Saturday, January 7, 2017

Laporan Pratikum Pengendalian Hama Penyakit Terpadu-PHPT; ACARA I Pengaruh Tanah Terhadap Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Tanah

Tags



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Sumber pertama hama dan patogen terdapat di tanah yang akan digunakan sebagai medeia tanam. Hama yang terdapat ditanah berupa telur,larva,pupa,dan imago. Patogen yang terdapat di tanah inokkulum jamur berupa sepora seksual (basidiospora,akospora zigospora dan oospora) atau sepora seksual (konidum, seporagium, klamidospora, oidiospora, dll) hifa misolium, dan tubuh buah jamur yang terdapat didalam tanah atau sisa jaringan tanaman di dalam tanah. Inokulum bakteri dapat berupa sel-sel bakteri yang terdapat di dalam tanah atau sisa jaringan tanaman didalam tanah (Bustamam, 2016).
Konsep utama dalam pengendalian terpadu, petani harus memilih lahan yang sehat. Jika lahan teronfeksi harus diberi perlakuan agar populasi awal hama atau patogen berada dalam kondisi rendah atau tidak ada sama sekali. Usaha penurunan populasi hama dan patogen di tanah dapat dilakukan dengan berbagai metoda perlakuan yaitu secara mekanik, fisik, kimia dan biologi.
Perlakuan secara mekanik dapat dilakukan dengan memungut, membuang, atau memusnakan hama dan inokulum yang ada didalam tanah. Perlakuan secara fisik dapat dilakukan dengan cara penggenangan , solarisasi dan penggunaan uap air panas. Pelakuan secar kimia dapat dilakukan dengan cara fumigasi, penyiraman dengan pestisida, dan penggunaan pestisida nabati. Perlakuan secara biologi dapat dilakukan dengan cara penanaman perangkap, penggunaan musuh alami hama, dan penggunaan agensia hayati.
Abawi & Widmer (2000) menjelaskan bahwa Tanah merupakan benda alam yang bersifat dinamis, sumber kehidupan dan merupakan fungsi vital dari ekosistem darat yang menggambarkan keseimbanganyang unik antara faktor fisik, kimia dan biologi.Komponen utama tanah terdiri darimineral anorganik, pasir, lumpur, tanah liat, bahan-bahan organik hasil dekomposisidari biota tanah, dan mikroorganisme seperti cacing tanah, serangga, bakteri, fungi,alga, nematoda dan sebagainya.
Tehnik solarisasi penggunaan sinar matahari dapat membunuh sebagian populasi awal hama dan patogen didalam tanah dengan cara membalik tanah bagian bawah kepermukaan sehingga hama dan oatogen yang ada didedah oleh sinar matahari. Pengendalian hama penyakit kacang tanah dapat diterapkan dalam model perlakuan tanah untuk model pengendaliannya. Sumber hama dan nokulum dalam tan penting untuk prtanaman kacang tanah yang penting dikendalikan adalah hama lalat bibit penyakitlayu Seclorotium dan bercak coklat (Semangun, 2005). Solarisasi tanah adalah suatu metode pasteurisasi yang efektif untuk menekan banyak spesies nematoda.Tetapi metode ini efektif bila cukup cahaya matahari pada musim panas.Tanah diberi plastik transparan selama 6-8 minggu. Panas matahari akan diperangkap oleh plastik, sehingga menaikkan temperature tanah (Agrios, 1997).
Inkerton (2000) melaporkan, perlakuan dengan solarisasi tanah, solaraisasi tanah dan tanaman penutup tanah serta fumigasi dengan metam sodium menghasilkan penurunan kepadatan populasi Phytophthora cinnamoni dan Verticillium dahliae pada kedalamam tanah 5 dan 10 cm. Kepadatan populasi P.penetraans menurun pada kedalaman di atas 30 cm dari permukaan tanah dengan solarisasi. Solarisasi untuk 8 minggu selama musim panas dapat dijadikan alternative pengelolaan beberapa patogen tular tanah yang penting di Western Oregon.
Perlakuan panas lebih efektif di tanah lembab daripada di tanah kering, karena terjadi peningkatan konduktivitas thermal dan aktivitas metabolik dari organisme target. James & Charles (2000) melaporkan, bahwa terjadi penurunan populasi kista, telur dan larva H. cajani yang lebih besar setelah perlakuan solarisasi pada tanah yang beririgasi dari pada tanah kering. Lebih jauh James & Charles (2000) dalam Jaacov & James (2000) menjelaskan, pengendalian nematoda memperoleh hasil yang sangat baik bila solarisasi di kombinasikan dengan nematisida dosis rendah, seperti metil bromoda, etilen dibromida, 1,3-dikloropropen dan etoprop.
Kacang tanah adalah salah satu tanaman ekonomi yang mengandung lemak dan protein dan mampu tumbuh dilahan kering. Meskipun demikian, pertumbuhan dan produksinya tergantung pada tersedianya air. Pada lahan kering, ketersediaan air sangat tergantung pada hujan. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah dibawa dan disebarkan ke benua Eropa, kemudian menyebar ke benua Asia sampai ke Indonesia (Hidayah, 1996).
Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri, fungi, aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-ma-sing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus. Fusarium sp. Merupakan fungi yang bersifat saprofit tanah tetapi dapat bersifat patogen terhadap banyak tumbuhan. Fungi ini juga dapat menyebabkan pembusukan pada akar tanaman dan juga berperan pada proses dekomposisi (Utomo, 2000).


