Monday, March 26, 2018

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN REMPAH DAN OBAT (Kebun Koleksi Tanaman Obat)


Oleh : Eldza Herminia Ramadani


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Menyadari potensi keanekaragaman hayati yang sangat strategis tersebut, pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan berbagai kebijakan dan peraturan menyangkut pemanfaatan, perlindungan dan pelestariannya. Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, sandang, dan obat-obatan. Kita sepakat bahwa kecukupan pangan misalnya, akan tergantung pada tersedianya varietas unggul yang berproduksi tinggi dan tahan cekaman biotik dan abiotik.
Kehidupan masyarakat adalah sebagai petani, baik itu kaum laki-laki maupun kaum ibu-ibu. Biasanya kegiatan pertanian dilaksanakan hanya dengan sampai waktu siang atau setengah hari kemudian ibu-ibu balik untuk makan siang dan istirahat tampa melakukan kegiatan sampingan setelah pulang dari kebun. Sedangkan lahan pekarangan yang kosong tidak dimamfaatkan dengan optimal, padahal ini sangat potensial bila dimamfaatkan dengan optimal dengan menanam tanaman obat-obatan yang berguna untuk keluarga dan juga bernilai ekonomis sehingga dapat dipasarkan atau dijual yang pada akhirnya tentu meningkatkan pendapatan petani sebagai pendapatan sampingan.
Pada dasarnya varietas unggul itu adalah kumpulan dari keanekaragaman genetik spesifik yang diinginkan dan dapat diekspresikan. Keanekaragaman genetik spesifik tersebut ada pada plasma nutfah komoditi yang bersangkutan. Jadi plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik di dalam jenis (Sumarno, 2002). Sebagai contoh plasma nutfah adalah pisang tanduk, pisang ambon, pisang lampung, pisang raja bulu; sapi bali, sapi madura; itik mojokerto, itik alabio; domba garut, domba ekor tipis; ikan mas si Nyonya, ikan mas majalaya (Hasanah, 2004); dan padi rojolele, padi pandanwangi, padi arias, padi hawara bunar, padi mentik dan lain-lain.
Keanekaragaman genetik tersebut harus dipertahankan keberadaannya, bahkan harus diperluas agar supaya selalu tersedia bahan untuk pembentukan varietas unggul. Upaya mempertahankan keberadaan plasma nutfah adalah konservasi. Konservasi tersebut secara garis besar terdiri dari konservasi in-situ dan konservasi ex-situ. Kesediaan yang lestari dari plasma nutfah secara ex-situ dilakukan antara lain dengan upaya rejuvenasi atau pembaharuan viabilitasnya, sedangkan untuk memperluas keragaman dapat dilakukan dengan eksplorasi.
1.2.       Tujuan
§    Sebagai media belajar praktikan tentang tanaman obat secara visual
§    Praktikan dapat berbagai jenis tanaman yang berpotensi dan berkhasiat sebagai obat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional umumnya hanya didasarkan atas pengalaman/warisan tanpa mengetahui kandungan kimianya secara detail. Tumbuhan tersebut jika ditelaah lebih lanjut mempunyai kandungan kimia aktif biologis. Potensi bahan kimia tersebut dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, pertanian, dan industri. Penelitian dan penggunaan obat tradisional pada saat ini lebih digalakkan (Chairul dan Sulianti, 2002). Di bidang kesehatan, telah banyak tumbuhan obat yang diketahui dengan jelas struktur molekulnya dan digunakan secara global dalam pengobatan berbagai penyakit, tetapi mengingat terdapat lebih dari 250.000 spesies tumbuhan tinggi di muka bumi, maka diduga masih banyak obat baru yang dapat ditemukan dari dunia tumbuhan (Achmad, 1995).
Berbicara mengenai pemanfaatan plasma nutfah, seseorang dituntut untuk memiliki beberapa pengetahuan untuk dapat memanfaatkannya. Pemanfaatan plasma nutfah untuk tujuan pembentukan varietas unggul minimal memerlukan pengetahuan seperti ilmu pemuliaan dan genetika (Yatim, 1983). Dalam makalah ini akan diulas hal-hal yang berkaitan dengan pelestarian, pemberdayaan, dan pemanfaatan plasma nutfah.
Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia, Keanekaragaman hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara lain adalah (1) Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain (2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi (3) mengembangkan sosial budaya umat manusia (4) Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya. (Endarwati, 2005)
