KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha
kuasa, karena rahmat dan berkat-nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi
lapang mata kuliah Ilmu Social Budaya Dasar yang dilakukan di benteng Mallborough.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan
penulisan laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan saran serta kritik dari semua pihak yang sifatny membangun demi
kesempurnan yang akan datang.penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca laporan ini guna penelitian
selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih
Bengkulu, desember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah satu permasalahan sosial yang ada
di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini.
Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengemis atau pengamen
jalanan, terutama di ibukota Jakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini.
Sesuai dengan tema yang telah
ditentukan dari dosen, tim kami mendapat topik ”Kehidupan pengamen.” Dalam
menjalankan observasi dan wawancara untuk makalah ini, kami memilih untuk
berfokus pada pengamen jalanan.
Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (bahasa Inggris:
street singers atau buskers), sementara musik-musik yang
dimainkan umumnya disebut sebagai musik
jalanan. Pengertian antara musik
jalanan dengan penyanyi jalanan
secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi
jalanan masing-masing mempunyai disiplin
dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah
warna musik yang berkembang di dunia kesenian.
Anak adalah harapan masa depan suatu
bangsa, tunas yang berpotensi membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik atau
bisa juga lebih buruk. Maka dari itu, amat miris rasanya melihat anak-anak yang
hidup mengamen di jalanan, bukannya bersekolah. Rasanya lebih menyedihkan
daripada melihat orang dewasa yang melakukan pekerjaan serupa. Oleh karena itu
tim kami melakukan observasi dan wawancara terhadap salah satu pengamen.
1.2 Tujuan Penelitian
Sebelum membahas permasalahan tersebut
diatas maka kami memepunyai tujuan dalam membuat makalah ini sebagai berikut :
1.
Ingin mengetahui tentang kehidupan anak jalanan khususnya
pengamen.
2.
Ingin mengetahui mengapa mereka memilih profesi menjadi pengamen.
3.
Ingin mengetahui bagaimana latar belakang mereka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
Pengamatan Lapangan
No
|
Daftar
pertanyaan
|
Narasumber
|
|||
1
|
Siapa
nama anda?
|
Rio
|
riski
|
Mario
|
Udin
|
2
|
Dimana
anda tinggal?
|
Kel.
Pondok Besi
|
Kel.
Pondok Besi
|
Kel.
Pondok Besi
|
Kel.
Pondok Besi
|
3
|
Apakah
anda sudah bekeluarga ?
|
Belum
|
Belum
|
Belum
|
Belum
|
4
|
Berapa
jumlah saudara anda ?
|
7
saudara
|
3
saudara
|
6
saudara
|
3
saudara
|
5
|
Mengapa
memilih profesi ini ?
|
Hobbi
|
Ikutan
teman
|
Suka
bebas
|
Hobbi
|
6
|
Berapakah
penghasilan per hari ?
|
Rp
15.000-38.000
|
Rp
10.000-35.000
|
Rp
17.000-45.000
|
Rp
15.000- 30.000
|
7
|
Sudah
berapa lama berprofesi ini ?
|
3
tahun
|
2,5
Tahun
|
3
Tahun
|
3
Tahun
|
8
|
Berapa
usia anda saat ini ?
|
17
tahun
|
15
tahun
|
16
tahun
|
14
tahun
|
9
|
Apa
saja permasalahan yang dialami selama bekerja ?
|
Diusir,
tidak diberi uang
|
Diusir,
tidak diberi uang dan dicaci-maki
|
Diusir,
tidak diberi uang dan dicaci-maki
|
Diusir,
tidak diberi uang
|
10
|
Apakah
ada system setoran ( pemimpin geng) ?
