Friday, January 6, 2017

Laporn Pratikum Agroklimtologi: Acara IX Klasifikasi Iklim

Tags



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim adalah merupakan rata-rata cuaca, yaitu harga rata-rata cuaca selama 30 tahun yang merupakan persetujuan internasional. Iklim disusun oleh unsur-unsur yang sama dengan yang menyusun cuaca. Untuk mencari harga rata-rata ini tergantung pada kebutuhan dan keadaan. Hanya perlu diketahui untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan iklim harus mendasarkan pada harga normal, yaitu harga rata-rata cuaca selama 30 tahun. Oleh karena iklim dari suatu tempat disusun oleh unsur-unsur yang variasinya besar, maka hampir tidak mungkin untuk dua tempat mempunyai iklim yang identik. Sebetulnya hampir tidak terbatas jumlah iklim di permukaan bumi ini yang memerlukan penggolongan dalam suatu kelas atau tipe. Perlu diketahui bahwa semua klasifikasi iklim itu buatan manusia sehingga masing-masing ada kebaikannya dan ada keburukannya. Hanya saja yang jelas mereka mempunyai persamaan tujuan yaitu berusaha untuk menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak terbatas jumlahnya itu menjadi golongan yang jumlahnya relatif sedikit, yaitu kelas-kelas yang mempunyai sifat yang penting yang bersamaan (Wisnubroto, et al., 1983).
Perubahan iklim dari waktu ke waktu menjadi masalah bagi semua kalangan manusia di bumi ini. Menurut Susandi (2002) perubahan iklim global telah dan akan terus terjadi sejalan dengan peningkatan aktivitas manusia. Perbedaan jenis iklim antara daerah satu dengan daerah lain juga akan mengakibatkan perbedaan pada aktivitas manusianya misalnya saja dalam pertanian, perkebunan hingga aktivitas transportasi. Menurut Irianto (2003) dijelaskan bahwa dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk pola ataupun siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan, maupun siklus beberapa tahunan. Selain perubahan yang berpola dan bersiklus, aktifitas manusia juga menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan baik dalam skala global maupun skala lokal.
Kegiatan pertanian sangat ditentukan oleh kondisi iklim setempat oleh sebab itu Akhmad dan Dina (2012) menyampaikan bahwa faktor iklim merupakan faktor yang sulit untuk dikendalikan, sehingga iklim menjadi salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan waktu dan pola tanam serta variasi tanaman yang sesuai dengan pola iklim di daerah yang bersangkutan. Penyesuaian tersebut didasarkan pada identifikasi dan pemahaman terhadap kondisi iklim dan kesesuaian lahan yang tepat terhadap komoditas tanaman. Untuk menyesuaikan pola tanam di bidang pertanian dapat dilakukan dengan cara mengenal tipe iklim di suatu wilayah.
Iklim merupkan keadaan rata-rata cuaca dalam waktu panjang. Setiap tempat dapat mempunyai iklim yang berbeda dengan tempat lainnya sesuai dengan kondisi masing-masing unsur-unsur iklim. Ada bergam klasifikasi iklim dan ia dinamai sesuai dengan ahli yang mengembangkannya. Contoh yang umum dikenal adalah koppen, schmith dan ferguson, oldemaann, mohr dan lainya (Team Penyusun Agroklomatologi, 2016)
Di Indonesia sudah banyak ahli yang membuat tipe klasifikasi iklim di Indonesia, antara lain Schmidth Ferguson (1951), Koppen, Mohr dan lain-lain yang hampir semuanya didasarkan pada unsur curah hujan. Pulau Jawa merupakan distribusi terbesar bagi sektor pangan di Indonesia. Sedangkan luas wilayah Priangan sebesarseperenam luas wilayah Pulau Jawa. Untuk mengetahui sistem pola tanam di wilayah Priangan maka dilakukan klasifikasi iklim di wilayah tersebut dengan menggunakan metode Oldeman karena cocok untuk komoditas tanaman pangan yaitu padi dan palawija. Pada metode ini unsur iklim yang dianalisis adalah unsur curah hujan yang sangat berperan langsung terhadap pertumbuhan tanaman dibanding unsur-unsur iklim lainnya. Hal ini tampak nyata terutama pada daerah pesawahan tadah hujan, sehingga diperlukan upaya yang sistematis dan praktis untuk memahami perilaku iklim.