1.2         Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk :
1.      Meningkatkan keterampilan maha siswa untuk menurunkan populasi awal hama dan patogen di tanah.
2.      Membadingkan tehnik perlakuan tanah untuk menurunkan populasi awal hama dan patogen di tanah.


BAB II
METODELOGI

Praktikum PHPT dilaksakan dilahan sawah depan laboratorium agronomi, Universitas Bengkulu.
1.1.       Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 100 g benih kacang tanah, dengan la han praktikum berupa bedengan ukuran 5x1m2, 15 g pupuk kandang, 100 g pupuk urea, 50 g pupuk kcl, 50 SP36 dan 1m2 plastik hitam perak. Sementara alat yang diperlukan adalah cangkul,meteran,ajir,tali plastik, cangkul.

1.2.       Metodelogi
1.              Memberisikan lahan dari gulma, dengan mencakul, dan membuat 3 bedengan berukuran panjang  5 m x lebar 1m, dan tinggi dengan 20 cm. Jarak antar bedengan adalah 60 cm. Dan masing-masing bedengan diberikan label dengan pengajiran.
2.              Lahan diberi perlakuan sebagai berikut :
a.              Perlakuan 1. Solerasi 1 x. Bedengan tersebut di jemur selama 6 hari. Selanjutnya bedengan di beri pupuk kandang 2 kg dengan cara taburan.
b.              Perlakuan 3. Solerasi 2 x. Tanah di balik pada hari ke tiga, kemudian di solerasi selam 2 hari, kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg dengan cara tabuaran.
c.              Perlakuan ke 4. Solerasi 3 x. Tanah di balik pada hari ke tiga, kemudian di solerasi selam 2 hari, kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg dengan cara tabuaran.
3.             pada minggu ke tiga dilakukan penanaman dengan cara :
a.              Membuat lubang tanamdengan tunggal sedalam 10 cm dengan jarak tanam 25 x 25 cm.
b.              Benih dimasukkan sebanyak 2 buah kacang tanah kesetiap lubang tanam.
c.              Kemudian lubang tanah tersebut di tutupi dengan tanah.
4.             Panaman di pelihara dengan mencabut gulma secara manual pada minggu ke 2 setelah tanam.
5.       Pengamatan dilakukan terhadap :
a.              Jumlah yang tumbuh pada hari ke 6 dan 13 setelah tanam. Jumlah tanaman yang tumbuh pada setiap bedengan dan di bandingkan dengan jumlah tanaman ( prensentase tanaman yang tumbuh dalam satuan)
b.              Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun dengan menggunakan mistar ( satuan cm). Pada masing –masing bedengan jumlah sampel yang di ukur adalah 5 tanaman, kemudian di rata-ratakan.
c.              Jumlah lalat yang terseang lalat bibit. Dihitung dengan mengamati dengan jumlah tanaman yang memiliki gejala serangan lalat bibit dan dibandingkan dengan jumlah tanaman yang ditanaman. Pengamatan dilakukan pada hari ke 4-10.
d.             Jumlah tanaman ang terserang layu Slecrotium. Dihing dengan mengamati jumlah tanaman yang memiliki gejala layu dan di bandingan dengan dengan julah tanaman yang tumbuh. Pengamatan dilakukan setiap minggu.
e.              Jumlah tanaman yang terserang tanaman bercak coklat. Dihitung dengan jumlah tanaman yang terserang bercak coklat dibandingkan dengan jumlah tanaman yang tumbuh. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 8 – 12.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.       Hasil Penilaian
Pengamatan Sabtu, Tanggal 22 Oktober 2016
sampel
perlakuan1 (Tinggi Tan.)
perlakuan 2
(Tinggi Tan.)
perlakuan 3 (Tinggi Tan.)
Presentasi Tumbuh
Solarisasi 1
Solarisasi 2
Solarisasi 3
3 cm
3 cm
6 cm
4 cm
4 cm
7 cm
6 cm
4 cm
5 cm
80 %
82 %
85 %
Ket.
Hidup 100 %


