BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mata kuliah
Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah yang berisikan prinsip-prinsip dasar pengusahaan
tanaman, pengenalan faktor-faktor produksi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman. Kegiatan praktikum diselenggarakan sebagai sarana untuk melengkapi dan
mendukung pemahaman teori yang diberikan dalam perkuliahan. Pemahaman meteri praktikum
diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan di lapangan dan penelaahan bahan
bacaan yang materinya disusun sesuai dengan materi pokok perkuliahan.
Praktikum
lapangan Dasar-dasar Agronomi merupakan serangkaian kegiatan di lapangan (lahan
praktikum) yang berisikan materi identifikasi dan praktik kegiatan budidaya
tanaman. Melalui praktikum ini mahasiswa akan memperoleh pengalaman empiris
melakukan kegiatan mulai dari pengenalan tanaman, prinsip-prinsip penggunaan
sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), penanaman benih, pembibitan tanaman,
pemeliharaan tanaman yang meliputi penyulaman, penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama penyakit dan pengendalian gulma serta pemanenan.
Selain itu
mahasiswa juga menghitung dan menganalisis penggunaan sarana produksi,
mengamati morfologi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta mengamati dan
menghitung hasil panen, komponen hasil dan produktivitas tanaman. Praktikan
juga memperoleh wawasan kegiatan budidaya sebagai salah satu subsistem dari
sistem agribisnis.
Tanaman
kangkung merupakan tanaman yang menetap yang dapat hidup lebih dari setahun.
Tanaman yang diduga berasal dari kawasan asia dan afrika ini meliputi dua jenis
yang biasa dibudidayakan petani yakni kangkung darat dan kangkung air.
Kangkung darat memiliki ciri yaitu berdaun panjang dengan ujung runcing dan
berwarna hijau keputih-putihan kangkung ini mudah dibedakan dengan kangkung air
dari warna bunganya yang putih bersih. Kangkung darat umumnya dijual dalam
bentuk cabutan tanaman bersama akarnya. Maka itu, dipasaran
kangkung darat diistilahkan dengan kangkung cabut. Tanaman kangkung darat
termasuk tanaman dikotil dan berakar tunggang. Akarnya menyebar kesegala arah
dan dapat menembus tanah sampai kedalaman 50 cm lebi. Batang tanaman berbentuk
bulat panjang beruas mirip batang bambu. Daun kangkung berwarna hijau tu
dibagian atasnya. Tangkai daunnya panjang dan melekat pada setiap ruas batang.
(Haryoto, 2009:10)
1.2
Tujuan
1.
Mahasiswa mampu mempersiapkan lahan
yang akan digunakan untuk penanaman di lapang.
2.
Mahasiswa dapat melakukan
langkah-langkah yang diperlukan dalam melakukan penaman.
3.
Mahasiswa dapat menetukan letak
lubang tanaman sesui dengan jarak tanam komoditi.
4.
Mahasiswa dapat menempatkan pupuk
dasar pada petakan tanaman.
5.
Mahasiswa dapat menghitung daya
tumbuh tanaman di lapangan
6.
Mahasiswa dapat melakukan
penjarangan tanaman dengan metode yang benar.
7.
Mahasiswa dapat menentukan kriteria
tanaman yang perlu disulam dan melakukan penyulaman.
8.
Mahasiswa mampu melakukan teknik
pengukuran organ vegetatif tanaman sebagai indikator pertumbuhan tanaman.
9.
Mahasiswa dapat melakukan
pembumbunan tanaman dengan cara yang benar, melakukan pemupukan dengan benar.
10.
Mahasiswa dapat mengenali gejala
kelainan tanaman dan menentukan penyebab kelainan.
11.
Mahasiswa dapat memilih metode dan
bahan pertisida yang diperlukan dan melakukan pengendalian OPT dengan benar.
12.
Mahasiswa dapat menentukan saat
panen berdasarkan kriteria panen tanaman kangkung.
13.
Mahasiswa dapat melakukan pengamatan
kualitatuf dan kuantitatif secara benar terhadap setiap peubah pertumbuhan
tanaman dan dapat mengkorelasikan antar data peubah ke dalam informasi
sederhana dan lengkap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kangkung merupakan
tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak
dari be nih. Kangkung (Ipomoea sp)
dapat ditanam di dataran re ndah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis
tanam an sayuran daun,termasuk kedalam famili Convolvulaceae.
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas :
Asteridae
Ordo :
Solanales
Famili :
Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus :
Ipomoea
Spesies :
Ipomoea reptana Poir.