1.2         Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk menentukan kelas iklim suatu tempat dengan menggunkan cara klasifikasi schmit dan ferguson dan cara klasifikasi oldemann.


BAB II
METODELOGI

Praktikum agroklimatologi dilaksanakan pada hari Rabu, jam 16.00 wib sampai dengan selesai di laboratorium ilmu tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
1.1.       Bahan dan Alat
Data hujan jangka panjang (minimal 10 tahun)
1.2.       Metodelogi
1.             Dikumpulkan data hujan dari beberapa stasiun kawasan berdekatan yang mempunyai masa pendekatan lebih dari 10 tahun.
2.             Membuat rataan bulan masing-masing data tersebut.
3.             Diklasifikasikan data iklim tersebut menurut cara klasifikasi schmit dan ferguson dan cara olemann.
4.             Apakalah hasil dua macam klasifikasi tersebut sama. Jika berbeda jelaskan mengapa apabila terjadi perbedaan.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.       Hasil Penilaian
Tabel 1. Data pemeriksaan cuaca hujan jangka panjang (10 tahun)
Tahun
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Agts
Sep
Okt
Nop
Des
2007
319,7
395
429
183
147
435,5
140
21
267,5
243,5
451,5
552
2008
201
306,5
616
389,3
81
41,3
75,5
195
164,3
157,3
581,8
624,4
2009
410,4
145,2
263,3
558,9
282,8
120,3
142,5
131,2
100
247
363,2
744
2010
215,4
421,5
381
299,9
170,9
133,8
449,5
359,2
277
350,8
263
339
2011
160,2
61,7
214,4
298,7
344,8
315,5
93,7
152,8
46
67,9
216,4
301
2012
168,4
123,7
152,5
251,9
177,1
82,4
144
76,3
15,2
287,5
632,8
329
2013
731,3
340,5
402,4
216,9
407,3
326,6
261,3
173,8
656,9
129
746
200
2014
631,5
184,3
155
568,5
444,3
112,9
204,3
523,3
66
229,6
612,1
744
2015
405,5
245,8
92,3
372,7
230,8
98,6
0
217,9
64
0
514,1
744
2016
410,6
424
497,8
416,3
432,3
181
202
496,7
466
201,5
0
0
3654
2648,2
3203,7
3556,1
2718,3
1847,9
1712,8
2347,2
2122,9
1914,1
4380,9
4577,4
Ratan
365,4
264,82
320,37
355,61
271,83
184,79
171,28
234,72
212,29
191,41
438,09
457,74
ket
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
                                                                                                      
Klasifikasi Iklim Menurut Schimith Dan Ferguson
a)             Bulan Basah (BB) > 100 mm
b)             Bulan Lemban (BL) 60-100 mm
c)             Bulan Kering (BK) <60 mm

Tabel 2. Tipe iklim menurut schmith dan ferguson
Nilai Q (%)
Tipe iklim
Keterangan
0-14,3
A
Sangat basah
14,3- 33,3
B
Basah
33,3-60
C
Agak basah
60-100
D
Sedang
100-167
E
Agak sedang
167-300
F
Kering
300-700
G
Sangat kering
>700
H
Ekstrim


Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
a)             Bulan Basah (BB) > 200 mm
b)             Bulan Lembab (BL) 100-200 mm
c)             Bulam Kering (BK) <100 mm




