Monday, August 29, 2016

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Acara VII RESPIRASI

Tags

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O, pati, fruktosa, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi.
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2 → 6CO2 + H2O + energi
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.

1.2.       Tinjauan Pustaka
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1985)
Respirasi dalam arti luas adalah pertukaran gas antara organisme dengan lingkungannya, sedangkan dalam arti yang khusus yaitu adanya pengambilan gas Oksigen dan pelepasan gas karbondioksida. Pengambilan Oksigen ini ada yang secara langsung melalui udara dan ada yang mengambil melalui medium cair yang berada disekeliling mereka. Respirasi terbagi atas yaitu  Respirasi Eksternal, yang merupakan pertukaran udara yang terjadi antara organisme dengan udara disekeliling mereka dan Respirasi Internal, merupakan pertukaran udara yang terjadi antara sel dengan organ didalamnya (Willey, 1982).
Respirasi merupakan kebalikan dari peristiwa fotosintesis. Respirasi merupakan proses pembongkaran energy yang tersimpan untuk dimanfaatkan dalam proses kehidupannya. (Dahlia, 2000)
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997). Respirasi merupakan suatu proses pelepasan energi kimia molekul organik di dalam sel. Energi molekul organik adalah energi matahari yang disimpan di dalamnya, terjadi pada proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis terjadi adanya pembentukan gula dari molekul-molekul karbohidrat dan air dengan bantuan cahaya matahari (Dwijoseputro, 1994).
Respirasi bukanlah proses pertukaran gas sederhana saja. Proses keseluruhan merupakan reaksi reduksi oksidasi yaitu senyawa organik dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi menjadi air (H2O). Sebagai substrat respirasi yaitu pati, fruktosa, sukrosa atau gula lainnya, lemak, asam organik dan bahkan protein pada keadaan tertentu (Burhan dkk, 1977).
Proses yang terjadi di dalam respirasi sel adalah pemecahan ikatan-ikatan dalam molekul organik, terutama ikatan antara atom karbon dengan atom yang menyimpan energi dalam jumlah besar. Ada beberapa cara dimana energi kimia dilepaskan. Salah satu cara yang paling penting adalah pengeluaran hidrogen dari suatu bahan bakar yang dikenal dengan istilah dehidrogenasi. Pada proses dehidrogenasi diperlukan penerima atau akseptor hidrogen (hydrogen acceptor) (Kimball, 1983).
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10°C, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5° dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30° atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun (Salisbury dan Ross, 1995).
Greulach and Adam (1976), menyatakan bahwa produk akhir fotosintesis adalah gula, oksigen dan air. Produk ini merupakan substansi yang nantinya digunakan dalam respirasi aerobik, sedangkan hasil akhir dari respirasi adalah karbondioksida dan air yang merupakan substansi yang digunakan dalam fotosintesis. Menurut Salisburry dan Ross (1978) gas O2 pada respirasi aerobik digunakan untuk oksidasi reduksi bahan makanan. Pada respirasi atau oksidasi akan dihasilkan CO2.
Energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bila tumbuhan sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam reaksi sintesis dan tidak pernah muncul sebagai CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).
Bahan bakar yang paling banyak digunakan adalah glukosa. Pembakaran sempurna glukosa menjadi CO2 menghasilkan energi 686 kilokalori energi bebas. Tetapi dalam reaksi ini hampir semua energi bebas dibebaskan sebagai panas yang dalam jumlah sedang hanya cukup untuk menjaga sel agar tetap hangat. Dan tetap tidak cukup untuk melangsungkan reaksi anabolik. Namun, demikian sel hidup mampu mengkatalisis glukosa menjadi sedemikian rupa sehingga menghasilkan energi bebas untuk membentuk molekul-molekul ATP (Kimball,1983).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6Oè 6 CO2 + 6H2O + Energi. Jumlah O2 dan CO2 yang dilepaskan tidak selalu sama. Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).
Reaksi respirasi suatu karbohidrat berlangsung dalam 4 tahapan:
1.             Glikolisis
Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat (Champbell, 2002)
2.             Dekarboksilasi oksidatif piruvat
Asam piruvat yang merupakan senyawa 3C diubah menjadi aseti-KoA (senyawa 2C) dengan melepaskan CO2
3.             Daur asam sitrat (daur Krebs)
Asetil-KoA diuraikan menjadi CO2. Daur ini disebut daur asam sitrat karena senyawa C6 yang pertama terbentuk adalah asam sitrat
4.             Transfer electron
Hydrogen (ion H+) yang dihasilkan dari tahap 1 sampai 3 berkombinasi dengan oksigen membentuk air (H2O). energy yang dibebaskan oleh transport electron digunakan untuk pembentukan ATP.

