BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum,
tanaman sayuran dikembangbiakkan dengan menggunakan benih baik dengan metode
direct seeding tau indirect seeding.pengenalan terhdp bentuk fisik benih, sifat
biologis dan kimiawi sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam proses
produksi. Beberapa jenis tanaman sayurn yang mempunyai hubungan kekerabatan
yang dekat mempunyai karakteristik yang hampir sama, baik dari segi unkuran
maupun pertumbuhan awal. Dalam prakteknya, ukuran benih dan jenis tanaman
mempunyai pertimbangan apkah benih tersebut harus diberikan perlakuan tertentu,
apakah harus disemaikan terlebih dahulu atau daapat langsung ditanam
dilapangan.
Dari 10.000
jenis tanamn yang berpotensi sebagai tanaman sayuran, hanya ada sekitar 50
spesies saja yang dianggap memiliki nilai komersial. Beberapa spesies tanaman
dengan hubungan kekerabatan yang dekat seperti tanaman-tanamandalam famili
Brassicaceae dan cucurbitaceae memiliki karakter benih dan bentuk pertumbuhan
awal yang tidak mudah dibedakan.
1.2. Tujuan
§ Mengenal karkteristik benih-benih tanaman
sayuran menurut ukuran, bentuk, warn dan ciri-ciri spisiik lainya.
§ Mengklasifikasikan benih-benih
sayurn secara botanis
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya
Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, benih didefenisikan sebagai
tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman (Bphn, 2017).
Hayati el al., (2011) melanjutkan
benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya berbagai
tanaman pertanian. Sebagai bahan perbanyakan tanaman, benih harus memiliki mutu
yang tinggi baik genetik, fisik maupun fisiologis agar dapat menghasilkan
tanaman yang tumbuh vigor dan bereproduksi tinggi. Benih dapat berupa biji
alami (zigotik) hasil pembuahan sel telur atau hasil rekayasa manufaktural
(sintetik).
Benih
tanaman industri dapat dikelompokan menjadi benih ortodoks, dan rekalsitran.
Pengelompokan tersebut diasarkan pada kepekaan terhadap pengeringan dan suhu.
Benih ortodoks relatif toleran/tahan terhadap pengeringan, benih rekalsitran
peka terhadap pengeringan, benih rekalsitran peka terhadap pengeringan. Benih
“ortodok” umumnya dimiliki oleh spesies-spesies tanaman setahun, dua tahunan
(“bienial”) dengan ukuran benih yang kecil. Benih “ortodok” tahan pengeringan
sampai kadar air mencapai 5% dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya simpan
benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu. Benih
“rekalsitran” tidak tahan disimpan pada suhu di bawah 20oC (Hasanah, 2002).
Kesuksesan
tumbuhnya tanam salah satunya disebabkan oleh penelitian benih yang
berkualitas. Menurut Sadjad (1994) benih harus disimpan dengan baik agar mampu
mempertahankan viabilitas tetap tinggi pada akhr penyimpanan karena tujuan
utama penyimpanan benih adalah agar kemunduran viabilitas baik dalam periode
panjang, sedang maupun pendek dapat dicegah. Viabilitas benih diindikasikan
oleh berbaga tolak ukur, baik secra langsung maupun secara tdak langsung dalam
menilai pertumbuhan benih.
Pemilihan
benih yang baik tidak dilakukan oleh sembarang orang, melainkan oleh
pengawas/penyuluh benih yang baik ketajaman penilaian dalam pengujian benih.
Analisis benih bertujuan untuk menginformasikan unsur mutu. Mutu genetik dengan
mengemukakan tingkat kemurnian benih, mutu fisiologi dengan tingkat viabilitas
benih, dan mutu fisik dengan tingkat kebersihan benih (Sadjad, 1993).
Diantara
faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih selama penyimpanan : kualitas awal
dari banyak benih, lingkungan untuk konservasi (dengan variasi dengan suhu,
kelembapan, ketersediaan oksigen, dan kemasaman) serta karakteristik yang
melekat pada spesies, harus diambil ke dalam akun. Jenis kemasaman selama
penyimpanan, mengasumsikan kepentingan yang relevan pada kualitas benih,
setelah pengemasan membantu mengurangi kerusakan, dengan mempertahankan kadar
air benih yang disimpan, dan mengurangi laju respirasi (Aparecida et al., 2013).