Kangkung adalah salah satu jenis tanaman sayuran daun yang mampu hidup di
darat atau di air. Tanaman kangkung tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh
yang sulit. Salah satu syarat yang penting adalah air yang cukup. Apabila
kekurangan air pertumbuhannya akan mengalami hambatan. Kangkung diperbanyak
dengan stek batang yang panjangnya 20-25 cm atau dengan biji. Untuk penanaman
kangkung di darat digunakan benih dari biji, namun dapat pula digunakan stek.
Untuk mempercepat perkecambahan diperlukan perendaman benih di dalam air selama
satu malam sebelum benih itu disebarkan (Sutarya, 1995).
Menurut Sriharti dan Takiyah (2007), tanaman kangkung terdiri dari dua
varietas yaitu kangkung darat atau disebut kangkung cina (Ipomoea reptans Poir)
dan kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) yang tumbuh secara alami di sawah,
rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak
pada warna bunga dan bentuk batang serta daun. Kangkung air berbunga putih
kemerahan, batang dan daunnya lebih besar, warna batangnya hijau, sedangkan
kangkung darat daunnya panjang dengan ujung runcing berwarna hijau keputihan,
bunganya berwarna putih.
Kangkung (I. reptans Poir.) merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh
lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku,
banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Perakaran tanaman
kangkung berpola perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar kesemua arah,
dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 – 100 cm, dan melebar secara mendatar
pada radius 100 – 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.).
Sebagian besar budidaya kangkung menggunakan kangkung darat. Dari berbagai
varietas kangkung yang diuji di Balithor Lembang, baru satu varietas yang
dinyatakan unggul, yaitu kangkung darat varietas Sutera. Varietas tersebut
dirilis berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
436/Kpts/TP.240/7/1984. Deskripsi varietas Sutera adalah: produksi daunnya
tinggi antara 12 – 44 ton/hektar, produksi biji 6 ton.hektar, umur panen mulai
39 hari setelah tanam, tipe pertumbuhan ”tegak” setinggi 45 cm atau bila
dibiarkan memanjang dapat mencapai 2 meter, cita-rasanya enak dan tidak
berlendir, tahan terhadap penyakit karat dan virus keriting, serta cocok
dikembangkan di lahan kering (Rukmana, 1994).
Kelebihan tanaman kangkung adalah umur panennya yang pendek. Tanaman
kangkung dapat dipanen pada umur 35 hari. Menurut Djuariah (2008), ciri tanaman
kangkung siap dipanen adalah pertumbuhan tunasnya telah memanjang sekitar 20 –
25 cm dan ukuran daun-daunnya cukup besar (normal). Waktu panen yang paling
baik adalah pagi atau sore hari agar tidak mengalami kelayuan yang drastis
akibat pengaruh suhu udara yang panas ataupun teriknya sinar matahari.
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya.
Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal
dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan
Australia dan bagian negara Afrika (Widiyanto, 1991).
Pertumbuhan vegetatif dan
generatif adalah proses penting dalam siklus hidup setiap jenis tumbuhan.
Pertumbuhan vegetatif adalah pertambahan volume, jumlah, bentuk dan ukuran
organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan akar yang dimulai dari terbentuknya
daun pada proses perkecambahan hingga awal terbentuknya organ generatif.
Sedangkan pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan organ generatif yang dimulai
dengan terbentuknya primordia bunga hingga buah masak. Kedua proses dan fase
pertumbuhan ini ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, tempat tumbuh
tanaman (Humphries dan Wheeler, 1963 in Gardner, et. al., 1985)
sehingga terdapat perbedaan masa dan fase antar jenis, varietas dan lingkungan
yang berbeda.
Pada tanaman semusim, fase vegetatif dan generatif hanya
berlangsung selama setahun atau semusim sedangkan pada tanaman tahunan fase ini
dapat berlangsung sepanjang tahun atau bergantian secara periodik selama
tahunan. Dengan demikian studi kedua fase ini penting dalam konservasi,penelitian
dan pengembangan jenis tumbuhan, termasuk tumbuhan obat. Dari sini akan dapat
ditentukan masa tanam, pemeliharaan, pola tanam, karapatan populasi,
pengendalian jasad pengganggu dan masa panen secara optimal. Fase vegetatif terutama
terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Fase ini
berhubungan dengan 3 proses penting;
(1) pembelahan sel, (2) pemanjangan sel, dan (3) tahap awal dari diferensiasi sel
(Harjadi, 1989).
