Sunday, April 30, 2017

Laporan PTP (Produksi tanaman pangan) Survei Aplikasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan (PADI)

LAPORAN PRATIKUM
PRODUKSI TANAMAN PANGAN
Survei Aplikasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan (PADI)

DISUSUN OLEH :
Nama
Npm
Shift
Dosen Pengampu
Coass
:
:
:
:
:
Eldza Herminia Ramadani
E1J014139
Jumat (10:00 Wib)
Reny
Sustriani


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU

2016

KATA PENGANTAR
Produksi tanaman pangan adalah mata kuliah wajib pada program studi Agroekoteknologi dengan kode AGT-310 dengan bobot 3 ( 2-1) yang nantinya bertujuan untuk mahasiswa agar dapat membandingan pertumbuhan dan hasil pengamatan survei dengan pratikum yang telah di laksanakan kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dengan aspek psikomotorik ( keterampilan ) serta pemahaman teoritis dari pratikum. Terima kasih kepada kelompok tani lembak lapa yang beralamat kelurahan semarang dan kecamatan sungai serut  yang telah  meluangkan waktunya untuk saya wawancarai


DAFTAR ISI
I. Tujuan                                                                                                                           1
II. Dasar Teori                                                                                                                  1-3
III. Metode Percobaan                                                                                                     3-4
IV. Hasil Dan Pembahasan                                                                                              4-10
V. Kesimpulan                                                                                                                 10
VI. Daftar Pustaka                                                                                                           11