Kemunduran
viabilitas benih dapat disebab kan juga oleh proses biokimia. Indikasi secara
fisiologis dari kemunduran benih antara lain penurunan vigoritas benih. Kualitas
benih yang baik yang menghasilkan daya kecambah yang tinggi adalah pada nilai
kadar air 46,39 % dan protein 14,84% serta pati 15,01%. Artinya mekanisme
biokimia yang terjadi pada membran sel benih berjalan cukup baik untuk
meningkatkan proses perkecambahan benih (Aam dan Syamsuwida, 2013).
Sutopo
(2002) menuturkan ada beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara
lain: a) menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap
pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi
karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan terjamin baik melalui
pasca panen yang baik; e) memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur
dan sifat-sifat lainnya jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan
karena masaknya serentak. Benih yang memiliki mutu baik sangatlah diperlukan
oleh petani maupun penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih tidak merasa
dirugikan serta mereka memiliki jaminan kualitas atas benih yang digunakannya,
maka anjuran menggunakan benih bersertifikat sangatlah penting. Dalam konteks
agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu
menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang
maju.
BAB III
METODELOGI
3.1. Bahan dan Alat
Bahan benih meliputi jagung manis, bayam,
sawi, cabe, kubis, kacang panjang, pakchoi, turi, bengkuag, semangka, melon,
bunga kol, terung, pare, oyong, walu, lobak, sledri, selada, kapri, kailan,
kangkung, asparagus, blewah, peterseli, kwatsai, mentimun, coriander, swi
putih, tomat, brussel sprout, zucchini, ridish, okra, buncis.
2.1. Cara Kerja
1.
Mengamati ciri morfologi benih-benih
yang telah disediahkn oleh lab. Diberi keterangan mengenai warna, bentuk(bulat,
oval, tidak teratur, lonjong, dsb), ukuran (kecil, sedang atau besar).
2.
Memberikan keterangan pada beih bila ada
ciri spesifik
3.
Mendeskrisikan benih dengn
mengklasifikasikn secara botanis.
4.
Mengamati benih tomat, cabe, dan terung.
Dan dijelaskan mengenai perbedaan antar ketiga benih
5.
Menjelaskan beda benih sawi dan bayam
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
No
|
Nama Benih
|
Warna
|
Bentuk
|
Ukuran
|
1
|
Kacang Panjang
|
Hitam Kekuningan
|
Lonjong
|
Besar
|
2
|
Kecipir
|
Coklat
|
Bulat
|
Besar
|
3
|
Timun
|
Putih
|
Oval
|
Sedang
|
4
|
Terong Lalap
|
Coklat
|
Tidak Beratur
|
Kecil
|
5
|
Cabe Keriting
|
Putih
|
Tidak Beratur
|
Kecil
|
6
|
Buncis
|
Putih
|
Lonjong
|
Besar
|
7
|
Gabas
|
Hitam
|
Oval
|
Besar
|
8
|
Tomat Besar
|
Putih Kecoklatan
|
Tidak Beraturan
|
Kecil
|
9
|
Cabe Rawit
|
Kekuningan
|
Tidak Beraturan
|
Kecil
|
10
|
Melon
|
Keabuan
|
Oval
|
Sedang
|
11
|
Bayam
|
Hitam
|
Bulat
|
Kecil
|
12
|
Wortel
|
Keabuan
|
Oval Berbulu
|
Kecil
|
13
|
Kubis
|
Coklat
|
Bulat
|
Kecil
|
14
|
Pakcoy
|
Coklat
|
Bulat
|
Kecil
|
15
|
Sawi
|
Coklat Tua
|
Bulat
|
Kecil
|
16
|
Arcis
|
Coklat Tua
|
Tidak Beraturan
|
Besar
|
17
|
Cung
|
Putih Kekuningan
|
Oval
|
Kecil
|
18
|
Kangkung
|
Coklat Tua
|
Tidak Beraturan
|
Sedang
|
19
|
Pare
|
Merah Muda
|
Tidak Beraturan
|
Besar
|
20
|
Lumai
|
Putih kekuningan
|
Oval
|
Kecil
|
4.2.
Pembahasan
Benih merupakan tanaman
atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak tanaman atau hasil
perkembangbiakan secara generatif maupun vegetatif yang digunakan untuk usaha
tani. Benih bermutu mempunyai pengertian bahwa benih tersebut mempunyai
varietas benar dan murni, memiliki mutu genesis, mutu fisiologis, dan mutu
fisik yang tinggi dan sesuai dengan standar mutu benih yang sesuai dengan kelas
benihnya.