Pembelahan sel terjadi
pada pembuatan sel-sel baru. Sel-sel baru ini memerlukan karbohidrat dalam
jumlah yang besar, karena dindingdindingnya terbuat dari selulosa dan
protoplasmanya kebanyakan terbuat dari gula. Jadi, bila faktor-faktor lain
dalam keadaan favorabel, laju pembelahan sel tergantug pada persediaan
karbohidrat yang cukup. Seperti telah dinyatakan di muka, pembelahan sel
terjadi dalam jaringanjaringan meristematik pada titik-titik tumbuh batang dan
ujung-ujung akar, dan pada kambium. Karena itu, jaringan-jaringan ini harus
dilengkapi dengan pangan yang dibentuk, hormon-hormon dan vitamin vitamin dengan
tujuan untuk membuat sel-sel baru.
Pemanjangan sel
terjadi pada pembesaran sel-sel baru tersebut. Proses ini
membutuhkan (1) pemberian air yang banyak, (2) adanya hormon tertentu yang
memungkinkan dinding-dinding sel merentang, dan (3) adanya gula. Daerah
pembesaran sel-sel berada tepat di belakang titik tumbuh. Kalau sel-sel pada
daerah ini membesar, vakuola-vakuola yang besar terbentuk. Vakuola ini secara
relatif mengisap air dalam jumlah besar. Akibat dari absorpsi air ini dan adanya
hormon perentang sel, selsel memanjang. Sebagai tambahan dari pertambahan besar
sel, dindingdindingnya bertambah tebal, karena menumpuknya selulosa tambahan
yang terbuat dari gula.
Tahap awal dari
diferensiasi sel, atau pembentukan jaringan,
terjadi pada perkembangan jaringan-jaringan primer. Perkembangannya memerlukan
karbohidrat, seperti: penebalan dinding dari sel-sel pelindung pada epidermis
batang dan perkembangan pembuluh-pembuluh kayu baik di batang maupun di akar.
Jadi kalau suatu tanaman membuat sel-sel baru, pemanjangan sel-sel tersebut, dan
penebalan jaringan-jaringan, sebenarnya mengembangkan batang, daun dan sistem
perakarannya. Kalau laju pembelahan sel dan perpanjangannya serta pembentukan jaringan
berjalan cepat, pertumbuhan batang, daun dan akar juga berjalan cepat.
Sebaliknya, bila laju pembelahan sel lambat, pertumbuhan batang,
daun dan perakaran dengan
sendirinya lambat juga. Karena pembelahan, pembesaran dan pembentukan jaringan
memerlukan persediaan karbohidrat dan karena karbohidrat dipergunakan dalam
proses-proses ini, perkembangan batang, daun dan akar memerlukan pemakaian karbohidrat.
Jadi dalam fase vegetatif dari suatu perkembangan, karbohidrat
dipergunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat
yang dibentuknya.
Pengukuran
tanaman kangkung meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun. Ukuran
tinggi tanaman dari pangkal batang/ permukaan tanaman hingga ujung daun
tertinggi dengan menguncupkan tanaman secara vertical. Menghitung jumalah
seluruh daun yang berwarna hijau dan telah membuka sempurna pada setiap tanaman
sampel (Marakati et al. 2015).
Pembentukan
daun dipengaruhi oleh penyerapan dan ketersediaan unsur hara, terutama unsur
hara makro. Unsur nitrogen sangat berperan dalam pembentukan daun dan unsur K yang
berperan untuk meningkatkan pembentukan bunga dan klorofil, meningkatkan
pembentukan zat gula, meningkatkan pembentukan karbohidrat, mengatur membuka
menutupnya stomata, meningkatkan daya serap air, meningkatkan kekuatan daun,
meningkatkan pembesaran umbi dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit
(Juanda dan Cahyono, 2000).
BAB III
METODELOGI
3.1. Alat dan Bahan
ALAT
|
|
Cangkul
|
Tali rafia
|
Sabit
|
Kertas A4
|
Parang
|
Map plastik
|
Ajir
|
Spidol
|
Meteran
|
Alat tulis
|
Timbangan
|
Penggaris
|
Tugal
|
Timbangan Analitic
|
3.2. Cara Kerja
Praktikum dilaksanakan dalam bentuk
observasi deskriptif terhadap budidaya tanaman kangkung darat sebagai tanaman
objek pengamatan yang dilakukan secara kelompok dalam satu kelompok berjumlah
dua orang yakni Eldza (saya sendiri) dan Irfan, kami mendapatkan pembagian
kelompok 7. Budidaya kangkung darat (Ipomoea
reptans Poir.) adalah di lokasi lahan praktikum jurusan Budidaya Pertanian,
yang berlokasi di dalam kampus Universitas Bengkulu.
