BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sumber pertama hama dan patogen terdapat di tanah yang akan
digunakan sebagai medeia tanam. Hama yang terdapat ditanah berupa
telur,larva,pupa,dan imago. Patogen yang terdapat di tanah inokkulum jamur
berupa sepora seksual (basidiospora,akospora zigospora dan oospora) atau sepora
seksual (konidum, seporagium, klamidospora, oidiospora, dll) hifa misolium, dan
tubuh buah jamur yang terdapat didalam tanah atau sisa jaringan tanaman di
dalam tanah. Inokulum bakteri dapat berupa sel-sel bakteri yang terdapat di
dalam tanah atau sisa jaringan tanaman didalam tanah (Bustamam, 2016).
Konsep utama dalam pengendalian terpadu, petani harus
memilih lahan yang sehat. Jika lahan teronfeksi harus diberi perlakuan agar
populasi awal hama atau patogen berada dalam kondisi rendah atau tidak ada sama
sekali. Usaha penurunan populasi hama dan patogen di tanah dapat dilakukan
dengan berbagai metoda perlakuan yaitu secara mekanik, fisik, kimia dan
biologi.
Perlakuan secara mekanik dapat dilakukan dengan memungut,
membuang, atau memusnakan hama dan inokulum yang ada didalam tanah. Perlakuan
secara fisik dapat dilakukan dengan cara penggenangan , solarisasi dan
penggunaan uap air panas. Pelakuan secar kimia dapat dilakukan dengan cara
fumigasi, penyiraman dengan pestisida, dan penggunaan pestisida nabati.
Perlakuan secara biologi dapat dilakukan dengan cara penanaman perangkap, penggunaan
musuh alami hama, dan penggunaan agensia hayati.
Abawi & Widmer (2000) menjelaskan bahwa Tanah merupakan
benda alam yang bersifat dinamis, sumber kehidupan dan merupakan fungsi vital
dari ekosistem darat yang menggambarkan keseimbanganyang unik antara faktor
fisik, kimia dan biologi.Komponen utama tanah terdiri darimineral anorganik,
pasir, lumpur, tanah liat, bahan-bahan organik hasil dekomposisidari biota
tanah, dan mikroorganisme seperti cacing tanah, serangga, bakteri, fungi,alga,
nematoda dan sebagainya.
Tehnik solarisasi penggunaan sinar matahari dapat membunuh
sebagian populasi awal hama dan patogen didalam tanah dengan cara membalik
tanah bagian bawah kepermukaan sehingga hama dan oatogen yang ada didedah oleh
sinar matahari. Pengendalian hama penyakit kacang tanah dapat diterapkan dalam
model perlakuan tanah untuk model pengendaliannya. Sumber hama dan nokulum
dalam tan penting untuk prtanaman kacang tanah yang penting dikendalikan adalah
hama lalat bibit penyakitlayu Seclorotium dan bercak coklat (Semangun, 2005). Solarisasi
tanah adalah suatu metode pasteurisasi yang efektif untuk menekan banyak
spesies nematoda.Tetapi metode ini efektif bila cukup cahaya matahari pada
musim panas.Tanah diberi plastik transparan selama 6-8 minggu. Panas matahari
akan diperangkap oleh plastik, sehingga menaikkan temperature tanah (Agrios,
1997).
Inkerton (2000) melaporkan, perlakuan dengan solarisasi
tanah, solaraisasi tanah dan tanaman penutup tanah serta fumigasi dengan metam
sodium menghasilkan penurunan kepadatan populasi Phytophthora cinnamoni dan
Verticillium dahliae pada kedalamam tanah 5 dan 10 cm. Kepadatan populasi
P.penetraans menurun pada kedalaman di atas 30 cm dari permukaan tanah dengan
solarisasi. Solarisasi untuk 8 minggu selama musim panas dapat dijadikan
alternative pengelolaan beberapa patogen tular tanah yang penting di Western
Oregon.
Perlakuan panas lebih efektif di tanah lembab daripada di
tanah kering, karena terjadi peningkatan konduktivitas thermal dan aktivitas
metabolik dari organisme target. James & Charles (2000) melaporkan, bahwa
terjadi penurunan populasi kista, telur dan larva H. cajani yang lebih besar
setelah perlakuan solarisasi pada tanah yang beririgasi dari pada tanah kering.