Untuk dapat mengetahui
ciri-ciri umum famili, morfologi, internal, dan eksternal benih, serta bagian-bagian
lain yang menempel pada benih, maka dilakukan identifikasi terhadap benih
tersebut. Identifikasi benih merupakan cara menentukan identitas suatu benih.
Identifikasi benih memegang peranan penting dalam kegiatan pengujian benih,
terutama dengan semakin banyaknya varietas atau spesies tanaman yang harus
dibedakan.
Pada praktikum kali
ini, benih yang diamati ada 20 jenis. Terdiri dari benih kacang-kacangan, dan
sayur-sayuran. Dari semua benih yang diamati ada banyak ciri yang
diidentifikasi, mulai dari bentuk benih, kulit benih, dan hilum. Dari semua
yang diamati, mayoritas benih berbentuk bulat (menyerupai). Benih memiliki
morfologi dan bentuk berbeda beda setiap individu yang menyusunnya. Untuk
ukuran sendiri bervariasi, mulai dari yang terkecil yaitu benih bayam, hingga
yang besar yaitu kacang merah. Warna dan yang lainnya juga dapat dilihat sesuai
dengan tabel di atas.Benih yang masih berasal dari satu famili memiliki bentuk
yang mirip tapi tidak serupa.setiap benih memiliki keunikan masing-masing yang
benih lain belum tentu memillikinya, misalnya benih tomat memiliki bulu
diseluruh bagian bijinya, sedangkan cabai yang masih satu keluarga memiliki
permukaan kulit yang halus. Identifikasi benih penting dilakukan untuk
mengetahui perlakuaan yang baik dilakukan untuk mengelola benih tersebut.Dengan
semakin tahunya kita mengenai benih, diharapkan perlakuaan yang dibuat untuk
benih semakin baik guna pemenuhan plasma nutfah yang ada.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Benih memiliki beragam jenis, baik
bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Struktur pada bunga, biji dan buah
mamiliki struktur yang berbeda-beda yang menjadi ciri dari masing-masing bagian
tumbuhan tersebut. Selain itu, penting juga untuk mengetahui karakteristik
benih sehingga bisa ditentukan keadaan morfologinya. Benih-benih yang dipakai
dalam budidaya tanaman harus diidentifikasi dahulu untuk mengetahui jenis
tanaman dan keaslian dari tanaman tersebut.Identifikasi benih juga penting
untuk melihat keadaan eksternal, morfologi dari benih.
DAFTAR PUSTAKA
Aam. A, dan
D. Syamsuwida. 2013. Penentuan karakteristik fisiologi benih kranji (Pongamia
pinnata) berdasarkan nilai kadar air. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol.10 (1)
: 1-6.
Aparecida de
Luciana S.A , Maria L.M, Crislaine Apareada G.P, Veronika Y.K, and Tanismare
Tatiana. 2013. Deterioration of sunflower seeds during storage. Journal of Seed
Science, Vol.32 (2) : 1-10.
Bphn. 2017. Pengertian
Benih menurut undang-undang. Diakses pada tanggal 19/05/2017 di: www.bphn.go.id/data/documents/ 92uu012.doc.
Hasanah M.
2002. Peran mutu fisiologik benih dan pengembangan industri benih tanaman
industri. Jurnal Litbang Pertaniah, 21(3) : 84-85.
Hayati, R.
Pian Z.A., A.S Syahril. 2011. Pengaruh tingkat kemasakan buah dan cara
penyimpanan terhadap viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma cacao L.).
Journal FTORATEK, 6 : 114-123.
Sadjad S.
1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta.
Sadjad S.
1994. Kualitikasi Metabolisme Benih. Grasindo, Jakarta.
Sunaryono,
Handro dan Rismunandar. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayuran-Sayuran Penting Di Indonesia. Sinar Baru, Bandung.
Sutarno H.,
T. Uji, E. Rahman, Hartutiningsih, Subadri, Suciatmih, W. Widiono, L.A.
Sukamto, N. Hidayati, D.S. Hazar, S. Riswan, dan Sudibyo. 1997. Pengenalan
Pemberdayaan Pohon Hutan. Prosea, Bogor.
Sutopo, L.
2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW
Wirawan, B
dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya,
Jakarta.
EmoticonEmoticon