Pengamatan Sabtu, Tanggal 29 Oktober 2016
sampel
perlakuan1 (Tinggi Tan.)
perlakuan 2
(Tinggi Tan.)
perlakuan 3 (Tinggi Tan.)
Presentasi Tumbuh
Solarisasi 1
Solarisasi 2
Solarisasi 3
20 cm
23 cm
23 cm
25 cm
22 cm
23 cm
27 cm
26 cm
21 cm
79 %
80 %
83 %
Ket.
Tanaman mati pada perlakuan ke 2 dan 3 = 1 tan. Diakibatkan rumpun layu


Pengamatan Sabtu, Tanggal 12 November2016
sampel
perlakuan1 (Tinggi Tan.)
perlakuan 2
(Tinggi Tan.)
perlakuan 3 (Tinggi Tan.)
Presentasi Tumbuh
1
2
3
20,5 cm
25 cm
26,5 cm
29 cm
24,5 cm
27,5 cm
30 cm
30 cm
25,5 cm
76 %
78 %
80 %
Ket.
1        TANAMAN LAYU





Pengamatan Sabtu, Tanggal 26 November2016
sampel
perlakuan1 (Tinggi Tan.)
perlakuan 2
(Tinggi Tan.)
perlakuan 3 (Tinggi Tan.)
Presentasi Tumbuh
1
2
3
21 cm
26 cm
27 cm
29,5 cm
25 cm
27,5 cm
30 cm
30 cm
26 cm
74 %
 75%
75%
Ket.
3 TANAMAN LAYU dan 2 TANAMAN MATI