3.2.1. Persiapan Lahan
1.
Membersikan lahan dari gulma atau
sisa-sisa tanaman yang ada. Melakukan pengolahan tanah dengan cara digemburkan.
Bedengan yang akan ditanami kangkung ditambah pupuk kandang sebanyak 20 ton per
hektar. Kemudian mencampur pupuk pada bedengan tanaman bersamaan dengan
penggemburan tanah.
2.
Meratakan permukaan tanah pada
petakan sehingga tinggi permukaan tanah sama. Tinggi bedengan dibuat 30 cm,
tapi dalam kenyataan ada beberapa bedengan yang di lahan masih dibawah 30 cm
akibat bedengan terendam dengan air karena lahan yang ditanami kangkung yakni
tanah gambut.
3.
Membuat bedengan berukuran 3m x 2m
(panjang 3 meter dan lebar 2 meter). Dua mahasiswa mempersiapkan satu bedengan.
Antara jarak satu bedengan. Antara jarak satu bedengan dengan bedengan yang
lain 0,5 m. Dan kemudian meluruskan bedengan dengan bedengan antar kelompok.
4.
Sebagai pembantas antar bedengan
membuat siring/parit berukuran lebar 0,5 m dan dalam 0,3 m.
5.
Menandai batas petekan dengan
menggunakan anjir.
3.2.2. Persiapan Tanah
1.
Membersihkan petakan dari gulma yang
tumbuh.
2.
Menentukan letak lubang tanam
berdasarkan jarak yang akan diaplikasikan, yaitu dengan menetapkan letak
tanaman sudut =
jarak tanam
kemudian meletakkan tanaman berikutnya mengikuti jarak tanam.
3.
Menyiapkan 2 rentangan tali raffia.
Dan membuat simpul tali raffia atau ditandai dengan spidol dengan mengikuti
jarak tanam sesui komoditi. Jika tanaman kangkung maka jarak tanam yang
digunakan 10cm x 20cm: tali raffia ke 1 diberi tanda setiap jarak 20 cm, tali
raffia ke 2 diberi tanda setiap titik jarak 10 cm.
4.
Lalu merentangkan tali jarak tanam
sejajar dengan tepi petakan dan simul pertama tepat pada tanaman sudut, untuk
menentukan lubang tanam pada barisan tanaman demikian seterusnya.
5.
Membuat lubang tanam dengan
kedalaman 5-7 cm sesuai jarak tanam dengan tugal tepat pada simpul tali jarak
tanam, sebelum membuat jarak tanam ditentukan dulu arah matahari terbit.
6.
Senjutnya menanam benih yang
tersedia dengan cara benih memasukkan benih sebanyak 2 butir pada setiap lubang
tanam.
7.
Dipastikan bahwa lubang tanaman
sudah terisi benih dan kemudian melakukan pemupukan dasar dengan dosis
sebagimana pada tabel dibawah dengan cara membuat alur terlebih dahulu berjarak
dengan barisam tanaman, kemudian menaburkan pupuk lalu langsung tutup supanya
pupuk yang sudah di tabur senyawa yang ada tidak hilang begitu saja.dan untuk
pupuk urea unsur N dilakukan pemupukan 2 x.
Tanaman
|
Dosis Setiap Jenis Pupuk (kg/ha)
|
|||
Urea
|
SP 36
|
KCL
|
||
Pertama: saat tanam
|
Kedua: 15 hari setelah tanam
|
|||
kangkung
|
50
|
50
|
25
|
25
|
8.
Melakukan pengaliran dengan cara
menyiram pada setiap alur lubang tanam hingga tanah cukup basah, berhubung
musim hujan jadi praktikan tidak melakukan penyiraman.
9.
Membuat label nama praktikan, npm,
shift pratikum, nama tanaman pada petakan yang dibudidayakan oleh kelompok
dengan menggunakan map plastic berukuran 30cm x 15 cm.
3.2.3.
Daya Tumbuh,
Penjarangan, dan Penyulaman Tanaman
1.
Melakukan pengamatan secara umum
terhadap semua tanaman di seluruh petakan meliputi:
a.
Daya tumbuh tanaman, dengan cara
menghitung jumlah benih yang tumbuh di seluruh petakan dan membandingkan dengan
jumlah benih yang ditanam.
Daya tumbuh =
b.
Tipe perkecambahan, mengamati posisi
endosperm kecambah kemudian menggambar sacara benar posisi endosprem terhadap
akar dan batang dari setiap jenis tanaman tersebut. Mengamati apakah endosperm
muncul di atas permukaan tanah atau tetap tingga di dalam tanah dan pada
umumnya benih tanaman kangkung berkecambah (Hipogeal) yang mana terjadinya
pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga menyebabkan plumula keluar dan
menenbus kotiledonnya masih tetap berada di dalam tanah
2.