I.              Tujuan
Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang di dapatkan di bangku kuliah dan di lapangan serta mempraktekanya yang bertujuan meningkatkan hasil tanaman yang di budidayakan
II.           Dasar Teori
Indonesia selama ini dikenal sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sangat potensial untuk pengembangan usaha agribisnis di era globalisasi saat ini. Usaha ini diharapkan mampu memberi kontribusi besar terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian. Pembangunan sektor pertanian sebagai sektor pangan utama di Indonesia sangat penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini karena lebih dari 55% penduduk Indonesia bekerja dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian dan tinggal di pedesaan (Notarianto, 2011)
Padi merupakan komoditas yang strategis dan penting, sehingga produksinya dari tahunke tahun harus terus meningkat seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat. Pemerintah telah menetapkan tujuan pembangunan tanaman pangan untuk menjawab tantangan global yang ada yaitu : (1) meningkatkan produksi tanaman pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, (2) meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, (3) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta pelaku agribisnis lainnya terutama di pedesaan (Kasim, 2004).
Sepanjang sejarah Indonesia, peran ekonomi, sosial, dan geopolitik mempengaruhi pertumbuhan produksi padi. Sistem produksi padi ini pun sangat rentan terhadap penyimpangan iklim. Berdasarkan hal tersebut, beberapa hal yang mendasar dari perkembangan sejarah pertanaman padi memberikan tantangan dan arah produksi serta sistem yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk yang sangat besar, saat ini sudah berkisar 250 juta jiwa, tentunya tidak mudah untuk memenuhi kecukupan pangan beras yang saat ini semakin terdesentralisasi serta membutuhkan dana besar. Koordinasi yang melibatkan institusi lintas kementerian dan lintas daerah tidaklah cukup, peran petani dan kelembagaan petani yang telah ada perlu diberdayakan dan terus dikembangkan (Irawan, B. 2005.)
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian. Menurut data BPS (2013), konsumsi beras pada tahun 2013 mencapai 139 kg kapita-1 tahun-1 dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa, sehingga konsumsi beras nasional pada tahun 2011 mencapai 34 juta ton. Kebutuhan akan beras terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari pertumbuhan produksi pangan yang tersedia.
Laju peningkatan produktivitas padi sawah secara nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung melandai. Bahkan di beberapa lokasi produktifitasnya cenderung turun disertai merosotnya kualitas hasil. Data BPS menyebutkan bahwa pertambahan produksi padi nasional tahun 1974 sampai dengan 1980 sebesar 4,8% per tahun, sedangkan pada dekade 1981-1990 sebesar 4,35%. Angka tersebut kembali turun pada dekade 1991-2000 menjadi sebesar 1,32%. Peningkatan produktivitas atau ratarata produksi padi perhektar secara nasional juga mengalami penurunan. Rata-rata peningkatan produktivitas padi secara nasional tahun 1973-1980 adalah 0,29% tahun 1981-1990 sebesar 3,03%, sedangkan pada tahun 1991-2000 mengalami penurunan menjadi 1,15%, bahkan pada beberapa tahun bernilai negatif (Susanto, 2003).
Faktor yang berpengaruh dalam fluktuasi hasil padi cukup beragam baik secara eksternal maupun internal. Faktor internal biasanya berkaitan dengan varietas yang dibudidayakan. Faktor eksternal berkaitan dengan manajemen lingkungan misalkan iinput pupuk. Efisiensi penggunaan hara pupuk adalah bagian yang sangat penting dalam sistem pertanian padi intensif. Sistem ini disamping menghasilkan efisiensi agronomi, juga dapat meningkatkan efisiensi ekonomis dan memberi dampak positif bagi kesehatan lingkungan (karena penggunaan hara/pupuk menjadi lebih rasional dan terkendali). Waktu dosis pemupukan akan menjadi lebih efisien dan efktif karena pupuk N hanya diberikan saat diperlukan tanaman (Mudjisihono, 2004).
Faktor eksternal yang sering menjadi penghambat dalam budidaya adalah adanya serangan dari OPT. Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produktivitas padi adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan penggerek batang padi. Di Indonesia ada enam jenis yaitu penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata), penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens), penggerek batang padi bergaris (Chilo supressalis), penggerek batang padi Chilo polychrysus dan penggerek batang padi Chilo auricilius (Kalshoven, 1981). Gejala serangan pada tanaman padi fase vegetatif disebut dengan sundep dan pada fase generatif disebut beluk. Pada fase vegetatif awal sampai mencapai kerusakan hingga 30% tidak akan menyebabkan kehilangan hasil terutama bagi varietas yang mampu membentuk anakan banyak selama fase vegetatif dan selanjutnya menjadi anakan produktif.
Hama yang lain biasanya adalah keong mas, hama ini menyerang saat tanam padi sawah. Habitat sawah sesuai bagi perkembangan keong mas dan populasinya meningkat dalam waktu yang relatif cepat, sehingga cepat pula merusak tanaman padi. Oleh karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan peliharaan menjadi hama padi. Pada tingkat serangan yang berat, keong mas mampu merusak banyak rumpun tanaman padi, sehingga petani harus menyulam atau mananam ulang. Luas areal pertanaman padi yang dirusak keong mas pada tahun 2007 mencapai lebih dari 22.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).
Peningkatan produktifitas dapat dicapai jika ada upaya intensif dan perhatian lebih dari segala bidang pengembangan padi. Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata hasil 4,7 t/ha, sedangkan potensinya dapat mencapai 6 – 7 t/ha. Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh; a) rendahnya efisiensi pemupukan; b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit; c) penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif; d) kahat hara K dan unsur mikro; e) sifat fisik tanah tidak optimal; f) pengendalian gulma kurang optimal (Makarim,  2000). Berdasarkan permasalahan ini perlu diketahui bagaimana praktik pembudidayaan tanaman pangan terutama padi. Hal ini berkaitan dengan manajemen budidaya dalam rangka optimalisasi hasil padi.
Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air. Konversi lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian terutama di Jawa menyebabkan produksi pertanian semakin sempit. Dalam hal ini, sektor pertanian menghadapi tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatan efisiensi pertanaman melalui pengaturan sistem tanam dan mengefisienkan umur bibit di lahan persemaian. Pengaturan sistem tanam dan umur bibit yang tepat, serta penggunaan varietas unggul padi selain efektif dalam pertumbuhan tanaman juga efisien dalam waktu dan mendapatkan produktivitas yang optimal( Anggraini, 2013).
Tanah sawah yang ditanami padi tiga kali setahun, yakni padi-padi-padi, akan tergenang terus-menerus sepanjang tahun. Sawah dengan pergiliran tanaman padi-padi-palawija, setiap tahunnya mengalami masa tergenang yang lebih lama dibandingkan dengan masa kering. Sedangkan sawah dengan pola tanam padi-palawija-bera, mengalami masa tergenang lebih singkat dibandingkan masa keringnya. Akibat adanya perbedaan pola tanam, yang menyebabkan perbedaan lamanya penggenangan tersebut, maka terjadilah perbedaan sifat-sifat morfologi tanah sawah. Sifat-sifat tanah sawah, termasuk sifat morfologinya, juga berubah setiap musim akibat penggunaan tanah yang berbeda (Al-Jabri, 1990).
Umur pindah bibit tanaman padi harus tepat untuk mengantisipasi perkembangan akar yang secara umum berhenti pada umur 42 hari sesudah semai, sementara jumlah anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50 hari sesudah semai (Astri, 2007). Penanaman bibit muda memiliki beberapa keunggulan, antara lain tanaman dapat tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak dan perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi dan cepat pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman (BPTP Jambi, 2009).
Budidaya tanaman padi dilakukan pada sawah irigasi teknis, sawah irigasi sederhana, sawah tadah hujan, lahan rawa, lahan tegal, dan lahan pasang surut. Lahan sawah merupakan tempat tumbuhnya tanaman padi yang utama. Budidaya padi di sawah irigasi dilakukan dua kali dalam setahun, bahkan pada lahan sawah yang sulit pengaturan drainasenya dilakukan penanaman padi tiga kali dalam setahun, dikenal densan IP Padi 300. Permasalahan yang terjadi dilapangan penanaman padi yang terus-menerus dilakukan dengan varietas yang sama, akan berakibat terhadap penurunan produktivitas. Varietas telah lama dikembangkan lambat laun akan terjadi masalah yaitu terhadap serangan hama penyakit tanaman, selain itu terjadi penunrnan produktivitas, walaupun penumnan akibat banyak faktor ( Suharno et al, 2010).
Kebutuhan air pertanian meliputi kebutuhan air konsumtif tanaman, efisiensi irigasi, pengolahan awal tanam dan laju perkolasi separuhnya dipenuhi oleh curah hujan, sedang separuh lainnya dari irigasi. Kebutuhan air irigasi ini dipenuhi dari aliran sungai dan waduk dalam keadaan tanpa kendala, yaitu pada musim hujan atau segera sesudah musim hujan. Pemberian air irigasi adalah 0,54 liter/detik/ha selama masa tumbuh tanaman dan 100-150 hari atau setara dengan kebutuhan air sebesar 5.750 m3/musim tanam/ha. Dengan pertimbangan hal tersebut, kebutuhan air pertanian sepenuhnya ditentukan oleh potensi sumberdaya air wilayah (Swastika, 2007).
Pengendalian hama penyakit pada padi sawah diharapkan menggunakan prinsipprinsip dalam pengendalian hama terpadu. Keberhasilan usaha penerapan konsep pengendalian hama dan penyakit kepada petani tidak bergantung dari penyuluh atau tempat yang memberi bimbingan mengenai pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit akan tetapi juga bergantung kepada petani sebagai penerima dan pelaksananya (Natawigena, 1990).
Peningkatan produksi pertanian di Wilayah Indonesia lebih dititik beratkan pada peningkatan produktivitas dibandingkan dengan penambahan luas lahan. Pemerintah daerah dalam melakukan perhitungan produksi tanaman padi menggunakan cara yang dikenal sebagai tanaman pangan. Hasil menentukan tingkat produksi secara keseluruhan. Pengetahuan tentang variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi hasil padi, dapat digunakan sebagai perencanaan dan evaluasi terhadap program pembangunan pertanian daerah untuk lebih meningkatkan produksi pertanian. Penanganan faktor produksi saat proses penanaman dan perawatan seperti jumlah bibit, jumlah rumpun penanaman, pupuk yang digunakan, obat-obatan, penanganan organisme penggangu tanaman (OPT), serta pengetahuan petani mempunyai pengaruh terhadap hasil pertanian. Hal ini tentu memberikan dampak langsung terhadap hasil ubinan padi yang dilakukan. Pengetahuan petani yang minim tentang ubinan dan faktor produksi yang mempengaruhinya membuat produktivitas tanaman padi tidak meningkat secara signifikan (Wirawan, 2014).