Teknik konservasi plasma nutfah secara umum terdiri dari konservasi in-situ dan konservasi ex-situ. Mengacu kepada Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah (2002) diterangkan bahwa konservasi in-situ bersifat pasif, karena dapat terlaksana dengan hanya mengamankan tempat tumbuh alamiah sesuatu jenis. Dengan demikian jenis-jenis tersebut diberi kesempatan berkembang dan bertahan dalam keadaan lingkungan alam dan habitatnya yang asli, tanpa campur tangan manusia. Selanjutnya disebutkan bahwa cara kedua dilakukan dengan lebih aktif, yaitu memindahkan sesuatu jenis ke suatu lingkungan atau tempat pemeliharaan baru. Keragaman plasma nutfah dapat dipertahankan dalam bentuk kebun koleksi, penyimpanan benih, kultur jaringan, kultur serbuk sari, atau bagian tanaman lainnya. Menurut Ford-Llyod dan Jackson (1986) konservasi plasma nutfah secara ex-situ merupakan cara pelestarian yang aman dan efisien dan membuat sumber genetik selalu tersedia bagi para pemulia dan pengguna lainnya.
Pada saat ini, kebun koleksi merupakan cara paling efektif di Indonesia untuk menyelamatkan dan mempertahankan keanekaragaman plasma nutfah tanaman. Plasma nutfah tersebut tidak sekedar dilestarikan asal hidup dan merana, tetapi perlu dipelihara sesuai dengan cara budidaya untuk masing-masing tanaman. Tanaman koleksi tersebut diamati pertumbuhannya, diukur semua organ tanaman dan dicatat sifat-sifat morfologinya berupa data deskripsi varietas. (M. Hasanah, 2004)
Di Indonesia tumbuhan ini telah digunakan sebagai obat tradisional, baik bagian daun, kulit batang, biji, maupun bunga. Seduhan daun dapat digunakan untuk mencuci mata yang meradang. Rebusan kulit batang digunakan untuk mengobati penyakit keputihan dan rematik. Biji digunakan untuk mengobati kudis, borok, dan penumbuh rambut. Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai racun ikan (Burkill, 1935; Govindachari, 1967; Kaizu et al., 1968; Perry dan Judith, 1980; Heyne, 1987; Lemmens dan Soerianegara, 1994).Kebun plasma nutfah di Puspitek Serpong dan Cibinong menekankan pada tumbuhan yang berpotensi ekonomi. Di kebun ini ditanam populasi jenis-jenis tumbuhan untuk mengoleksi keanekaragaman plasma nutfahnya. Kebun koleksi khusus seperti Kebun Cukurgondang untuk mangga dan Kebun Tlekung untuk jeruk dan beberapa tanaman lain tergolong dalam kelompok ini. Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus diisi dengan jenis pepohonan (buah-buahan, industri, dan perkebunan). Pada umumnya arboretum menampung semua jenis tanaman tahunan baik yang langka maupun yang telah dibudidayakan dan terkesan arboretum tersebut sebagai hutan buatan.(Ida Hanarida Somantri, 2004)
Balai Penelitian Hutan yang di Indonesia memiliki beberapa arboretum yang berisi koleksi karya-karya hutan, terutama jenis-jenis kayu yang dapat dibudidayakan. Taman hutan raya adalah arboretum yang diberi fungsi tambahan sebagai suatu tempat rekreasi. Kebun Raja (bukan kebun raya) adalah penerus budaya bangsa dalam membina paru-paru kota yang diisi dengan beraneka jenis tumbuhan setempat. Oleh karena itu, Kebun Raja sangat cocok untuk ditangani oleh propinsi, sehingga pemerintah daerah dapat memanfaatkan plasma nutfah daerahnya guna berbagai macam keperluan.( Komisi Nasional Plasma Nutfah. 2002.)
Salah satu zat aktif yang banyak ditemukan di alam dan juga di tumbuhan adalah glikosida. Glikosida adalah zat aktif yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Secara umum, arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan penurunan tegangan permukaan.
Di antara sekian banyak jenis tumbuhan obat, terdapat genus Calophyllum (Clusiaceae) yang banyak tumbuh di kawasan pantai. Genus ini terdiri dari 190 spesies, antara lain: C. inophyllum Linn. dan C. saulatri Burm F. Beberapa spesies lainnya yang juga banyak dikenal adalah: C. muscigerum Boerl & Kos., C. pulcherrinum Wall., C. venulasum Zoll & Mor., dan C. walichianum Planch & Triana (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1963; Heyne, 1987; Lemmens dan Soerianegara, 1994). Anggota Famili Clusiaceae ini umumnya mengandung resin, minyak atsiri, steroid, tannin, triterpen, dan saponin (Heyne, 1987; Govindachari et al., 1967; Burkill, 1935).  Belakangan ini ditemukan pula senyawa yang berkhasiat anti HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari tanaman nyamplung (C.inophyllum) yaitu: inophyllum A-E, inophyllum P, inophyllum G-1, dan inophyllum G-2.



