Monday, March 26, 2018

LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA Acara IV Pengenalan Benih Sayuran






BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Secara umum, tanaman sayuran dikembangbiakkan dengan menggunakan benih baik dengan metode direct seeding tau indirect seeding.pengenalan terhdp bentuk fisik benih, sifat biologis dan kimiawi sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam proses produksi. Beberapa jenis tanaman sayurn yang mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat mempunyai karakteristik yang hampir sama, baik dari segi unkuran maupun pertumbuhan awal. Dalam prakteknya, ukuran benih dan jenis tanaman mempunyai pertimbangan apkah benih tersebut harus diberikan perlakuan tertentu, apakah harus disemaikan terlebih dahulu atau daapat langsung ditanam dilapangan.
Dari 10.000 jenis tanamn yang berpotensi sebagai tanaman sayuran, hanya ada sekitar 50 spesies saja yang dianggap memiliki nilai komersial. Beberapa spesies tanaman dengan hubungan kekerabatan yang dekat seperti tanaman-tanamandalam famili Brassicaceae dan cucurbitaceae memiliki karakter benih dan bentuk pertumbuhan awal yang tidak mudah dibedakan.

1.2.       Tujuan
§    Mengenal karkteristik benih-benih tanaman sayuran menurut ukuran, bentuk, warn dan ciri-ciri spisiik lainya.
§    Mengklasifikasikan benih-benih sayurn secara botanis



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, benih didefenisikan sebagai tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman (Bphn, 2017). Hayati el al., (2011) melanjutkan benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya berbagai tanaman pertanian. Sebagai bahan perbanyakan tanaman, benih harus memiliki mutu yang tinggi baik genetik, fisik maupun fisiologis agar dapat menghasilkan tanaman yang tumbuh vigor dan bereproduksi tinggi. Benih dapat berupa biji alami (zigotik) hasil pembuahan sel telur atau hasil rekayasa manufaktural (sintetik).
Benih tanaman industri dapat dikelompokan menjadi benih ortodoks, dan rekalsitran. Pengelompokan tersebut diasarkan pada kepekaan terhadap pengeringan dan suhu. Benih ortodoks relatif toleran/tahan terhadap pengeringan, benih rekalsitran peka terhadap pengeringan, benih rekalsitran peka terhadap pengeringan. Benih “ortodok” umumnya dimiliki oleh spesies-spesies tanaman setahun, dua tahunan (“bienial”) dengan ukuran benih yang kecil. Benih “ortodok” tahan pengeringan sampai kadar air mencapai 5% dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu. Benih “rekalsitran” tidak tahan disimpan pada suhu di bawah 20oC  (Hasanah, 2002).
Kesuksesan tumbuhnya tanam salah satunya disebabkan oleh penelitian benih yang berkualitas. Menurut Sadjad (1994) benih harus disimpan dengan baik agar mampu mempertahankan viabilitas tetap tinggi pada akhr penyimpanan karena tujuan utama penyimpanan benih adalah agar kemunduran viabilitas baik dalam periode panjang, sedang maupun pendek dapat dicegah. Viabilitas benih diindikasikan oleh berbaga tolak ukur, baik secra langsung maupun secara tdak langsung dalam menilai pertumbuhan benih.
Pemilihan benih yang baik tidak dilakukan oleh sembarang orang, melainkan oleh pengawas/penyuluh benih yang baik ketajaman penilaian dalam pengujian benih. Analisis benih bertujuan untuk menginformasikan unsur mutu. Mutu genetik dengan mengemukakan tingkat kemurnian benih, mutu fisiologi dengan tingkat viabilitas benih, dan mutu fisik dengan tingkat kebersihan benih (Sadjad, 1993).

Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih selama penyimpanan : kualitas awal dari banyak benih, lingkungan untuk konservasi (dengan variasi dengan suhu, kelembapan, ketersediaan oksigen, dan kemasaman) serta karakteristik yang melekat pada spesies, harus diambil ke dalam akun. Jenis kemasaman selama penyimpanan, mengasumsikan kepentingan yang relevan pada kualitas benih, setelah pengemasan membantu mengurangi kerusakan, dengan mempertahankan kadar air benih yang disimpan, dan mengurangi laju respirasi (Aparecida et al., 2013).
Kemunduran viabilitas benih dapat disebab kan juga oleh proses biokimia. Indikasi secara fisiologis dari kemunduran benih antara lain penurunan vigoritas benih. Kualitas benih yang baik yang menghasilkan daya kecambah yang tinggi adalah pada nilai kadar air 46,39 % dan protein 14,84% serta pati 15,01%. Artinya mekanisme biokimia yang terjadi pada membran sel benih berjalan cukup baik untuk meningkatkan proses perkecambahan benih (Aam dan Syamsuwida, 2013).
Sutopo (2002) menuturkan ada beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain: a) menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak. Benih yang memiliki mutu baik sangatlah diperlukan oleh petani maupun penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih tidak merasa dirugikan serta mereka memiliki jaminan kualitas atas benih yang digunakannya, maka anjuran menggunakan benih bersertifikat sangatlah penting. Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju.



BAB III
METODELOGI

3.1.       Bahan dan Alat
Bahan benih meliputi jagung manis, bayam, sawi, cabe, kubis, kacang panjang, pakchoi, turi, bengkuag, semangka, melon, bunga kol, terung, pare, oyong, walu, lobak, sledri, selada, kapri, kailan, kangkung, asparagus, blewah, peterseli, kwatsai, mentimun, coriander, swi putih, tomat, brussel sprout, zucchini, ridish, okra, buncis.
2.1.       Cara Kerja
1.             Mengamati ciri morfologi benih-benih yang telah disediahkn oleh lab. Diberi keterangan mengenai warna, bentuk(bulat, oval, tidak teratur, lonjong, dsb), ukuran (kecil, sedang atau besar).
2.             Memberikan keterangan pada beih bila ada ciri spesifik
3.             Mendeskrisikan benih dengn mengklasifikasikn secara botanis.
4.             Mengamati benih tomat, cabe, dan terung. Dan dijelaskan mengenai perbedaan antar ketiga benih
5.             Menjelaskan beda benih sawi dan bayam




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Hasil Pengamatan
No
Nama Benih
Warna
Bentuk
Ukuran
1
Kacang Panjang
Hitam Kekuningan
Lonjong
Besar
2
Kecipir
Coklat
Bulat
Besar
3
Timun
Putih
Oval
Sedang
4
Terong Lalap
Coklat
Tidak Beratur
Kecil
5
Cabe Keriting
Putih
Tidak Beratur
Kecil
6
Buncis
Putih
Lonjong
Besar
7
Gabas
Hitam
Oval
Besar
8
Tomat Besar
Putih Kecoklatan
Tidak Beraturan
Kecil
9
Cabe Rawit
Kekuningan
Tidak Beraturan
Kecil
10
Melon
Keabuan
Oval
Sedang
11
Bayam
Hitam
Bulat
Kecil
12
Wortel
Keabuan
Oval Berbulu
Kecil
13
Kubis
Coklat
Bulat
Kecil
14
Pakcoy
Coklat
Bulat
Kecil
15
Sawi
Coklat Tua
Bulat
Kecil
16
Arcis
Coklat Tua
Tidak Beraturan
Besar
17
Cung
Putih Kekuningan
Oval
Kecil
18
Kangkung
Coklat Tua
Tidak Beraturan
Sedang
19
Pare
Merah Muda
Tidak Beraturan
Besar
20
Lumai
Putih kekuningan
Oval
Kecil