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
11
|
Dimana
saja biasanya anda mengamen?
|
Di
benteng, malhborough, pantai dan tower
|
Di
benteng, malhborough, pantai dan tower
|
Di
benteng, malhborough, pantai dan tower
|
Di
benteng, malhborough, pantai dan tower
|
12
|
Apa
tanggapan dari masyarakat dan keluarga ?
|
Dianggap
berandalan, nakal
|
Dianggap
berandalan, nakal
|
Dianggap
berandalan, nakal
|
Dianggap
berandalan, nakal
|
13
|
Apakah
kalian memiliki waktu libur / istirahat
|
Kadang-kadang
jam 12 siang
|
Kadang-kadang
jam 12 siang
|
Kadang-kadang
jam 12 siang
|
Kadang-kadang
jam 12 siang
|
14
|
Lagu
apa saja yang sering kalian nyanyikan
|
Lagu
yang lagi terkenal
|
Lagu
anak pengamen
|
Lagu
yang lagi terkenal
|
Lagu
yang lagi terkenal
|
2.2
Pembahasan
Seperti kita tahu bahwa salah satu
rofesi yang paling favorit dijalankan oleh orang-orang yang tidak memiliki
pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen baik secara sendiri-sendiri maupun
berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi tetapi juga bisa hanya memainkan
alat musik atau hanya bertugas menarik uang receh dari pendengar ngamenan.
Pengamen ada di mana-mana mulai di
perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di ruko, di
perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan pengamen pun
macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan banci /
bencong, anak punk, preman, pakaian muslim, pakaian pengemis, pakaian seksi nan
minim, dsb.
Pengamen terkadang sangat mengganggu
ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen
mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik
mengamen secara baik-baik walawpun mengganggu.
Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis pengamen :
1. Pengamen Baik
Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki
kemampuan musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para
pendengar pun merasa terhibur dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga
mereka tidak sungkan untuk memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen
jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak memaksa dalam meminta uang.
2. Pengamen Tidak Baik
Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang
permainan musiknya tidak enak di dengar oleh para pendengarnya namun pengamen
ini umumnya sopan dan tidak memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah
uang. Tetapi ada juga yang menyindir atau mengeluh langsung ke pendengarnya
jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.
3. Pengamen Pengemis
Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan
permainan musik maupun vokal pun ngawur seenak udel sendiri. Setelah mengamen
mereka tetap menarik uang receh dari para pendengarnya. Dibanding mengamen
mereka lebih mirip pengemis karena hanya bermodal dengakul dan nekat saja dalam
mengamen serta hanya berbekal belas kasihan orang lain dalam mencari uang.
4. Pengamen Pemalak / Penebar Teror
Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka
melakukan teror kepada para pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih
memberikan uang receh daripada mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak
tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi tetapi kadang hanya membacakan
puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang meneror kepada para
pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari tiap
pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak dilaporkan ke polisi dengan
perbuatan tidak menyenangkan di depan umum.
5. Pengamen Cilik / Anak-Anak
Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang
sangat tidak enak untuk didengar. Yang tidak enak didengar inilah yang lebih
condong mengemis dari pada mengamen. Akan tetapi
bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban
situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak
ini biasa dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga
ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah
kami melakukan pengamatan ke jalan ternyata banyak factor yang mempengaruhi
mereka sehingga mereka mengamen seperti berikut, factor ekon omi, karena hobbi,
karena ikut teman dan masih banyak lainnya
3.2 saran
Berhubung pengamen yang kami wawancarai pengamen
yang masih di bawah umur jadi sarannya agar orang tuanya lebih memperhatikan
lagi apa saja yang dilakukan anaknya diluar rumah.
Daftar Pustaka
Anarita, Popon,
dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dn Pemberdayaan Anak Jalanan di
Perkotaan (Bandung), Bandung: Akatiga-Pusat analisis sosial, 2001.
Arief, Armai, “ Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional”, Dalam Jurnal Fajar, LPM UIN
Jakarta, Edisi 4, No.1, November 2002.
Direktorat Pemberdayaan Peran Keluarga Dirjen Pemberdayaan Sosial, Standarisasi
Pemberdayaan Peran Keluarga, Jakarta: Depsos, 2002.
Goode, William J, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, Cet IV,
1995.
EmoticonEmoticon