BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung manis
(zea mays Saccharata Sturt) atau yang lebih dikenal dengan nama Sweet corn
mulai dikembangkan di Indonesia pada awal tahun 1980, diusahakan secara
komersil dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran (Tim
karya tani mandiri, 2010). Jagung manis semakin populer dan dikonsumsi karena
memiliki rasa yang lebih manis, aroma lebih harum, dan kandungan gizi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan jagung manis biasa, serta aman dikonsumsi bagi
penderita diabetes karena mengandung gula sukrosa dan rendah lemak.
Keistimewaan lain yang dimiliki jagung manis adalah biji, dari butiran jagung
manis lebih khas, tidak lembek dan memiliki serat yang tidak terlalu liat. Hal
ini menyebabkan jagung manis banyak digemari kalangan menengah ke atas dan
masyarakat perkotaan sehingga banyak ditemukan di pasar swalayan.
Di Indonesia
daerah-daerah penghasil tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus daerah Jawa Timur dan Madura, tanaman
jagung dibudidayakan cukup intensif karena selain tanah dan iklimnya sangat
mendukung untuk pertumbuhan tanaman jagung (Warisno, 2007).
Biji jagung
kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endosperma. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung
ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini
tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin
lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Kandungan
gizi Jagung per 100 gram bahan adalah: Kalori 355 Kalori, Protein 9,2 gr, Lemak
3,9 gr, Karbohidrat 73,7 gr, Kalsium 10 mg, Fosfor 256 mg, Besi 2,4 mg, Vitamin
A 510 SI, Vitamin B1 0,38 mg, Air 12 gr, dan bagian yang dapat dicerna 90%. Untuk
ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih
rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak daripada beras.
Jagung manis
merupakan komoditi hasil pertanian kelompok serealia. Pada umumnya komoditi
hasil pertanian memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya,
diantaranya produk yang dihasilkan bersifat musiman, mudah rusak (tidak tahan
lama), fluktuatif harga relatif tajam, dan pemasaran produk melalui rantai
pemasaran yang panjang untuk sampai ketangan konsumen. Pada umumnya karakteristik
tersebut merupakan sebuah kelemahan dari komoditi hasil pertanian. Kelemahan
tersebut jika tidak ditanggapi dengan bijak dapat menjadi masalah yang dapat
merugikan bagi petani. Untuk menanggapi hal tersebut salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh petani yaitu dengan menggunakan strategi pemasaran yang baik
untuk memutuskan rantai pemasaran yang terlalu panjang.
1.2. Tujuan
§ Membandingkan pertumbuhan dan hasil
jagung manis pada beberapa dosis pupuk urea,
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanaman
jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis
tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang
Eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke negaranya.
Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan Afrika. Baru sekitar
abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok
dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia (Wirawan dan wahab, 2007).
Klasifikasi
Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata L.) berasal dari benua Amerika.
Menurut Klasifikasitanaman.com (2015), klasifikasi tanaman jagung adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonenae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Subfamilia : Ponicoidae
Genus : Zea
Species : Zea Mays Saccharata
Pengolahan lahan, keadaan tanah
hendaknya tidak terlampau basah, tetapi cukup lembab hingga mudah dikerjakan,
sampai tanah cukup gembur. Tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak
memerlukan pengerjaan tanah. Pada tanah berat dengan kelebihan air, perlu
dibuat (drainase) pembuatan saluran dan pembubunan yang tepat dapat
menghindarkan terjadinya genangan air (Poehlman, 1959). Pada pembuatan bedengan
dilakukan setelah tanah diolah. Bedengan dilengkapi dengan saluran pembuangan
air. Ukuran bedengan adalah lebar 1-1,2 meter. Panjang 3-5 meter, dan tinggi
15-20 cm antara dua bedeng, dibuat parit untuk memasukkan dan mengalirkan air
ke tempat penanaman (Yudiwanti, 2010).
Benih yang akan digunakan sebaiknya
bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari
varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih lain, tidak
mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian
dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat (Sirait, 1989).