1.3.       Tujuan
Tujuan pratikum kali ini adalah mempelajari pengaruh suhu terhadap laju respirasi kecambah kacang hijau (Phaseolus vulgaris)


BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1.       Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan didalam pratikum ini meliputi kecambah kacang hijau berusia 3 hari, larutan NaOH (0.5 N), larutan HCl (0,1 N), larutan BaCl2 , dan Larutan phenotthavein. Alat yang diperlukan adalah botol berukuran 200 ml, kain kasa, tali pengikat,buret, dan erlenmeyer.

2.2.            Metode Pratikum
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu :
1.             Menimbang 5 kg kecambah yang sehat dan berpenampilan bagus, dibungkus dengan kain kasa.
2.             Disiapkan 3 bungkus kecambah untuk 3 perlakuan suhu dan 1 control.
3.             Disiapkan 3 botol berukuran 200 ml. Mengisi botol 30 ml larutan 0,5 N NaOH.
4.             Memasukkan bungkusan kecambah kedalam botol, tetapi tidak boleh menyentuh larutan NaOH. Cara nya, mengikat bungkus kecambah dengan seutas benang, lalu mengikat benang kemulut botol sehingga kecambah menggantung didalam botol. Dimasukkan ke 3 bungkus kecambah ke ketiga botol yang telah diisi NaOH.
5.             Menyimpan ke 3 botol berisi NaOH dan kecambah di tiga ruangan dengan suhu yang berbeda.
6.             Menyiapkan 3 botol kosong dengan ukuran sama. Mengisi masing-masing botol dengan 30 ml larutan 0.5 N NaOH. Diletakkan botol kosong tanpa kecambah di tiga ruangan dengan suhu berbeda sebagai kontrol.
7.             Diberi label pada masing-masing botol.
8.             24 jam kemudian diambil semua botol. Mengambil 5 botol larutan NaOH didalam botol, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer. Ditambahkan 2,5 ml BaCl2, diberikan 2 tetes Phenolphthalein, lalu dilakukan titrasi dengan 0,1 N HCl.
9.             Titrasi diakhiri setelah terjadi perubahan warna ( warna merah menghilang). Dilakukan pekerjaan ini 3 kali untuk tiap botol.
10.         menghitung CO2 yang dibebaskan oleh kecambah pada 3 suhu yang berbeda. Jumlah CO2 yang dibebaskan menunjukkan besarnya laju respirasi kecambah.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Hasil Pengamatan
Tabel Hasli Pengamatan velume HCl yang digunakan (ml)
Ulangan
Suhu kulkas (18o)
Suhu ruang (27o)
Suhu oven (37o)
kontrol
kecambah
kontrol
kecambah
kontrol
kecambah
1
8,4
9,6
10,2
14,2
28,2
71,0
2
8,2
11,4
11,3
14,4
28,8
74,2
3
9,0
9,8
13,2
15,1
30,1
75,5
Rataan
8,53
10,26
11,56
14,56
29,03
73,56
Perhitungan:
CO2 yang terbentuk =
JUMLAH CO2 yang terbentuk adalah
Sehingga jumlah CO2 adalah: 9,865
Reaksi : 2 HCl + BaCO3 → BaCl2 + H2CO3
Mol HCl
H2CO3(terbentuk) =
CO2 yang terbentuk =
Jumlah CO2 dibebaskan =
4.2.       Pembahasan
Respirasi adalah proses oksidasi dalam sel untuk melepaskan energi yang diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme hidup. Proses tersebut mencakup suatu rantai reaksi yang majemuk dan menyangkut berbagai tahapan dan dibantu oleh berbagai enzim. Tahapan pertama bersifat anaerobik, tanpa oksigen bebas, dan tahapan terakhir memerlukan oksigen bebas, jadi tahapan terakhir itu bersifat aerobik. Selanjutnya ADP diubah menjadi ATP yang merupakan sumber energi bagi semua jenis reaksi selular. Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi dan juga respirasi adalah oksidasi selular dimana energi yang disimpan dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2, merupakan hasil akhir dan energi terlepas.
Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbondioksida yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan karbondioksida hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang mengikat karbondioksida akan membentuk natrium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
2NaOH + CO2→Na2CO+ H2O
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (NaOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl. Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat NaOH. Sebelum dititrasi dengan HCl, larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaCl sebanyak 5 ml, penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan karbondioksida yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
aCl2­ + Na2CO3→BaCO3 + 2 NaCl
Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal ini disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan dengan BaCl2­, selanjutnya larutan tersebut diteteskan indikator fenolptalein (indicator pp). Indikator yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda. Indikator pp berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
BaCl2­ + HCl BaCl + HCl2
Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain semakin banyak karbondioksida yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya. HCl berfungsi sebagai peniter (zat penitrasi) dalam penitrasi ini.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang lebih tinggi yaitu 25ºC melepaskan lebih banyak CO2 dari pada rangkaian kecambah pada suhu 5ºC. Jumlah yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi. Pada kontrol 20°C volume HCl (1,25 ml), kecambah yang ditempatkan pada refrigator volume HCl (1,7 ml), kecambah yang ditempatkan di laci volume HCl (2 ml). Volume HCl yang digunakan pada saat titrasi, dikali dengan 5 ml BaCl2 yang digunakan sehingga diperoleh volume CO2 yang dihasilkan oleh kecambah. Dari hasil perhitungan diperoleh volume pada refrigator dengan suhu 5°C yaitu 8,5ml  dan di laci dengan suhu 25°C yaitu 10 ml. Jadi pengaruh suhu terhadap laju reaspirasi yaitu semakin tinggi suhu maka semakin meningkat laju respirasi dan begitupun sebaliknya.



BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.             Jumlah HCl berbanding lurus dengan jumlah CO2 yang dilepaskan sehingga semakin banyak HCl yang digunakan maka semakin banyak pula CO2 yang dilepaskan.
2.             Dari hasil pengamatan yang dilakukan di peroleh data yaitu kecambah pada refrigator (5°C) jumlah CO2 yang terkait NaOH 8,5 ml dan kecambah pada laci (25°C) jumlah ml CO2 yang terikat NaOH 10 ml, sehingga semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula laju respirasi dan begitupun sebaliknya.

Jawaban Pertanyaan:
1.              


DAFTAR PUSTAKA

Burhan, dkk. 1977, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta.
Dahlia, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang : UM Press
Dwidjoseputro, D, 1985, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.
Greulach,V.A and J.E. Adam, 1976, Plant and Introduction to Modern Botany, Macmillan Publishing Co., Inc, New York.
Loveless. 1997. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta : PT. Gramedia
Salisburry,F.B dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung
Simbolon, Hubu, dkk. 1989.  Biologi Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga
Willey, J. 1982, Study Guide to Accompany Botany, New York , Chesther Bistane Toronto, Singapore



EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system