III.        Metode
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum lapangan (survei)  ini adalah alat tulis, Narasumber, dan Kamera.

Prosedur Pelaksanaan :
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada survey ini adalah:
1.             Menentukan komoditas yang akan dilakukan pengamatan pertumbuhan gulma.
2.             Melakukan survey lokasi lahan persawahan semarang
3.             Setelah mendapatkan izin, praktikan datang ke lokasi persawahan
4.             Melakukan wawancara langsung kepada ketua kelompok tani serta anggotanya
5.             Mencatat seluruh hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.
6.             Melakukan dokumentasi dalam bentuk foto petani dan praktikan.
7.             Melaporkan hasil kegiatan survey.

VI. Hasil dan Pembahasan
4.1          Hasil
DAFTAR PERTANYAAN SURVEI LAPANGAN PRATIKUM PTP
NO
PEUBAH PENGAMATAN
HASIL LAPANGAN
1.
Nama petani
Burhan

Pendidikan

SLTA/sederajat
Penyuluhan BPTP

-formal

-pelatihan (dsb)

Usia
62

Alamat petani
Bengkulu Tengah

Alamat lahan
kec. Sungai serut
kel. Semarang

Jenis komoditas
Padi

Luas usaha tani
0,5 ha

Status usaha tani
milik sendiri

Status lahan
Penggarap

Usaha lainya
-

Jumlah tenaga kerja
Menggunakan tenaga keluarga (2)
2.
Pembukaan lahan


a.       Alat Dan Mesin pembukaan lahan
hand traktor

b.      Bentuk lahan
persegi

c.       Ketinggian tempat

3.
Pengolahan tanah


a.       Alat dan mesin pengolahan tanah
hand traktor

b.      Jenis tanah

4.
Pembibitan


a.       Alat dan Mesin Benih
Manual

b.      Varietas Benih
Benih Mikongga

c.       Waktu benih

5.
Penanaman
a.       Alat dan mesin penanaman
b.      Penentuan pola tanam
c.       Pembuatan lubang tanam
d.      Jarak tanam

Manual
LEGOWO
Menggunakan Tali
25 cm
6.
a.       Alat dan Mesin pemeliharaan
mekanis

b.      Penyulaman
4 HST

c.       Pengairan Dan Penyiraman
Irigasi

-Waktu
17 hari

d.      Pemupukan


-Jenis Pupuk
Ponska dan Urea

-          Dosis Pupuk
200 kg

-Usia tanaman di pupuk
1. setelah tanaman 4 hari
2. menjelang berbunga

e.       Penyiangan
Arit dan tleser

f.       Pembubunan


g.      Nama gulma
teki-tekian

h.      Pengendalian gulma


i.        Nama hama dan penyakit menyerang tanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang
Walang Sangit dan Tikus
7.
Pemanenan