Tabel 3. Tipe iklim menurut oldemann
Zona
Klasifikasi
BB
BK
Keterangan
A
A1
10-12 bulan
0-1 bulan
Dapat ditanami padi secara terus menerus sepanjang tahun
A2
2 bulan
B
B1
7-9 bulan
0-1 bulan
Hanya dapat ditanami dua periode dalam satu tahun
B2
2-3 bulan
B3
7-8 bulan
4-5 bulan
C
C1
5-6 bulan
0-1 bulan
Dapat dipaneni padi dua kali dalam satu tahun dalam satu tahun dimana penanaman padi curah hujan dibawah 200 mm per bulan
C2
2-3 bulan
C3
4-6 bulan
C4
5 bulan
7 bulan
D
D1
3-4 bulan
0-1 bulan
Hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam
D2
2-3 bulan
D3
4-6 bulan
D4
7-9 bulan
E
E1
0-2 bulan
0-1 bulan
Penanaman padi tidak diajurkan tanpa irigasi yang baik
E2
2-3 bulan
E3
4-6 bulan
E4
7-9 bulan
E5
10-12 bulan

Tabel 4. Klasifikasi iklim menurut Schmith dan Oldemann
No
Tahun
Curah hujan
Nilai Q
Klasifikasi iklim
Schmith dan Ferguson
Oldemann
1
2007
3584,7
9,1
sangat basah
a1
2
2008
3433,4
9,1
sangat basah
b2
3
2009
3508,8
8,3
sangat basah
a1
4
2010
3661
9,1
sangat basah
a1
5
2011
2273,1
9,1
sangat basah
b3
6
2012
2440,8
9,1
sangat basah
b2
7
2013
4592
8,3
sangat basah
a1
8
2014
4475,8
8,3
sangat basah
a1
9
2015
2985,7
20
basah
c3
10
2016
3728,2
20
basah
a2