3.2.4. Pemeliharaan (Pembubunan, Pemupukan
Susulan, dan Pengendalian OPT)
Melakukan pengairan setiap harinya jika tanah kurang lembab. Menggemburkan
tanah. Melakukan pemupukan susulan dengan Urea 50 gr. Mengamati gulma yang
tumbuh dan memberi keterangan. Melakukan pengendalian gulma secara manual
dengan cara mencabuti atau menggunakan sengkuit/arit semua gulma yang tumbuh
pada petakan dan sekitar petakan, mengumpulkan semua gulma dan membuang jauh
dari petakan tanaman. Mengamati dan menulis gejala dan kelainan yang dijumpai
yang disebabkan oleh hama atau penyakit. Melakukan pengendalian terhadap organisme
pengganggu tanaman (OPT).
3.2.5. Pengamatan dan Pemanenan
Untuk setiap minggunya, yaitu sebanyak 5 minggu, dilakukan pengamatan pada
ke 20 sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Pengamatan berupa tinggi tanaman
dan jumlah daun serta daya tumbuh tanaman. Kemudian catatlah data tersebut.
Pada minggu terakhir dari praktikum, panenlah tanaman kangkung kemudian
ditimbang berat keseluruhan lalu dibawa ke laboratorium agronomi untuk
ditimbang bobot daun, bobot per tanaman dan menghitung luas daun.
Rumus
perhitungan:
1.
Menyiapkan kertas, membuat tabel
pengamatan untuk mencatat hasil pengamatan. Dan menulis identitas praktikum
pada lembar kertas tersebut.
2.
Mengambil objek pengamatan yang utuh
dari sebuah objek yang telah ada.
3.
Mengukur organ vegetatif dengan
menghitung kehijaun daun (%), mengukur tinggi tanaman dan mengukur diameter
batang dengan mengunakan jangka sorong.
4.
Kemudian,
mencatat hasil yang telah di ukur dan exchange data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Dosis pupuk untuk tanaman kangkung.
Keterangan:
Dosis pupuk
urea 50 kg/ha
1 ha = 10.000 m2
30 kolom dan 10
baris.
Perhitungan :
Lahan tanaman
kangkung = 5m x 6 m = 30 m2, pupuk yang di perlukan 30 kg =
Ø
Urea yang diperlukan pertanaman
adalah 0,1 gram (30 gram/300 populasi)
Ø
KCl yang dibutuhkan 0,05 gram
sedangkan
Ø
SP 36 sama dengan 0.05 yang artinya
dalam 300 populasi di butuhkan 15 gram.
Daya tumbuh, Penjarangan dan
Penyulaman Tanaman
Menghitung daya
Tumbuh
Dengan hasil
yang sudah di hitung didapat pada baris pertama jumlah tanaman yang hidup
adalah 20 batang, baris ke 2 adlaah 14 batang, baris ke 3 adalah 22 batang,
baris ke 4 dan ke 5 adalah 19 batang, baris ke 6 adalah 18 batang, baris ke7
adalah 20 batang, baris 8 adalah 21 batang, baris ke 9 adalah 15 batang, baris
ke 10 adalah 17 batang, baris ke sebelas adalah 10 batang, dan baris ke 12
adalah 7 batang. Jumlah seluruh tanaman yang tumbuh adalah 212 batang tanaman.
Sedangkan
tanaman yang tidak tumbuh adalah 29,4 %
Tabel 1.
Pengukuran pertumbuhan tanaman pada minggu pertaman.
Sampel
|
Tinggi (cm)
|
Daun (helai)
|
1
|
8,7
|
4
|
2
|
6
|
3
|
3
|
9,6
|
4
|
4
|
10,5
|
5
|
5
|
6,5
|
4
|
6
|
7
|
4
|
7
|
7,8
|
3
|
8
|
9,2
|
5
|
9
|
7,6
|
4
|
10
|
7,8
|
4
|
11
|
8,6
|
4
|
12
|
9,4
|
4
|
13
|
8
|
4
|
14
|
8,5
|
3
|
15
|
9,6
|
4
|
16
|
7,7
|
3
|
17
|
6,9
|
4
|
18
|
9,9
|
5
|
19
|
8,4
|
4
|
20
|
9,4
|
4
|
21
|
9,5
|
4
|
22
|
9
|
5
|
23
|
8,5
|
4
|
24
|
7,3
|
3
|
25
|
7,2
|
4
|
26
|
9,9
|
4
|
27
|
8
|
4
|
28
|
12
|
5
|
29
|
11,5
|
4
|
30
|
7,5
|
2
|
Rata-rata
|
8,26 cm
|
3,9 helai
|
Tabel 2.