a.       Alat dan Mesin pemanenan
Arit  dan tleser

b.      Ciri dan Umur panen
Daun padi mulai mengguning

c.       Cara Panen
Memotong pangkal rumpun padi

d.      Perkiraan produksi
3,5 ton

e.       Berat Bernas


f.       Berat hampa

8.
Pengolahan Hasil


a.       Alat dan Mesin pengolahan hasil


b.      Bahan tambahan pengolahan hasil


c.       Produk Hasil
½ di jual ½ di konsumsi
9.
Pasca Panen


a.       Penggunaan biomassa


b.      Konservasi tanah
Jerami di biarkan di sawah


4.2 Pembahasan
Hasil survei tanaman pangan di kec. Sungai serut kel. Semarang petani yang praktikan temui adalah pembudidaya padi. Pengalaman sebagai petani cenderung masih belum terlalu lama yakni 5 tahun. Hal ini berkaitan dengan usia narasumber yang masih muda, adapun tangunggan narumber adalah 1 orang istri dan 3 anak. Pekerjaan pertani dipilih oleh narasumber sebab pekerjaan ini merupakan pekerjaan turun temurun dari orang tua. Disisi lain perlunya untuk memenuhi kebutuhan pokok akan beras yang semakin mahal membuat narasumber berusaha memenuhinya dengan berbudidaya sendiri.
Lahan yang diusahakan oleh narasumber tergolong cukup luas yakni 0,5 Ha. Hal ini mengingat letak lahan didaerah yang tergolong wilayah perkotaaan. Lahan yang dibudidayakan merupakan lahan milik sendiri yang diperoleh dari orang tua narasumber. Dengan demikian keuntungan dari usaha yang dikembangkan sepenuhnya menjadi hak narasumber. Lahan tersebut sepenuhnya dibudidayakan dalam pengembangan padi secara monokultur. Hal ini menurut narasumber lebih menguntungkan, selain itu memang peruntukan wilayah lahan ini meang dibuka untuk persawahan, saehingga tidak dialih fungsikan. Pemanfaatan lahan sebenarnya menurut penyurvei dapat dikombinasikan atau diintegrasikan dengan tanaman hortikultura dipingir pematang hal ini saya nilai ekonomis sebab dapat meningkatkan potensi lahan yang ada dan dapat meningkatkan keuntungan.
Padi dipilih sebagai komoditi utama oleh narasumber sebab kebutuhan padi di Indonesia yang masih tinggi, serta dinilai harga padi akan semakin naik seiring pertambahan penduduk. Disisi lain memang lahan tersebut sebelumnya dikembangkan untuk budidaya padi yang dinilai mudah dalam perwatannya. Pengetahuan tentang budidaya padi juga menjadi alasan sebab kembangkan tanaman padi pada laghan tersebut. Serangan OPT pada padi dinilai hampir sama setiap tahun, hal ini dianggap lebih mudah ditangani oleh petani padi daripada mengembangkan komoditi lain yang serangan OPTnya tidak diketahui pengendaliannya.
Pengelolaan tanaman padi yang dilakukan oleh narasumber tergolong pertanian moderen yang kurang ramah lingkungan. Hal ini didasarkan pada input yang digunakan dalam budidaya tergolong bahan kimia sintetik. Hal ini da-pat kita amati dari input pertama seperti pemupukan dan pengendalian opt dilakukan dengan bahan kimia. Hal ini tentu saja kurang baik sebab pada dasarnya pengunaan bahan kimia secara terus menerus akan menurunkan produktifitas lahan. Berdasarkan hal ini sebenarnya perlu dialakuakan sosialisasi dalam manajemen pertanian padi yang ramah lingkungan. Hal ini berkaitan dengan perkembangan jumlah penduduk dan penyusutan area pertanian. Budidaya yang tidak memerhatikan lingkungan tentu akan menningkatkan biaya produksi setiap tahunnya.
Subsidi pupuk maupun benih sebenarnya sudah tepat namun pelaksananannya dlapangan saja yang kurang baik. Hal ini dapat ditinjau bahwa tidak semua petani mengetahui adanya subsidi benih oleh pemerintah, sehingga petani memilih benih yang memang sudah setapa tahun dikembangkan. Disisi lain penyebaran beih dan pupuk subsidi oleh pemerintah yang tidak menentu membuat petani menjadi binggung sehingga petani memilih pupuk dan benih yang ada. Kaitanya dalam hal subsidi puuk sebenarnya sangat membantu petani jika ketersediaannya tetap dan pasti.


V.           Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey bahwa pembudidayaan padi oleh petani adalah sudah mengunakan teknik dan teknologi yang cukup moderen sesuai perkembangan pertanian Indonesia. Analisis ekonomi mebunjukkan budidaya layak dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabri, M., Soepartini, dan Didi Ardi S. 1990. Status hara Zn pada lahan sawah. hlm. 427-464 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk. Cisarua, 12-13 Nopember 1990. Puslittanak-Badan Litbang Pertanian
Anggraini, F. 2013.  Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman . 1(2):52-61
Astri, D., Sugiyanti. 2007. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit Pada Padi sawah. Skripsi. Universitas Gadjah mada, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik .2013. Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. http://bps.tnmnpgn.go.id. Diakses tanggal 30 Nov 2015.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jambi.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008. Luas Serangan Siput Murbai pada Tanaman Padi Tahun 1997- 2006, Rerata 10 Tahun dan Tahun 2007”. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.
Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorder and Nutrient Management. International Rice Research Institute – Potash & Phosphate Institute (PPI) - Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC).
Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah Menimbulkan Dampak Negatif bagi Ketahanan Pangan dan Lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(6). Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised And Translated by P. A. Van Der Laan, University of Amsterdam With The Assistance Of G. H. L. Rothschild, CSIRO, Canberra. P.T. IchtiarBaru-Van Hoeve. Jakarta.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa Raya Padang; 232 hlm.
Kasim, M. 2004. Manajemen penggunaan air. Meminimalkan penggunaan air untuk meningkatkan produksi padi sawah melalui Sistem Intensifikasi padi (The System of Rice Intensification, SRI). Makalah Pengukuhan Guru Besar pada Universitas Andalas Padang.
Makarim.2000. Konsep dan Stategi Peningkatan Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bogor.
Mudjisihono, 2004. Budidaya Padi Varietas Unggul Baru dan Varietas Unggul Tipe Baru di Daerah Istimewa Yogyakarta. BPTP, Yogyakarta.
Natawigena. 1990. Pengendalian Hama Terpadu. CV. Armico. Bandung.
Notarianto.2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik Dan Padi Anorganik.Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang
Suharno, Nugrohotomo, Bharoto, Dan Koeswini. 2010. Daya Hasil Dan Karakter Unggul Dominan Pada 9 Galur Dan 3 Varietas Padi (Oryza Satival.) Di Lahan Sawah Irigasi Teknis. Jumal llmu-ilmu Peftanian. 6(2) :165-184
Susanto. 2003. Kajian Alternatif Paket Teknologi Produksi Padi Sawah. Balitbang, Puslitbang, Bogor.
Swastika. 2007. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi Pemanfaatan Lahan Sawah Di Indonesia. 5(1) : 36-52
Wirawan.2014. Analisis Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Badung Provinsi Bali. Jurnal Manajemen Agribisnis. 2( 1):76-90