3.2.       Pembahasan
Pratikum solarisasi tanah diawali dengan membuka lahan dan pembuatan petakan dengan 3 petekan terdiri dari petakan 1 dengan solarisasi tanah sebanyak satu kali. Petakan ke 2 dengan solarisasi tanah 2 kali dan petakan ke 3 dengan solarisasi tanh sebanyak tiga kali yang artinya selama 1 minggu di bolak balim tanahnya selama satu kali lalu ditanami dengan kacang tanah, dengan dilanjutkan dengan pengamatan. Menurut Medianti (2013) mengatakan bahwa Tanah yang telah disolarisasi dapat digunakan untuk membudidayakan tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dalam lahan bedengan selain itu untuk media persemaian, baik langsung atau dimasukkan ke dalam wadah-wadah kecil.
Berdasarkan pengamatan yang lakukan pada tanaman kacang tanah, umur tanaman kacang tanah yang kami amati berumur 4 minggu HST (Hari Setelah Tanam). Pengamatan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 08:00 WIB. Terlebih dahulu melakukan pembersihan gulma dengan cara meknis, Setelah itu melakukan pengamatan hama pada tiap –tiap sampel.
Pada lahan tersebut, ada Beberapa hama yang kami dapat  yaitu, belalang , ulat jengkal akan tetapi hampir setiap petakan sampel semua jenis hama tidak ada. Musuh alami juga ada ditemukan yaitu laba –laba dan semut. Mengenai solarisasi tanah terhadap pengembangan hama dan penyakit  pada tanaman kacang tanah menunjukkan hasil yang positif artinya  presentase tumbunya tanaman kacang tanah sangat bagus hal ini dapat di lihat pada tabel di atas dimana meninjukkan tidak ada gejala- gejala terserang penyakit ataupun layu bahkan presentase pertumbuhan tanaman bisa dibilang 100 % tumbuh, pada hal ini perlakuan yang kamigunakan yaitu tehnik solarisasi sinar mata hari, karna sinar matahari juga mampu membunuh populasi hama dan patogen di dalam tanah yaitu dengan cara membalikkan tanah bagian bawah ke bagian atas hinnggga hama dan patogen yang ada di ladamnya dapat didedah oleh sinar matahari. Hasil penelitian Shofiyan dan Budi (2014) menunjukkan bahwa Perlakuan solarisasi tanah yang diberikan dimungkinkan berpengaruh dalam penghambatan perkembangan penyakit layu Fussarium.
Akan tetapi presentase pertumbuhan  yang hampir mencapai 100 % pada lahan yang kami amati tidak lepas dari berbagai perlakuan mulai dari pemberian pupuk  sehingga daya kemampuan daya tumbuh benih (biji) mampu untuk tumbuh membentuk individu baru. Dengan kisaran 85% s/d > 90%. Sehinnga pada stadia vegetatif ini meliputi fase berkecambah, dilanjutkan dengan fase pertumbuhan vegetatif; akar, batang, dan daun yang cepat, yang akhirnya pertumbuhan vegetatif menjadi sempurna. Pada tabel di atas menunjukkan ada penyakit pada layu bakteri (Pseudomonas solanacearum). Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium rolfsii). Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala: daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi.



BAB IV
PENUTUP

4.1.       Kesimpulan
Cara menurunkan populasi hama salah satunya dengan cara solarisasi tanah dengan membalikkan tanah kepermukaan agar hama dan patogen yang ada didalam tanah mati karena kenah sengatan matahari. dari ketiga perlakuan solarisasi diketahui bahwa perlakuan ke 3 dengan cara membalikan tanah sebanyak 3 kali mampu meningkatkan pertumbuhan kacang tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Abawi, G.S & T.L. Widmer. 2000. Impact of soil health management practices on soilborne pathogens, nematodes and root diseases of vegetable crops.Applied Soil Ecology 15: 37-47.
Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology, 4th edition. Academic Press, New York.
Bustaman, H. 2016. Penuntun Prtikum Pengendalian Hama Penyakit Terpadu. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Hidayah, N dan Djajad. 2009 Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah pada Tanaman Tembakau. Perspektif 8(2) : 74- 83.
Semangun,H.2005.Penyakit – penyakit penting tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Sumartini. 2013.. Penyakit Karat pada Kacang Tanah. Disarikan dari seminar bulanan balitkabi.
Shofiyani, A., dan Budi, G.P. 2014. Efektifitas Solarisasi Tanah Terhadap Penekanan Per kembangan Jamur Fusarium Pada Lahan Tanaman Pisang Yang Terinfeksi. Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 .
Utomo, B. 2000. Eksplorasi Fungi Pada Tanah Gambut Berrada Pada Lapisan Fibrik, Hemik, Dan Saprik. Media Unika 73 Edisi ke-4





Lampiran
 


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system