Lebih jauh James & Charles (2000) dalam Jaacov & James (2000)
menjelaskan, pengendalian nematoda memperoleh hasil yang sangat baik bila
solarisasi di kombinasikan dengan nematisida dosis rendah, seperti metil
bromoda, etilen dibromida, 1,3-dikloropropen dan etoprop.
Kacang tanah adalah
salah satu tanaman ekonomi yang mengandung lemak dan protein dan mampu tumbuh
dilahan kering. Meskipun demikian, pertumbuhan dan produksinya tergantung pada
tersedianya air. Pada lahan kering, ketersediaan air sangat tergantung pada hujan.
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang
berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan).
Awalnya kacang tanah dibawa dan disebarkan ke benua Eropa, kemudian menyebar ke
benua Asia sampai ke Indonesia (Hidayah, 1996).
Di dalam tanah terdapat berbagai
jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri, fungi, aktinomisetes,
mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-ma-sing biota tanah
mempunyai fungsi yang khusus. Fusarium sp. Merupakan fungi yang bersifat saprofit tanah tetapi dapat
bersifat patogen terhadap banyak tumbuhan. Fungi ini juga dapat menyebabkan
pembusukan pada akar tanaman dan juga berperan pada proses dekomposisi (Utomo,
2000).
1.2
Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan
keterampilan maha siswa untuk menurunkan populasi awal hama dan patogen di
tanah.
2. Membadingkan
tehnik perlakuan tanah untuk menurunkan populasi awal hama dan patogen di
tanah.
BAB II
METODELOGI
Praktikum PHPT dilaksakan dilahan sawah depan laboratorium
agronomi, Universitas Bengkulu.
1.1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 100 g benih
kacang tanah, dengan la han praktikum berupa bedengan ukuran 5x1m2, 15 g pupuk
kandang, 100 g pupuk urea, 50 g pupuk kcl, 50 SP36 dan 1m2 plastik hitam perak.
Sementara alat yang diperlukan adalah cangkul,meteran,ajir,tali plastik,
cangkul.
1.2. Metodelogi
1.
Memberisikan lahan
dari gulma, dengan mencakul, dan membuat 3 bedengan berukuran panjang 5 m x lebar 1m, dan tinggi dengan 20 cm.
Jarak antar bedengan adalah 60 cm. Dan masing-masing bedengan diberikan label
dengan pengajiran.
2.
Lahan diberi perlakuan
sebagai berikut :
a.
Perlakuan 1. Solerasi
1 x. Bedengan tersebut di jemur selama 6 hari. Selanjutnya bedengan di beri
pupuk kandang 2 kg dengan cara taburan.
b.
Perlakuan 3. Solerasi
2 x. Tanah di balik pada hari ke tiga, kemudian di solerasi selam 2 hari,
kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg dengan cara tabuaran.
c.
Perlakuan ke 4. Solerasi
3 x. Tanah di balik pada hari ke tiga, kemudian di solerasi selam 2 hari,
kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg dengan cara tabuaran.
3.
pada minggu ke tiga
dilakukan penanaman dengan cara :
a.
Membuat lubang
tanamdengan tunggal sedalam 10 cm dengan jarak tanam 25 x 25 cm.
b.
Benih dimasukkan
sebanyak 2 buah kacang tanah kesetiap lubang tanam.
c.
Kemudian lubang tanah
tersebut di tutupi dengan tanah.
4.
Panaman di pelihara
dengan mencabut gulma secara manual pada minggu ke 2 setelah tanam.
5. Pengamatan
dilakukan terhadap :
a.
Jumlah yang tumbuh
pada hari ke 6 dan 13 setelah tanam. Jumlah tanaman yang tumbuh pada setiap
bedengan dan di bandingkan dengan jumlah tanaman ( prensentase tanaman yang
tumbuh dalam satuan)
b.
Tinggi tanaman diukur
dari pangkal batang sampai ujung daun dengan menggunakan mistar ( satuan cm).
Pada masing –masing bedengan jumlah sampel yang di ukur adalah 5 tanaman,
kemudian di rata-ratakan.
c.