Lampiran
Text Box: LAPORAN PRATIKUM
PRODUKSI TANAMAN PANGAN
Survei Aplikasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan (PADI)
 

DISUSUN OLEH :
Nama
Npm
Shift
Dosen Pengampu
Coass :
:
:
:
: Eldza Herminia Ramadani
E1J014139
Jumat (10:00 Wib)
Reny
Sustriani


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016



KATA PENGANTAR
Produksi tanaman pangan adalah mata kuliah wajib pada program studi Agroekoteknologi dengan kode AGT-310 dengan bobot 3 ( 2-1) yang nantinya bertujuan untuk mahasiswa agar dapat membandingan pertumbuhan dan hasil pengamatan survei dengan pratikum yang telah di laksanakan kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dengan aspek psikomotorik ( keterampilan ) serta pemahaman teoritis dari pratikum. Terima kasih kepada kelompok tani lembak lapa yang beralamat kelurahan semarang dan kecamatan sungai serut  yang telah  meluangkan waktunya untuk saya wawancarai


DAFTAR ISI
I. Tujuan                                                                                                                           1
II. Dasar Teori                                                                                                                  1-3
III. Metode Percobaan                                                                                                     3-4
IV. Hasil Dan Pembahasan                                                                                              4-10
V. Kesimpulan                                                                                                                 10
VI. Daftar Pustaka                                                                                                           11

