan biaya produksi setiap tahunnya.
Subsidi pupuk maupun benih
sebenarnya sudah tepat namun pelaksananannya dlapangan saja yang kurang baik.
Hal ini dapat ditinjau bahwa tidak semua petani mengetahui adanya subsidi benih
oleh pemerintah, sehingga petani memilih benih yang memang sudah setapa tahun
dikembangkan. Disisi lain penyebaran beih dan pupuk subsidi oleh pemerintah
yang tidak menentu membuat petani menjadi binggung sehingga petani memilih
pupuk dan benih yang ada. Kaitanya dalam hal subsidi puuk sebenarnya sangat
membantu petani jika ketersediaannya tetap dan pasti.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil survey bahwa pembudidayaan padi oleh petani adalah sudah mengunakan
teknik dan teknologi yang cukup moderen sesuai perkembangan pertanian
Indonesia. Analisis ekonomi mebunjukkan budidaya layak dikembangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Jabri,
M., Soepartini, dan Didi Ardi S. 1990. Status hara Zn pada lahan sawah. hlm.
427-464 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk. Cisarua,
12-13 Nopember 1990. Puslittanak-Badan Litbang Pertanian
Anggraini,
F. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit
Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman
. 1(2):52-61
Astri, D.,
Sugiyanti. 2007. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit Pada Padi sawah. Skripsi.
Universitas Gadjah mada, Yogyakarta.
Badan Pusat
Statistik .2013. Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi.
http://bps.tnmnpgn.go.id. Diakses tanggal 30 Nov 2015.
Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jambi.
Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, 2008. Luas Serangan Siput Murbai pada Tanaman Padi
Tahun 1997- 2006, Rerata 10 Tahun dan Tahun 2007”. Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Jakarta.
Dobermann,
A. and T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorder and Nutrient Management.
International Rice Research Institute – Potash & Phosphate Institute (PPI)
- Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC).
Irawan, B.
2005. Konversi Lahan Sawah Menimbulkan Dampak Negatif bagi Ketahanan Pangan dan
Lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(6). Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Kalshoven,
L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised And Translated by P. A.
Van Der Laan, University of Amsterdam With The Assistance Of G. H. L.
Rothschild, CSIRO, Canberra. P.T. IchtiarBaru-Van Hoeve. Jakarta.
Kamil, J.
1982. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa Raya Padang; 232 hlm.
Kasim, M.
2004. Manajemen penggunaan air. Meminimalkan penggunaan air untuk meningkatkan
produksi padi sawah melalui Sistem Intensifikasi padi (The System of Rice
Intensification, SRI). Makalah Pengukuhan Guru Besar pada Universitas Andalas
Padang.
Makarim.2000.
Konsep dan Stategi Peningkatan Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman
Pangan IV. Bogor.
Mudjisihono,
2004. Budidaya Padi Varietas Unggul Baru dan Varietas Unggul Tipe Baru di
Daerah Istimewa Yogyakarta. BPTP, Yogyakarta.
Natawigena.
1990. Pengendalian Hama Terpadu. CV. Armico. Bandung.
Notarianto.2011.
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi
Organik Dan Padi Anorganik.Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang
Suharno,
Nugrohotomo, Bharoto, Dan Koeswini. 2010. Daya Hasil Dan Karakter Unggul
Dominan Pada 9 Galur Dan 3 Varietas Padi (Oryza Satival.) Di Lahan Sawah
Irigasi Teknis. Jumal llmu-ilmu Peftanian. 6(2) :165-184
Susanto.
2003. Kajian Alternatif Paket Teknologi Produksi Padi Sawah. Balitbang,
Puslitbang, Bogor.
Swastika.
2007. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi
Pemanfaatan Lahan Sawah Di Indonesia. 5(1) : 36-52
Wirawan.2014.
Analisis Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Badung Provinsi Bali. Jurnal
Manajemen Agribisnis. 2( 1):76-90
Lampiran
EmoticonEmoticon