Pengukuran pertumbuhan tanaman pada minggu perkedua.
Sampel
|
Tinggi (cm)
|
Daun (helai)
|
1
|
28
|
8
|
2
|
17,7
|
8
|
3
|
20
|
11
|
4
|
19,9
|
7
|
5
|
15,4
|
5
|
6
|
11
|
5
|
7
|
14,5
|
6
|
8
|
18,5
|
8
|
9
|
12
|
6
|
10
|
16
|
8
|
11
|
15
|
7
|
12
|
17
|
8
|
13
|
20
|
9
|
14
|
13,5
|
7
|
15
|
17,2
|
12
|
16
|
17,8
|
9
|
17
|
14
|
7
|
18
|
20
|
9
|
19
|
20
|
9
|
20
|
15
|
9
|
21
|
17,5
|
8
|
22
|
20
|
8
|
23
|
14
|
7
|
24
|
19,5
|
8
|
25
|
13
|
7
|
26
|
17,5
|
8
|
27
|
13,5
|
4
|
28
|
21,5
|
18
|
29
|
13,9
|
8
|
30
|
28
|
7
|
Rata-rata
|
17,36 Cm
|
7 helai
|
Tabel ke 3.
Pengukuran pertumbuhan tanaman pada minggu ke tiga.
Sampel
|
Tinggi (cm)
|
Daun (helai)
|
1
|
30.5
|
12
|
2
|
31
|
15
|
3
|
25.5
|
23
|
4
|
29
|
23
|
5
|
26.7
|
9
|
6
|
14.8
|
7
|
7
|
20.9
|
13
|
8
|
29.9
|
28
|
9
|
16.4
|
16
|
10
|
23.2
|
22
|
11
|
23.3
|
10
|
12
|
29
|
23
|
13
|
31.5
|
19
|
14
|
24.2
|
11
|
15
|
25.5
|
37
|
16
|
27.2
|
29
|
17
|
24.2
|
30
|
18
|
31.5
|
31
|
19
|
30
|
23
|
20
|
20.1
|
21
|
21
|
27.9
|
39
|
22
|
31
|
25
|
23
|
22.5
|
20
|
24
|
29
|
16
|
25
|
18.5
|
24
|
26
|
26
|
21
|
27
|
19
|
16
|
28
|
32
|
30
|
29
|
22
|
12
|
30
|
35
|
12
|
Rata-rata
|
25.9 cm
|
19.7 helai
|
Tabel ke 4. Menghitung
sampel.
Sampel
|
Bobot/Sampel (gram)
|
Diameter Batang (mm)
|
1
|
3.93
|
0.8
|
2
|
21.2
|
0.7
|
3
|
44.1
|
0.6
|
4
|
34.2
|
1
|
5
|
24.0
|
0.6
|
6
|
5.6
|
0.5
|
7
|
20.8
|
0.6
|
8
|
77.3
|
0.8
|
9
|
21.0
|
0.4
|
10
|
29.2
|
0.6
|
11
|
11.7
|
0.9
|
12
|
25.0
|
1
|
13
|
40.6
|
0.4
|
14
|
16.0
|
0.4
|
15
|
43.4
|
0.5
|
16
|
53.4
|
0.6
|
17
|
57.8
|
0.8
|
18
|
37.1
|
0.7
|
19
|
49.1
|
0.6
|
20
|
31.9
|
0.6
|
21
|
50.7
|
1
|
22
|
29.2
|
1
|
23
|
10.7
|
0.3
|
24
|
30
|
0.7
|
25
|
17.3
|
0.8
|
26
|
25.4
|
0.6
|
27
|
13.9
|
0.6
|
28
|
92
|
0.6
|
29
|
28.7
|
0.8
|
30
|
19.9
|
1
|
Tabel 5. Luas
Daun
Sampel
|
Bobot seluruh daun (gr)
|
Bobot potongan daun
|
Luas potongan daun
|
Luas daun
|
1
|
5,1
|
1,3
|
5 x 2,1
|
41,19
|
2
|
5,1
|
1,6
|
6,5 x 2
|
10,86
|
3
|
5,2
|
0,7
|
5,5 x 2
|
81,7
|
4
|
6,8
|
0,9
|
4,5 x 2
|
68
|
5
|
5,3
|
0,6
|
8 x 3
|
212
|
6
|
0,6
|
0,1
|
2 x 0,5
|
6
|
7
|
3,1
|
0,8
|
4 x 1
|
15,5
|
8
|
12,7
|
2,3
|
7 x 2
|
77,30
|
9
|
6,1
|
1
|
5,5 x 2,5
|
83,87
|
10
|
7,5
|
1,1
|
3,8 x 2
|
53,18
|
11
|
3,1
|
0,5
|
4,8 x 1,5
|
44,64
|
12
|
5,8
|
1
|
5 x 1,5
|
23,25
|
13
|
3
|
0,9
|
5 x 2,3
|
38,3
|
14
|
4,8
|
0,3
|
5 x 1
|
88
|
15
|
9,6
|
1,9
|
5 x 2
|
50,52
|
16
|
11,3
|
1,4
|
6 x 2
|
96,85
|
17
|