I.              Tujuan
Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang di dapatkan di bangku kuliah dan di lapangan serta mempraktekanya yang bertujuan meningkatkan hasil tanaman yang di budidayakan
II.           Dasar Teori
Indonesia selama ini dikenal sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sangat potensial untuk pengembangan usaha agribisnis di era globalisasi saat ini. Usaha ini diharapkan mampu memberi kontribusi besar terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian. Pembangunan sektor pertanian sebagai sektor pangan utama di Indonesia sangat penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini karena lebih dari 55% penduduk Indonesia bekerja dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian dan tinggal di pedesaan (Notarianto, 2011)
Padi merupakan komoditas yang strategis dan penting, sehingga produksinya dari tahunke tahun harus terus meningkat seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat. Pemerintah telah menetapkan tujuan pembangunan tanaman pangan untuk menjawab tantangan global yang ada yaitu : (1) meningkatkan produksi tanaman pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, (2) meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, (3) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta pelaku agribisnis lainnya terutama di pedesaan (Kasim, 2004).
Sepanjang sejarah Indonesia, peran ekonomi, sosial, dan geopolitik mempengaruhi pertumbuhan produksi padi. Sistem produksi padi ini pun sangat rentan terhadap penyimpangan iklim. Berdasarkan hal tersebut, beberapa hal yang mendasar dari perkembangan sejarah pertanaman padi memberikan tantangan dan arah produksi serta sistem yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk yang sangat besar, saat ini sudah berkisar 250 juta jiwa, tentunya tidak mudah untuk memenuhi kecukupan pangan beras yang saat ini semakin terdesentralisasi serta membutuhkan dana besar. Koordinasi yang melibatkan institusi lintas kementerian dan lintas daerah tidaklah cukup, peran petani dan kelembagaan petani yang telah ada perlu diberdayakan dan terus dikembangkan (Irawan, B. 2005.)
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian. Menurut data BPS (2013), konsumsi beras pada tahun 2013 mencapai 139 kg kapita-1 tahun-1 dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa, sehingga konsumsi beras nasional pada tahun 2011 mencapai 34 juta ton. Kebutuhan akan beras terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari pertumbuhan produksi pangan yang tersedia.
Laju peningkatan produktivitas padi sawah secara nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung melandai. Bahkan di beberapa lokasi produktifitasnya cenderung turun disertai merosotnya kualitas hasil. Data BPS menyebutkan bahwa pertambahan produksi padi nasional tahun 1974 sampai dengan 1980 sebesar 4,8% per tahun, sedangkan pada dekade 1981-1990 sebesar 4,35%. Angka tersebut kembali turun pada dekade 1991-2000 menjadi sebesar 1,32%. Peningkatan produktivitas atau ratarata produksi padi perhektar secara nasional juga mengalami penurunan. Rata-rata peningkatan produktivitas padi secara nasional tahun 1973-1980 adalah 0,29% tahun 1981-1990 sebesar 3,03%, sedangkan pada tahun 1991-2000 mengalami penurunan menjadi 1,15%, bahkan pada beberapa tahun bernilai negatif (Susanto, 2003).
Faktor yang berpengaruh dalam fluktuasi hasil padi cukup beragam baik secara eksternal maupun internal. Faktor internal biasanya berkaitan dengan varietas yang dibudidayakan. Faktor eksternal berkaitan dengan manajemen lingkungan misalkan iinput pupuk. Efisiensi penggunaan hara pupuk adalah bagian yang sangat penting dalam sistem pertanian padi intensif. Sistem ini disamping menghasilkan efisiensi agronomi, juga dapat meningkatkan efisiensi ekonomis dan memberi dampak positif bagi kesehatan lingkungan (karena penggunaan hara/pupuk menjadi lebih rasional dan terkendali). Waktu dosis pemupukan akan menjadi lebih efisien dan efktif karena pupuk N hanya diberikan saat diperlukan tanaman (Mudjisihono, 2004).
Faktor eksternal yang sering menjadi penghambat dalam budidaya adalah adanya serangan dari OPT. Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produktivitas padi adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan penggerek batang padi. Di Indonesia ada enam jenis yaitu penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata), penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens), penggerek batang padi bergaris (Chilo supressalis), penggerek batang padi Chilo polychrysus dan penggerek batang padi Chilo auricilius (Kalshoven, 1981). Gejala serangan pada tanaman padi fase vegetatif disebut dengan sundep dan pada fase generatif disebut beluk. Pada fase vegetatif awal sampai mencapai kerusakan hingga 30% tidak akan menyebabkan kehilangan hasil terutama bagi varietas yang mampu membentuk anakan banyak selama fase vegetatif dan selanjutnya menjadi anakan produktif.
Hama yang lain biasanya adalah keong mas, hama ini menyerang saat tanam padi sawah. Habitat sawah sesuai bagi perkembangan keong mas dan populasinya meningkat dalam waktu yang relatif cepat, sehingga cepat pula merusak tanaman padi. Oleh karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan peliharaan menjadi hama padi. Pada tingkat serangan yang berat, keong mas mampu merusak banyak rumpun tanaman padi, sehingga petani harus menyulam atau mananam ulang. Luas areal pertanaman padi yang dirusak keong mas pada tahun 2007 mencapai lebih dari 22.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).
Peningkatan produktifitas dapat dicapai jika ada upaya intensif dan perhatian lebih dari segala bidang pengembangan padi. Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata hasil 4,7 t/ha, sedangkan potensinya dapat mencapai 6 – 7 t/ha. Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh; a) rendahnya efisiensi pemupukan; b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit; c) penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif; d) kahat hara K dan unsur mikro; e) sifat fisik tanah tidak optimal; f) pengendalian gulma kurang optimal (Makarim,  2000). Berdasarkan permasalahan ini perlu diketahui bagaimana praktik pembudidayaan tanaman pangan terutama padi. Hal ini berkaitan dengan manajemen budidaya dalam rangka optimalisasi hasil padi.
Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air. Konversi lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian terutama di Jawa menyebabkan produksi pertanian semakin sempit. Dalam hal ini, sektor pertanian menghadapi tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatan efisiensi pertanaman melalui pengaturan sistem tanam dan mengefisienkan umur bibit di lahan persemaian. Pengaturan sistem tanam dan umur bibit yang tepat, serta penggunaan varietas unggul padi selain efektif dalam pertumbuhan tanaman juga efisien dalam waktu dan mendapatkan produktivitas yang optimal( Anggraini, 2013).
Tanah sawah yang ditanami padi tiga kali setahun, yakni padi-padi-padi, akan tergenang terus-menerus sepanjang tahun. Sawah dengan pergiliran tanaman padi-padi-palawija, setiap tahunnya mengalami masa tergenang yang lebih lama dibandingkan dengan masa kering. Sedangkan sawah dengan pola tanam padi-palawija-bera, mengalami masa tergenang lebih singkat dibandingkan masa keringnya. Akibat adanya perbedaan pola tanam, yang menyebabkan perbedaan lamanya penggenangan tersebut, maka terjadilah perbedaan sifat-sifat morfologi tanah sawah. Sifat-sifat tanah sawah, termasuk sifat morfologinya, juga berubah setiap musim akibat penggunaan tanah yang berbeda (Al-Jabri, 1990).
Umur pindah bibit tanaman padi harus tepat untuk mengantisipasi perkembangan akar yang secara umum berhenti pada umur 42 hari sesudah semai, sementara jumlah anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50 hari sesudah semai (Astri, 2007). Penanaman bibit muda memiliki beberapa keunggulan, antara lain tanaman dapat tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak dan perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi dan cepat pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman (BPTP Jambi, 2009).
Budidaya tanaman padi dilakukan pada sawah irigasi teknis, sawah irigasi sederhana, sawah tadah hujan, lahan rawa, lahan tegal, dan lahan pasang surut. Lahan sawah merupakan tempat tumbuhnya tanaman padi yang utama. Budidaya padi di sawah irigasi dilakukan dua kali dalam setahun, bahkan pada lahan sawah yang sulit pengaturan drainasenya dilakukan penanaman padi tiga kali dalam setahun, dikenal densan IP Padi 300. Permasalahan yang terjadi dilapangan penanaman padi yang terus-menerus dilakukan dengan varietas yang sama, akan berakibat terhadap penurunan produktivitas. Varietas telah lama dikembangkan lambat laun akan terjadi masalah yaitu terhadap serangan hama penyakit tanaman, selain itu terjadi penunrnan produktivitas, walaupun penumnan akibat banyak faktor ( Suharno et al, 2010).
Kebutuhan air pertanian meliputi kebutuhan air konsumtif tanaman, efisiensi irigasi, pengolahan awal tanam dan laju perkolasi separuhnya dipenuhi oleh curah hujan, sedang separuh lainnya dari irigasi. Kebutuhan air irigasi ini dipenuhi dari aliran sungai dan waduk dalam keadaan tanpa kendala, yaitu pada musim hujan atau segera sesudah musim hujan. Pemberian air irigasi adalah 0,54 liter/detik/ha selama masa tumbuh tanaman dan 100-150 hari atau setara dengan kebutuhan air sebesar 5.750 m3/musim tanam/ha. Dengan pertimbangan hal tersebut, kebutuhan air pertanian sepenuhnya ditentukan oleh potensi sumberdaya air wilayah (Swastika, 2007).
Pengendalian hama penyakit pada padi sawah diharapkan menggunakan prinsipprinsip dalam pengendalian hama terpadu. Keberhasilan usaha penerapan konsep pengendalian hama dan penyakit kepada petani tidak bergantung dari penyuluh atau tempat yang memberi bimbingan mengenai pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit akan tetapi juga bergantung kepada petani sebagai penerima dan pelaksananya (Natawigena, 1990).
Peningkatan produksi pertanian di Wilayah Indonesia lebih dititik beratkan pada peningkatan produktivitas dibandingkan dengan penambahan luas lahan. Pemerintah daerah dalam melakukan perhitungan produksi tanaman padi menggunakan cara yang dikenal sebagai tanaman pangan. Hasil menentukan tingkat produksi secara keseluruhan. Pengetahuan tentang variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi hasil padi, dapat digunakan sebagai perencanaan dan evaluasi terhadap program pembangunan pertanian daerah untuk lebih meningkatkan produksi pertanian. Penanganan faktor produksi saat proses penanaman dan perawatan seperti jumlah bibit, jumlah rumpun penanaman, pupuk yang digunakan, obat-obatan, penanganan organisme penggangu tanaman (OPT), serta pengetahuan petani mempunyai pengaruh terhadap hasil pertanian. Hal ini tentu memberikan dampak langsung terhadap hasil ubinan padi yang dilakukan. Pengetahuan petani yang minim tentang ubinan dan faktor produksi yang mempengaruhinya membuat produktivitas tanaman padi tidak meningkat secara signifikan (Wirawan, 2014).