BAB III
METODELOGI

3.1.       Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah : Bahan tanam tanaman (dalam hal ini ditentukan oleh coass), Pupuk kandang/kompos, ajir (untuk membuat name plate). Alat yang digunakan adalah : Cangkul, Parang, Arit.

2.1.       .Cara Kerja
1.              Mengenali nama jenis tanaman, nama latin dan khasiat untuk kesehatan, masing-masing praktikan dalam hal ini membawa 1 jenis tanaman/orang.
2.              Menyusun dan menata sesuai dengan ketentuan denah kebun lokasi.
3.              Menyediakan tanah top soil dan pupuk kandang, dan mencampur pupuk kandang dengan tanah dengan perbandingan 2:1.
4.              Setelah tercampur dengan baik campuran tanah dan pupuk kandang dimasukkan kedalam polybag sampai 2/3 polybag (sebayak 5 kg).
5.              Tanaman yang telah tersedia ditanaman kedalam polybag dan setelah satu minggu atau setelah tanaman tegar maka dipindah tanaman ke petakkan
6.              Dibuat lobang tanam sesuai dengan ukuran dan sifat pertumbuhan tanaman, untuk jenis tanaman tahunan, ukuran lubang tanam min. 30 x 30 x 30 cm. Untuk tanaman perdu, ukuran lubanag tanaman min. 20 x 20 x15cm. Jarak disesuaikan dengan ukuran konopi tanaman. Untuk tanaman yang bersepat menjalar dibuat guludan dengan jarak gulud 75 cm
7.              Selanjutnya, memberi ajir dan label sesuai dengan nama populer dan kasiatnya
8.              Tahapan terakhir perawatan, menyiangi gulma yang ada dan melakukan penyiraman.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Hasil Pengamatan

Gambar 1. Setiap pratikan diberi tanggung jawab untuk merawat 1 tanaman, bunga tapak dara.

4.2.       Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, penanaman tanaman obat dan rempah dilakukan dilahan dengan ukuran petak  50 cm x 100. Sebelum dilakukan penanaman, lahan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma-gulma menggukan cangkul dan sampah selanjutnya dibuat bedengan setinggi 30 cm untuk mempermudah proses pembuatan lubang tanam. Sisa-sisa gulma dan sampah diletakan dibibir atau dipinggir teras sebagai penahan air. Sebelum proses penanaman dilakukan seminggu sebelumnya bahan tanaman didalam polybag sebanyak 5 tanaman agar bahan tanaman sudah menyesuaikan dengan lingkungannya dan bahan tanaman telihat tegar.
Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus (L.) Don. Di Indonesia tumbuhan hias pekarangan ini dikenal dengan bermacam-macam nama, seperti di disebut sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa Sunda), dan kembang tapak dårå (bahasa Jawa). Orang Malaysia mengenalnya pula sebagai kemunting cina, pokok rumput jalang, pokok kembang sari cina, atau pokok ros pantai. Di Filipina ia dikenal sebagai tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di Cina dikenal sebagai chang chun hua, di Inggris sebagai rose periwinkle, dan di Belanda sebagai soldaten bloem.
Tanaman ini tumbuh baik mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dan menyukai tempat-tempat yang terbuka, tetapi tak menutup kemungkinan bisa tumbuh di tempat yang agak terlindung pula. Habitus perdu tumbuh menyamping, Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan. Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang dan daunnya mengandung lateks berwarna putih. Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau ungu tergantung kultivarnya. Buahnya berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak biji.
Bunga dan daunnya berpotensi menjadi sumber obat untuk leukemia dan penyakit Hodgkin. Kandungan bahan kimianya adalah vincristine, vinblastine, reserpine, ajmalicine, dan serpentine. Kandungan lainnya adalah catharanthine, leurosine, norharman, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, vindolinine, akuammine, vincamine, vinleurosin, dan vinrosidin. Berbagai alkaloid ini beracun. Tanda-tanda keracunan tapak dara adalah demam, loyo, dan muntah-muntah dalam tempo 24 jam. Tanda-tanda yang lain adalah neuropati, kehilangan refleks tendon, berhalusinasi, koma, dan kematian.
Cara membuat obat herbal dari daun tapak dara ; Ambil beberapa lembar daun tapak dara yang masih segar dan muda, kemudian cuci daun tersebut hingga benar-benar bersih, siapkan air putih 3 hingga 4 gelas dan masukan ke dalam panci pemanas, kemudian masukan juga daun yang sudah kamu cuci degan bersih, lalu rebus hingga air benar-benar mendidih dan hanya menyisakan 1 gelas air saja, selanjutnya tuangkan air rebusan yang masih panas ke dalam gelas, juga bisa mencampurinya dengan gula batu atau madu murni agar semakin enak untuk dikonsumsi, dan bisa meminumnya sekali dalam sehari atau konsultasi terlebih dahulu dengan pakar herbal agar takarannya tepat untuk menyembuhkan penyakit yang kam derita
Cara menyeduh daun tapak dara ; Ambil daun tapak dara secukupnya dan pilihlah yang masih muda, kemudian cuci terlebih dahulu agar tidak ada sisa kotoran yang ada di daun tersebut, kemudian kamu bisa mengirisnya kecil-kecil, lalu masukkan ke dalam gelas kosong, ambil air panas dan masukkan ke dalam gelas yang sudah berisi daun tersebut selanjutnya diamkan beberapa menit hingga air yang ada di dalam gelas berubah warna dan airnya juga menjadi hangat bisa mencampurnya baik dengan gula batu atau dengan madu murni dan minuman sudah siap untuk kamu minum
Untuk seberapa banyak kamu harus meminum air rebusan atau seduhan daun tapak dara mungkin akan lebih baik jika kamu konsultasi dulu dengan pakar herbal. Hal ini untuk enghindari efek samping dari daun tersebut, meskpun obat herbal sebenarnya sangat minim akan efek sampingnya. Dan selain itu agar mendapatkan takaran yang tepat untuk mengobati penyakit yang kamu derita.
Ada beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi daun tapak dara, yang mengolahnya ada dua macam seperti di atas. Dan ada beberapa penyakit yang bisa dicegah maupun disembuhkan menggunakan tanaman hias tersebut; Menurunkan demam, Melancarkan buang air kecil, Mengobati luka bakar, Menurunkan tekan darah, Mencegah kanker rahim, dll.