Jumlah lalat yang
terseang lalat bibit. Dihitung dengan mengamati dengan jumlah tanaman yang
memiliki gejala serangan lalat bibit dan dibandingkan dengan jumlah tanaman
yang ditanaman. Pengamatan dilakukan pada hari ke 4-10.
d.
Jumlah tanaman ang
terserang layu Slecrotium. Dihing
dengan mengamati jumlah tanaman yang memiliki gejala layu dan di bandingan
dengan dengan julah tanaman yang tumbuh. Pengamatan dilakukan setiap minggu.
e.
Jumlah tanaman yang
terserang tanaman bercak coklat. Dihitung dengan jumlah tanaman yang terserang
bercak coklat dibandingkan dengan jumlah tanaman yang tumbuh. Pengamatan
dilakukan pada minggu ke 8 – 12.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penilaian
Pengamatan
Sabtu, Tanggal 22 Oktober 2016
sampel
|
perlakuan1
(Tinggi Tan.)
|
perlakuan
2
(Tinggi
Tan.)
|
perlakuan 3
(Tinggi Tan.)
|
Presentasi
Tumbuh
|
Solarisasi 1
Solarisasi 2
Solarisasi 3
|
3 cm
3 cm
6 cm
|
4 cm
4 cm
7 cm
|
6 cm
4 cm
5 cm
|
80 %
82 %
85 %
|
Ket.
|
Hidup 100 %
|
|
Pengamatan
Sabtu, Tanggal 29 Oktober 2016
sampel
|
perlakuan1
(Tinggi Tan.)
|
perlakuan
2
(Tinggi
Tan.)
|
perlakuan 3
(Tinggi Tan.)
|
Presentasi
Tumbuh
|
Solarisasi 1
Solarisasi 2
Solarisasi 3
|
20 cm
23 cm
23 cm
|
25 cm
22 cm
23 cm
|
27 cm
26 cm
21 cm
|
79 %
80 %
83 %
|
Ket.
|
Tanaman mati pada perlakuan ke 2 dan 3 = 1 tan.
Diakibatkan rumpun layu
|
|
Pengamatan
Sabtu, Tanggal 12 November2016
sampel
|
perlakuan1
(Tinggi Tan.)
|
perlakuan
2
(Tinggi
Tan.)
|
perlakuan 3
(Tinggi Tan.)
|
Presentasi Tumbuh
|
1
2
3
|
20,5 cm
25 cm
26,5 cm
|
29 cm
24,5 cm
27,5 cm
|
30 cm
30 cm
25,5 cm
|
76 %
78 %
80 %
|
Ket.
|
1
TANAMAN
LAYU
|
|
Pengamatan
Sabtu, Tanggal 26 November2016
sampel
|
perlakuan1
(Tinggi Tan.)
|
perlakuan
2
(Tinggi
Tan.)
|
perlakuan 3
(Tinggi Tan.)
|
Presentasi Tumbuh
|
1
2
3
|
21 cm
26 cm
27 cm
|
29,5 cm
25 cm
27,5 cm
|
30 cm
30 cm
26 cm
|
74 %
75%
75%
|
Ket.
|
3 TANAMAN LAYU dan 2 TANAMAN MATI
|
|
3.2. Pembahasan
Pratikum solarisasi tanah diawali dengan membuka lahan dan
pembuatan petakan dengan 3 petekan terdiri dari petakan 1 dengan solarisasi
tanah sebanyak satu kali. Petakan ke 2 dengan solarisasi tanah 2 kali dan
petakan ke 3 dengan solarisasi tanh sebanyak tiga kali yang artinya selama 1
minggu di bolak balim tanahnya selama satu kali lalu ditanami dengan kacang
tanah, dengan dilanjutkan dengan pengamatan. Menurut Medianti (2013) mengatakan
bahwa Tanah yang telah disolarisasi dapat digunakan untuk membudidayakan
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dalam lahan bedengan selain itu untuk
media persemaian, baik langsung atau dimasukkan ke dalam wadah-wadah kecil.