III.        Metode
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum lapangan (survei)  ini adalah alat tulis, Narasumber, dan Kamera.

Prosedur Pelaksanaan :
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada survey ini adalah:
1.             Menentukan komoditas yang akan dilakukan pengamatan pertumbuhan gulma.
2.             Melakukan survey lokasi lahan persawahan semarang
3.             Setelah mendapatkan izin, praktikan datang ke lokasi persawahan
4.             Melakukan wawancara langsung kepada ketua kelompok tani serta anggotanya
5.             Mencatat seluruh hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.
6.             Melakukan dokumentasi dalam bentuk foto petani dan praktikan.
7.             Melaporkan hasil kegiatan survey.

VI. Hasil dan Pembahasan
4.1          Hasil
DAFTAR PERTANYAAN SURVEI LAPANGAN PRATIKUM PTP
NO
PEUBAH PENGAMATAN
HASIL LAPANGAN
1.
Nama petani
Burhan

Pendidikan

SLTA/sederajat
Penyuluhan BPTP

-formal

-pelatihan (dsb)

Usia
62

Alamat petani
Bengkulu Tengah

Alamat lahan
kec. Sungai serut
kel. Semarang

Jenis komoditas
Padi

Luas usaha tani
0,5 ha

Status usaha tani
milik sendiri

Status lahan
Penggarap

Usaha lainya
-

Jumlah tenaga kerja
Menggunakan tenaga keluarga (2)
2.
Pembukaan lahan


a.       Alat Dan Mesin pembukaan lahan
hand traktor

b.      Bentuk lahan
persegi

c.       Ketinggian tempat

3.
Pengolahan tanah


a.       Alat dan mesin pengolahan tanah
hand traktor

b.      Jenis tanah

4.
Pembibitan


a.       Alat dan Mesin Benih
Manual

b.      Varietas Benih
Benih Mikongga

c.       Waktu benih

5.
Penanaman
a.       Alat dan mesin penanaman
b.      Penentuan pola tanam
c.       Pembuatan lubang tanam
d.      Jarak tanam

Manual
LEGOWO
Menggunakan Tali
25 cm
6.
a.       Alat dan Mesin pemeliharaan
mekanis

b.      Penyulaman
4 HST

c.       Pengairan Dan Penyiraman
Irigasi

-Waktu
17 hari

d.      Pemupukan


-Jenis Pupuk
Ponska dan Urea

-          Dosis Pupuk
200 kg

-Usia tanaman di pupuk
1. setelah tanaman 4 hari
2. menjelang berbunga

e.       Penyiangan
Arit dan tleser

f.       Pembubunan


g.      Nama gulma
teki-tekian

h.      Pengendalian gulma


i.        Nama hama dan penyakit menyerang tanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang
Walang Sangit dan Tikus
7.
Pemanenan