BAB V
PENUTUP

5.1         Kesimpulan
Kebun koleksi merupakan cara paling efektif di Indonesia untuk menyelamatkan dan mempertahankan keanekaragaman plasma nutfah tanaman. Plasma nutfah tersebut tidak sekedar dilestarikan asal hidup dan merana, tetapi perlu dipelihara sesuai dengan cara budidaya untuk masing-masing tanaman. Tanaman yang ditanam untuk kebun koleksi adalah kunyit, jahe, tapak dara, temulawak, dll. Penanaman tanaman obat dan rempah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan sebagai kebun koleksi tanaman. Kebun koleksi ini nantinya akan ditanami berbagai tanaman obat dan rempah yang bertujuan agar mahasiswa lebih mengenal morfologi tanaman obat dan rempah. Penanaman tanaman obat dan rempah menggunakan sistem GAP (Good Agriculture Practice) yang dilakukan dengan mengutamakan konsep berbasis lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. 1995, Peranan tumbuhan hutan tropis dalam pengembangan obat-obatan. Simposium Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatik. Simpul Nasional APINMAP dan UNESCO, Bogor, 10-12 Oktober 1995.
Burkill, I.H. 1935, A Dictionary of the Economic Products of the Malay Peninsula. Volume I. London: Goverments of the Straits Settlements and Federated Malat States.
Chairul dan S.B. Sulianti. 2002. Pendayagunaan sumber daya nabati (tumbuhan) dalam pelayanan kesehatan masyarakat menuju Indonesia sehat 2010. Berita IPTEK 43 (1): 71 -82.
Dijkhuizen MA, Wieringa FT, West CE, Muherdiyantiningsih, danMuhilal.Concurrent micronutrient deficiencies in lactating mothers and their infants in Indonesia. Am J Clin Nutr.2001;73(4):786-91.
Endarwati. 2005. Kerusakan Ekosistem. Sciencebook. Bukukita.
Gembong T. TaksonomiTumbuhan (Spermatophyta). 2004. GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Govindachari, R.T., N.B.R. Wiswanathan, R.R. Pai, and Srinivasan. 1967. Triterpenes of Callophyllum inophyllum Linn. London: Pergamon Press.
Hasanah. 2004. Keanekaragama Hayati. Jakarta.Erlangga
Ida Hanarida Somantri. 2004. Kebutuhan Kebun Keluarga. HARPOS. Bandung.
Jackson. 1986. How Manage Herba Life . New Zealend. (e-198)
Kaizu, K., H. Ogihashi, and I. Mitsui. 1968. The piscicidal constituents of Calophyllum inophyllum Linn. Tetrahedrons Letters: 2383.
Komisi Nasional Plasma Nutfah. 2002. Plasma Nutfah Indonesia. Jakarta. Statistik Sosial
Lemmens, R.H.M.J. and I. Soerianegara. 1994. Plants Resources of South- East Asia. Bogor: Prosea.
Perry, L.M. and Judith. 1980. Medicinal Plants of East and South-East Asia, Cambridge: The MIT Press.
Sumarno. 2002. Nutfah. www.wordress.com/nutfah diakses tanggal 19 Mei 2015
Yatim. 1983. Kebun Obat. Bandung. Yudhistira


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system