11,3
|
1,5
|
5,7 x 2,5
|
107,35
|
18
|
7,9
|
1,2
|
7,5 x 3
|
148,125
|
19
|
7,5
|
0,8
|
6,5 x 3
|
182,81
|
20
|
7,4
|
0,4
|
3,5 x 3
|
194,25
|
21
|
12,6
|
2
|
4 x 2
|
50,4
|
22
|
9,5
|
2,3
|
6,5 x 3
|
80,54
|
23
|
3,3
|
0,3
|
3 x 1
|
33
|
24
|
7,3
|
1,3
|
4,5 x 2,5
|
63,17
|
25
|
4
|
0,7
|
5,5 x 1,5
|
47,14
|
26
|
7,5
|
1,9
|
7 x 2,5
|
69
|
27
|
2,8
|
0,6
|
4 x 1
|
18,67
|
28
|
15,4
|
2,1
|
6 x 3
|
132
|
29
|
3,9
|
0,9
|
5 x 1
|
21,62
|
30
|
5,5
|
0,6
|
4 x 2,5
|
91,67
|
Keterangan :
Ø
Ø
Berat seluruh sampel 1720 – 105
(nanpan) – 20 (berat 1 ajir sampel) = 1,595 gram
Ø
Berat 1 petak =
Gulma
|
|
|
|
Hama
|
|
Daun
dimakan oleh belalang.
|
Dimakan
oleh ulat.
|
Batang
kangkung ini berwarna merah, ini dimungkinkan biji tanaman kangkung tercampur
dengan parietas lain.
|
Melakukan
penghitungan jumlah daun setelah panen.
|
Mengukur panjang dan lebar potongan daun.
|
Menimbang seluruh sampel.
|
Batang tanaman
kangkung yang selasai dihitung sampel.
|
Menmbang
potongan daun yang sudah dipotong.
|
4.2. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan selama kurang lebih 5 minggu dengan 3 kali
pengamatan yang di tanaman pratikan adalah tanaman kangkung darat (Ipomoeareptans Poir). Yang di lakukan di
lahan pratikum jurusan budidaya petanian. Dengan luas lahan perpetak adalah 3 x
2 m.
Sebelum melakukan penanaman pratikan mengolah lahan terlebih dahulu dan
kemudian langsung memberi pupuk kandang sebayak 1 karung dan sembari diratakan.
Dan di biarkan setelah beberapa hari kemudian menanam dengan 2 benih per lubang
tanam.
Setelah 3 hari penanaman benih kangkung tumbuh dengan persentase daya
tumbuh adalah 70,6%. Sedangkan daya tidak tumbuh adalah 29,4 % ini disebabkan
karena kondisi lahan yang tidak memadahi, tanah yang di olah adalah tanah
gambut dan bekas sawah serta banyak mata air yang terlihat disaat pengolahan
maka hampir seluruh lahan tergenang oleh air.
Ø
PEMELIHARAAN TANAMAN
Setelah 2-3 MST (minggu setakah
tanaman) pratikan melakukan penyulaman.karena 29,4% tanaman tidak tumbuh maka
tanaman yang tumbuhnya dua dilakukan penjarangan untuk menukar tanaman yang
tidak tumbuh.
Sebelum melakukan pemupukan pratikan
menimbang terlebih dahulu pupuk yang dibutuhkan dengan menggunakan alat
timbangan analitic.
Dan sekalian melakukan pemupukan. Unsur
yang diberikan adalah NPK yang dimana menggunakan pupuk Urea sebayak 30
Gram/populasi. Untuk KCl dan SP36 yang dibutuhkan adalah 15 Gram/populasi.