3.2.       Pembahasan
Klasifikasi Iklim dibagi menjadi dua yaitu klasifikasi genetis dan klasifikasi empirik. Dalam klasifikasi iklim yang digunakan adalah klasifikasi empirik. Klasifikasi empirik dibagi menjadi dua yaitu klasifikasi berdasarkan klasifikasi berdasarkan Moesture Budget (Thornthwaite) dan Klasifikasi berdasarkan pertumbuhan vegetasi alami. Sedangkan yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah klasifikasi berdasarkan pertumbuhan vegetasi alami. Diantaranya klasifikasi Schmidt and Fergusson, dan Oldeman.
Sistem Klasifikasi Schmitd dan Fergusson, merupakan metode yang memiliki kesamaan dengan sistem klasifikasi Mohr. Metode Schmitd-Fergusson didasarkan pada bulan kering dan bulan basah. Berdeda dengan Mohr yang mencari bulan basah dan bulan kering melalui harga rata-rata curah hujan untuk setiap bulan, sedangkan Schmitd-Fergusson pencarian bulannya untuk masing-masing satu tahun. Hasil yang di dapat dari perhitungan data selama 10 tahun terakhir didapat hujan sepanjang tahun pada tahun 2009 dengan bulan kering bernilai 0 disusul pada tahun 2013 dan 2014, pada tahun 2014 mencapai jumlah hujan yang turun ke bumi sebanyak 4475,8. Kelebihan sistem klasifikasi ini adalah mengetahui pergeseran iklim setiap tahun, mempermudah pengamatan dalam melihat kapan terjadinya bulan kering dan bulan basah. Kekurangan klasifikasi ini, adalah kriteria untuk bulan basah ataupun bulan kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah, hal ini akan terjadi kesulitan dalam mengelompokan bulan kering dan bulan basah pada suatu daerah. Secara umum klasifikasi ini banyak dipakai di bidang perkebunan dan kehutanan. Klasifikasi iklim menurut shmith dan ferguson pada thun 2007 sampai 2014 memiliki nilai Q yang hampir sama dengan tipe iklim A yang menunjukkan sangat basah sedakang pada tahun 2015 dan 2016 memiliki nilai 20 dengan tipe B ykni basah.
Sistem klasifikasi menurut Oldeman. Oldeman memakai dasar unsur curah hujan dalam hubungannya dengan kebutuhan air tanaman, tanaman yang digunakan adalah tanaman semusim yaitu padi dan palawija. Selain itu Oldeman juga menggunakan penggolongan iklim seperti sistem klasifikasi Mohr dan Schmitd-Fergusson. Hanya saja terdapat perbedaan penentuan batas curah hujan. Pada metode Oldeman, bulan basah mempunyai curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm, bulan lembab mempunyai curah hujan 100-200 mm, dan bulan kering mempunyai curah hujan kurang dari 100 mm. Sistem klasifikasi Oldeman ini dibantu dengan menggunakan ”Segitiga Agroklimat”. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bulan kering terdat pada tahun 2015 dengan jumlah 5 bulan kering. Sedangkan dalam klasifikasi iklim menurut oldemaan diketahui bahwa tahun 2007, 2009, 2010, 2013, 2014 dengan tipe A1 dan 2016 dengan tipe A2 yang dapat ditanami padi secara terus menerus sepanjang tahun. Pada tahun 2008, 2012 dengan tipe B2 dan 2011 dengan tipe B3, kedua tipe ini hanya dapat ditanami dua periode dalam satu tahun. Sedangkan pada tahun 2015 hanya dapat dipaneni padi dua kali dalam satu tahun dalam satu tahun dimana penanaman padi curah hujan dibawah 200 mm per bulan dengan tipe iklim C3.
Didaerah bengkulu bulan basah sangat banyak dan merata sepanjang tahun. Setelah mengklasifikasikan iklim dengan data curah hujan pada 10 tahun terakhir ini menurut schmith dan ferguson bahwa di bengkulu hanya terbagi tipe iklim A dan B yakni Sangat Basag dan Basah. Sedangkan, menurut Oldemann klasifikasi iklim di bengkulu masuk ke 3 Zona yang pertama zona A dengan klasifikasi tipe A1 dan A2, ke dua zona B dengan klasifikasi tipe iklim B2 dan B3, dan yang terakhir zona C dengan klasifikasi iklim C3 yang dapat dipaneni padi dua kali dalam satu tahun dalam satu tahun dimana penanaman padi curah hujan dibawah 200 mm per bulan.



BAB IV
PENUTUP

4.1.       Kesimpulan
Klasifikasi iklim didaerah Bengkulu dengan data curah hujan 10 tahun terakhir. Menurut schmith dan ferguson bahwa di bengkulu hanya terbagi tipe iklim A dan B yakni Sangat Basah dan Basah. Sedangkan, menurut Oldemann klasifikasi iklim di bengkulu masuk ke 3 Zona yakni zona A zona, zona B dan zona C.
4.2.       Saran
Saran saya untuk pratikum kali ini seharusnya data yang mau dihitung sudah dilampirkan dalam buku penuntun agar praktikan mudah dan lancar dalam menggunakannya.



DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, F., dan S, Dina. 2012. Sistem Pola Tanam di Wilayah Priangan Berdasakan Klasifikasi Iklim Oldeman. Gea. 12: 61-70.
Irianto, G. 2003. Implikasi Penyimpangan Iklim Terhadap Tataguna Lahan. Makalah Seminar Nasional Ilmu Tanah. KMIT Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Susandi, A. 2002. The Impact Internasiona Climate Policy on Indonesia Report 341. Max Planck Institute of Meteorology. Hamburg.
Team Penyusun Agroklimatologi. 2016. Penuntun Pratikum Agroklimatologi. Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Wisnubroto, S., Siti Leca, A., Mulyono, N. 1983. Asas-asas Meteorologi Pertanian, Ghalia Indonesia, Jakarta.


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system