a.       Alat dan Mesin pemanenan
Arit  dan tleser

b.      Ciri dan Umur panen
Daun padi mulai mengguning

c.       Cara Panen
Memotong pangkal rumpun padi

d.      Perkiraan produksi
3,5 ton

e.       Berat Bernas


f.       Berat hampa

8.
Pengolahan Hasil


a.       Alat dan Mesin pengolahan hasil


b.      Bahan tambahan pengolahan hasil


c.       Produk Hasil
½ di jual ½ di konsumsi
9.
Pasca Panen


a.       Penggunaan biomassa


b.      Konservasi tanah
Jerami di biarkan di sawah


4.2 Pembahasan
Hasil survei tanaman pangan di kec. Sungai serut kel. Semarang petani yang praktikan temui adalah pembudidaya padi. Pengalaman sebagai petani cenderung masih belum terlalu lama yakni 5 tahun. Hal ini berkaitan dengan usia narasumber yang masih muda, adapun tangunggan narumber adalah 1 orang istri dan 3 anak. Pekerjaan pertani dipilih oleh narasumber sebab pekerjaan ini merupakan pekerjaan turun temurun dari orang tua. Disisi lain perlunya untuk memenuhi kebutuhan pokok akan beras yang semakin mahal membuat narasumber berusaha memenuhinya dengan berbudidaya sendiri.
Lahan yang diusahakan oleh narasumber tergolong cukup luas yakni 0,5 Ha. Hal ini mengingat letak lahan didaerah yang tergolong wilayah perkotaaan. Lahan yang dibudidayakan merupakan lahan milik sendiri yang diperoleh dari orang tua narasumber. Dengan demikian keuntungan dari usaha yang dikembangkan sepenuhnya menjadi hak narasumber. Lahan tersebut sepenuhnya dibudidayakan dalam pengembangan padi secara monokultur. Hal ini menurut narasumber lebih menguntungkan, selain itu memang peruntukan wilayah lahan ini meang dibuka untuk persawahan, saehingga tidak dialih fungsikan. Pemanfaatan lahan sebenarnya menurut penyurvei dapat dikombinasikan atau diintegrasikan dengan tanaman hortikultura dipingir pematang hal ini saya nilai ekonomis sebab dapat meningkatkan potensi lahan yang ada dan dapat meningkatkan keuntungan.
Padi dipilih sebagai komoditi utama oleh narasumber sebab kebutuhan padi di Indonesia yang masih tinggi, serta dinilai harga padi akan semakin naik seiring pertambahan penduduk. Disisi lain memang lahan tersebut sebelumnya dikembangkan untuk budidaya padi yang dinilai mudah dalam perwatannya. Pengetahuan tentang budidaya padi juga menjadi alasan sebab kembangkan tanaman padi pada laghan tersebut. Serangan OPT pada padi dinilai hampir sama setiap tahun, hal ini dianggap lebih mudah ditangani oleh petani padi daripada mengembangkan komoditi lain yang serangan OPTnya tidak diketahui pengendaliannya.
Pengelolaan tanaman padi yang dilakukan oleh narasumber tergolong pertanian moderen yang kurang ramah lingkungan. Hal ini didasarkan pada input yang digunakan dalam budidaya tergolong bahan kimia sintetik. Hal ini da-pat kita amati dari input pertama seperti pemupukan dan pengendalian opt dilakukan dengan bahan kimia. Hal ini tentu saja kurang baik sebab pada dasarnya pengunaan bahan kimia secara terus menerus akan menurunkan produktifitas lahan. Berdasarkan hal ini sebenarnya perlu dialakuakan sosialisasi dalam manajemen pertanian padi yang ramah lingkungan. Hal ini berkaitan dengan perkembangan jumlah penduduk dan penyusutan area pertanian. Budidaya yang tidak memerhatikan lingkungan tentu akan menningkatkan biaya produksi setiap tahunnya.
Subsidi pupuk maupun benih sebenarnya sudah tepat namun pelaksananannya dlapangan saja yang kurang baik. Hal ini dapat ditinjau bahwa tidak semua petani mengetahui adanya subsidi benih oleh pemerintah, sehingga petani memilih benih yang memang sudah setapa tahun dikembangkan. Disisi lain penyebaran beih dan pupuk subsidi oleh pemerintah yang tidak menentu membuat petani menjadi binggung sehingga petani memilih pupuk dan benih yang ada. Kaitanya dalam hal subsidi puuk sebenarnya sangat membantu petani jika ketersediaannya tetap dan pasti.


V.           Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey bahwa pembudidayaan padi oleh petani adalah sudah mengunakan teknik dan teknologi yang cukup moderen sesuai perkembangan pertanian Indonesia. Analisis ekonomi mebunjukkan budidaya layak dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabri, M., Soepartini, dan Didi Ardi S. 1990. Status hara Zn pada lahan sawah. hlm. 427-464 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk. Cisarua, 12-13 Nopember 1990. Puslittanak-Badan Litbang Pertanian
Anggraini, F. 2013.  Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman . 1(2):52-61
Astri, D., Sugiyanti. 2007. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit Pada Padi sawah. Skripsi. Universitas Gadjah mada, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik .2013. Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. http://bps.tnmnpgn.go.id. Diakses tanggal 30 Nov 2015.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jambi.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008. Luas Serangan Siput Murbai pada Tanaman Padi Tahun 1997- 2006, Rerata 10 Tahun dan Tahun 2007”. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.
Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorder and Nutrient Management. International Rice Research Institute – Potash & Phosphate Institute (PPI) - Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC).
Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah Menimbulkan Dampak Negatif bagi Ketahanan Pangan dan Lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(6). Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised And Translated by P. A. Van Der Laan, University of Amsterdam With The Assistance Of G. H. L. Rothschild, CSIRO, Canberra. P.T. IchtiarBaru-Van Hoeve. Jakarta.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa Raya Padang; 232 hlm.
Kasim, M. 2004. Manajemen penggunaan air. Meminimalkan penggunaan air untuk meningkatkan produksi padi sawah melalui Sistem Intensifikasi padi (The System of Rice Intensification, SRI). Makalah Pengukuhan Guru Besar pada Universitas Andalas Padang.
Makarim.2000. Konsep dan Stategi Peningkatan Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bogor.
Mudjisihono, 2004. Budidaya Padi Varietas Unggul Baru dan Varietas Unggul Tipe Baru di Daerah Istimewa Yogyakarta. BPTP, Yogyakarta.
Natawigena. 1990. Pengendalian Hama Terpadu. CV. Armico. Bandung.
Notarianto.2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik Dan Padi Anorganik.Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang
Suharno, Nugrohotomo, Bharoto, Dan Koeswini. 2010. Daya Hasil Dan Karakter Unggul Dominan Pada 9 Galur Dan 3 Varietas Padi (Oryza Satival.) Di Lahan Sawah Irigasi Teknis. Jumal llmu-ilmu Peftanian. 6(2) :165-184
Susanto. 2003. Kajian Alternatif Paket Teknologi Produksi Padi Sawah. Balitbang, Puslitbang, Bogor.
Swastika. 2007. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi Pemanfaatan Lahan Sawah Di Indonesia. 5(1) : 36-52
Wirawan.2014. Analisis Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Badung Provinsi Bali. Jurnal Manajemen Agribisnis. 2( 1):76-90


Lampiran


 persawahan didaerah Ulu Talo


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system