Pemupukan susulan pada minggu berikutnya yang diberikan hanya urea, urea
diberikan secara bertahap agar unsur N didalamnya tidak hilang begitu saja.
Pemeliharaan tanaman kangkung yang
paling penting adalah terhadap kemungkinan serangan hama dan penyakit. Didalam
petakan banyak ditemukan hama seperti belalang dan ada beberapa ulat daun
seperti ulat jengkal (Chrysodeixis
chalcites Esp) dan ulat grayak (Spodoptera
litura F.). kedua hama ini menyerang tanaman kagkung dengan cara memangsa
(memakan) daun sehingga daun-daun menjadi rusak dan bolong-bolong.
Ø
PANEN KANGKUNG
Pemanenan tanaman kangkung dapat
dilakukan setelah tanaman berumur 5 minggu. Pada pemanenan ini pertama memanen
seluruh sampel dan kedua memanen tanaman seluruh petakkan.
Dari pengamatan pertumbuhan tanaman
mulai dari awal tanam hingga panen yaitu selama 5 minggu, diperolahlah data
seperti di atas (Sub bab pemngamatan). Dari data tersebut dapat diperoleh hasil
berupa rata-rata tinggi batang minggu ke 3 adalah 8,26 cm, minggu ke 4 adalah
17,36 dan minggu ke 5 adalah 25,9 cm. Kemudian rata-rata jumlah daun pada
minggu ke 3 adalah 3,9 helai, pada minggu ke 4 adlah 7 helai dan pada minggu ke
5 adalah 19,6 helai. variabel selanjutnya adalah menghitung bobot/sampel yang
didapar rata-ratanya adalah 61 Gram. Sedangkan diameter batang di dapat
rata-ratanya adalah1 mm.
Dan yang terakhir menghitung luas
daun dengan menggunakan rumus
Dan didapat
hasil sebanyak 30 sampel seperti pada tabel ke 5. Pada sampel no 6 tabel
perhitungan luas daun dan didapat hasilnya adalah 6, angka ini jauh tertinggal
dari sampel yang lain ini disebabkan karena daun pada sampel ini kecil dan
kerdil. Berat bersih seluruh sampel adalah 1,595 gram sedangkan berat 1 petak petakan
Penambahan tinggi tanaman kangkung
setiap minggu mengalami kenaikan pada setiap minggunya. Hal ini dapat dilihat
melaliu kurva pola pertumbuhan tinggi tanaman kangkung. Besar penambahan tinggi
batang kangking adalah 8.54 cm. Kija disajikan dalam bentuk kurva mala
penambahan tinggi kangkung mulai dari minggu ke 3 sampai minggu ke 5 sekalian
panen membentuk kurva sigmoid.
Pada minggu terakhir pengamatan
yaitu minggu ke 5 terdapat beberapa gulmaseperti padi, dll. Ini berasal dari
lahan sendiri, kenapa demikian?. Ini dikarenakan lahan yang ditanaman tanaman kaangkung sebelumnya ditanami oleh padi
sawah.
BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Dari hasil
praktikum yang telah dilaksanakan selama 5 minggu dalat disimpulkan bahwa:
1.
Tanaman
kangkung darat adalah salah satu tanaman yang tergolong mudah untuk
dibudidayakan dengan catatan pembudidaya rajin dan tekun untuk merawat tanaman
budidaya agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2.
Dari beberapa
data yang ada di atas, maka dapat diperoleh hasil pengamatan berupa kurva
sigmoid pertumbuhan kangkung.
1.1. Saran
Ada baiknya apabila dilakukan perbaikan sarana dan prasarana laboratorium
untuk mendukung jalannya kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Handajaningsih, Merakati et al dan Turmidi, Edhi.
2015. Penuntun praktikum dasar-dasar agronomi. Bengkulu: Laboratorium Agronomi
Universitas Bengkulu.
Harjadi, S.S. 1989. Dasar Dasar
Hortikultura. Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Humphries,E.C. and A.W. Whheeler.
1963. Ann. Rev. Plants Physiol. 14 :385-410.
Juanda, D. dan B. Cahyono. 2000.
Ubi jalar: budidaya dan analisis
usaha tani. Kanisius. Yogyakarta.
92 pp.
Rahmat, Sutarya, dkk. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Rukmana, Rahmat. 1994. Kangkung. Kanisius. Yogyakarta
Srihati dan Takiyah Salim. 2007. Pengaruh Berbagai Kompos Terhadap produksi
Kangkung Darat. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuan. Yogyakarta.
Widiyanto, Eko. 1991. Sinar Tani. Bercocok Tanam Kangkung Darat. Sinar
Tani.
EmoticonEmoticon