4.2.       Pembahasan
Benih merupakan tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak tanaman atau hasil perkembangbiakan secara generatif maupun vegetatif yang digunakan untuk usaha tani. Benih bermutu mempunyai pengertian bahwa benih tersebut mempunyai varietas benar dan murni, memiliki mutu genesis, mutu fisiologis, dan mutu fisik yang tinggi dan sesuai dengan standar mutu benih yang sesuai dengan kelas benihnya.
Untuk dapat mengetahui ciri-ciri umum famili, morfologi, internal, dan eksternal benih, serta bagian-bagian lain yang menempel pada benih, maka dilakukan identifikasi terhadap benih tersebut. Identifikasi benih merupakan cara menentukan identitas suatu benih. Identifikasi benih memegang peranan penting dalam kegiatan pengujian benih, terutama dengan semakin banyaknya varietas atau spesies tanaman yang harus dibedakan.
Pada praktikum kali ini, benih yang diamati ada 20 jenis. Terdiri dari benih kacang-kacangan, dan sayur-sayuran. Dari semua benih yang diamati ada banyak ciri yang diidentifikasi, mulai dari bentuk benih, kulit benih, dan hilum. Dari semua yang diamati, mayoritas benih berbentuk bulat (menyerupai). Benih memiliki morfologi dan bentuk berbeda beda setiap individu yang menyusunnya. Untuk ukuran sendiri bervariasi, mulai dari yang terkecil yaitu benih bayam, hingga yang besar yaitu kacang merah. Warna dan yang lainnya juga dapat dilihat sesuai dengan tabel di atas.Benih yang masih berasal dari satu famili memiliki bentuk yang mirip tapi tidak serupa.setiap benih memiliki keunikan masing-masing yang benih lain belum tentu memillikinya, misalnya benih tomat memiliki bulu diseluruh bagian bijinya, sedangkan cabai yang masih satu keluarga memiliki permukaan kulit yang halus. Identifikasi benih penting dilakukan untuk mengetahui perlakuaan yang baik dilakukan untuk mengelola benih tersebut.Dengan semakin tahunya kita mengenai benih, diharapkan perlakuaan yang dibuat untuk benih semakin baik guna pemenuhan plasma nutfah yang ada.



BAB V
PENUTUP

5.1         Kesimpulan
Benih memiliki beragam jenis, baik bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Struktur pada bunga, biji dan buah mamiliki struktur yang berbeda-beda yang menjadi ciri dari masing-masing bagian tumbuhan tersebut. Selain itu, penting juga untuk mengetahui karakteristik benih sehingga bisa ditentukan keadaan morfologinya. Benih-benih yang dipakai dalam budidaya tanaman harus diidentifikasi dahulu untuk mengetahui jenis tanaman dan keaslian dari tanaman tersebut.Identifikasi benih juga penting untuk melihat keadaan eksternal, morfologi dari benih.


DAFTAR PUSTAKA
Aam. A, dan D. Syamsuwida. 2013. Penentuan karakteristik fisiologi benih kranji (Pongamia pinnata) berdasarkan nilai kadar air. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol.10 (1) : 1-6.
Aparecida de Luciana S.A , Maria L.M, Crislaine Apareada G.P, Veronika Y.K, and Tanismare Tatiana. 2013. Deterioration of sunflower seeds during storage. Journal of Seed Science, Vol.32 (2) : 1-10.
Bphn. 2017. Pengertian Benih menurut undang-undang. Diakses pada tanggal 19/05/2017 di: www.bphn.go.id/data/documents/ 92uu012.doc.
Hasanah M. 2002. Peran mutu fisiologik benih dan pengembangan industri benih tanaman industri. Jurnal Litbang Pertaniah, 21(3) : 84-85.
Hayati, R. Pian Z.A., A.S Syahril. 2011. Pengaruh tingkat kemasakan buah dan cara penyimpanan terhadap viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma cacao L.). Journal FTORATEK, 6 : 114-123.
Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta.
Sadjad S. 1994. Kualitikasi Metabolisme Benih. Grasindo, Jakarta.
Sunaryono, Handro dan Rismunandar. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayuran-Sayuran Penting Di Indonesia.  Sinar Baru, Bandung.
Sutarno H., T. Uji, E. Rahman, Hartutiningsih, Subadri, Suciatmih, W. Widiono, L.A. Sukamto, N. Hidayati, D.S. Hazar, S. Riswan, dan Sudibyo. 1997. Pengenalan Pemberdayaan Pohon Hutan. Prosea, Bogor.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW
Wirawan, B dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya, Jakarta.


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system