Berdasarkan pengamatan yang lakukan pada tanaman kacang
tanah, umur tanaman kacang tanah yang kami amati berumur 4 minggu HST (Hari
Setelah Tanam). Pengamatan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 08:00 WIB.
Terlebih dahulu melakukan pembersihan gulma dengan cara meknis, Setelah itu melakukan
pengamatan hama pada tiap –tiap sampel.
Pada lahan tersebut, ada Beberapa hama yang kami dapat yaitu, belalang , ulat jengkal akan tetapi
hampir setiap petakan sampel semua jenis hama tidak ada. Musuh alami juga ada
ditemukan yaitu laba –laba dan semut. Mengenai solarisasi tanah terhadap
pengembangan hama dan penyakit pada tanaman
kacang tanah menunjukkan hasil yang positif artinya presentase tumbunya tanaman kacang tanah
sangat bagus hal ini dapat di lihat pada tabel di atas dimana meninjukkan tidak
ada gejala- gejala terserang penyakit ataupun layu bahkan presentase pertumbuhan
tanaman bisa dibilang 100 % tumbuh, pada hal ini perlakuan yang kamigunakan
yaitu tehnik solarisasi sinar mata hari, karna sinar matahari juga mampu
membunuh populasi hama dan patogen di dalam tanah yaitu dengan cara membalikkan
tanah bagian bawah ke bagian atas hinnggga hama dan patogen yang ada di
ladamnya dapat didedah oleh sinar matahari. Hasil penelitian Shofiyan dan Budi
(2014) menunjukkan bahwa Perlakuan solarisasi tanah yang diberikan dimungkinkan
berpengaruh dalam penghambatan perkembangan penyakit layu Fussarium.
Akan tetapi presentase pertumbuhan yang hampir mencapai 100 % pada lahan yang
kami amati tidak lepas dari berbagai perlakuan mulai dari pemberian pupuk sehingga daya kemampuan daya tumbuh benih (biji) mampu untuk tumbuh
membentuk individu baru. Dengan kisaran 85% s/d > 90%. Sehinnga pada stadia
vegetatif ini meliputi fase berkecambah, dilanjutkan dengan fase pertumbuhan
vegetatif; akar, batang, dan daun yang cepat, yang akhirnya pertumbuhan
vegetatif menjadi sempurna. Pada tabel di atas menunjukkan ada penyakit pada layu bakteri (Pseudomonas solanacearum).
Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur
2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: layu mendadak bila
kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Penyakit
layu (Jamur tanah : Sclerotium rolfsii). Penyakit ini
menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak
tanam pendek. Gejala: daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan
melalui tanah dan irigasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Cara menurunkan populasi hama salah satunya dengan
cara solarisasi tanah dengan membalikkan tanah kepermukaan agar hama dan
patogen yang ada didalam tanah mati karena kenah sengatan matahari. dari ketiga
perlakuan solarisasi diketahui bahwa perlakuan ke 3 dengan cara membalikan
tanah sebanyak 3 kali mampu meningkatkan pertumbuhan kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Abawi, G.S & T.L. Widmer.
2000. Impact of soil health management practices on soilborne pathogens,
nematodes and root diseases of vegetable crops.Applied Soil Ecology 15: 37-47.
Agrios, G.N. 1997. Plant
Pathology, 4th edition. Academic Press, New York.
Bustaman, H. 2016. Penuntun
Prtikum Pengendalian Hama Penyakit Terpadu. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Hidayah, N dan Djajad. 2009
Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah pada
Tanaman Tembakau. Perspektif 8(2) : 74- 83.
Semangun,H.2005.Penyakit –
penyakit penting tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Sumartini. 2013.. Penyakit Karat pada Kacang Tanah. Disarikan
dari seminar bulanan balitkabi.
Shofiyani, A., dan Budi, G.P. 2014. Efektifitas
Solarisasi Tanah Terhadap Penekanan Per kembangan Jamur Fusarium Pada Lahan
Tanaman Pisang Yang Terinfeksi. Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil
Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 .
Utomo, B. 2000. Eksplorasi Fungi
Pada Tanah Gambut Berrada Pada Lapisan Fibrik, Hemik, Dan Saprik. Media Unika
73 Edisi ke-4
Lampiran
EmoticonEmoticon