Jagung merupakan tanaman rerumputan
tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan memiliki masa hidup
70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian <3meter. Tanamn jagung
satu satu tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan brown,
2008)
Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. (Nuning Argo
Subekti, dkk. 2012).
Daun jagung adalah daun sempurna.
Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing
(acutus), tepi daun rata (integer), Antara pelepah dan helai daun terdapat
ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang
licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi
defisit air pada sel-sel daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
BAB III
METODELOGI
3.1. Bahan dan Alat
Bahan tanam : benih jagung manis
Bahan pendukung : ajir bambu, pupuk
kandang, urea, SP 36, KCL
Alat: cangkul, kored, gelas ukur
kecil, sprayer, leaf area meter, timbangan analitik, handrefractometer,
handpenetrometer, alat tulis.
2.1. Cara Kerja
1.
Pratikum membentuk kelompok yang
ditentukan oleh coas
2.
Menentukan komoditi dan perlakuan yang
sudah dibagi oleh dosin pembimbing pratikum, yang mana jagung manis dengan rancangan
RAKL dengan dosis 0, 150, 300 kg/ha
3.
Setiap kelompok diketua oleh satu dari
kelompok yang tugasny bertanggung jawab mengkordiner pelaksaan pratikum dalam
kelompok
4.
Jadwal rencara pelaksanan dilapangan,
mulai dari persiapan sampai pemamenan
5.
Ukuran unit percobaan 2m x 3m dengan
jarak tanam jagung manis 75 cm x 25 cm (32 tanaman/petak)
6.
Dosis pupuk yang digunakan pada tanaman
jagung manis : 10 ton/ha, urea 200 kg/ha, sp36 200 kg/ha, KCL 150 kg/ha.
7.
Setiap tanaman ditentukan 5 tanaman
sebgai sampel
8.
Pangamatan dilakukan terhadap varibel
pertumbuhan: tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, tingkat
kehijauan daun, dan kadar klorofil daun, bobot biomassa, dan variabel hasil:
panjing dan diameter buah, jumlah buah/tanaman, bobot buah, dan bobok buat
perpetak.
9.
Analisis varian (anava) dilakukn dengan
sesui rancangan percobaan dan uji lnjut menggunakan PO.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi
Tanaman jagung manis
Data hasil pengamatan
tinggi tanaman jagung manis dapat dilihat pada tabel 1, setelah dianalisis
mengunakan rancangan acak kelompok lengkap menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi
tanaman jagung setelah dianalisis tidak terdapat perbedaan antara
dosis pupuk 0, 150, dan 300 ton/ha yang diberikan. Hal ini dikarekan ada pengaruh
lingkungan dan lahan percobaan.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
Ftab
|
|
5%
|
1%
|
|||||
Perlakuan
|
2
|
1282,136921
|
641,0684605
|
0,56
|
4,26
|
8,02
|
Galat
|
9
|
10210,53653
|
1134,504059
|
|
|
|
Total
|
11
|
|
|
|
|
|
Dari ketiga perlakuan
dosis pupuk menunjukan pada dosis 0 kg/ha, 150 kg/ha, dan 300 kg/ha tidak
memberikan perbedaan dalam pertumbuhan vegetatif dan ini ditunjukan dari hasil
anasisis.
Jumlah
Daun Tanaman Jagung Manis
Hasil analisis
menunjukan bahwa pupuk N dengan dosis 0 kg/ha, 150 kg/ha, dan 300 kg/ha tidak
berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun. hal ini dijelaskan pada tabel ke
2 tentang rata-rata jumlah daun pada minggu ke tiga.
Tabel 2. Jumlah daun tanaman jagung manis
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
Ftab
|
|
5%
|
1%
|
|||||
Perlakuan
|
2
|
0,1679167
|
0,0839584
|
0,14
|
4,26
|
8,02
|
Galat
|
9
|
5,3770533
|
0,597450366
|
|
|
|
Total
|
11
|
|
|
|
|
|
Data rata-rata jumlah
daun pertanaman jagung manis setelah dianalisis RAKL tidak menunjukkan
perbedaan pada setiap perbedaan dosis yang diberikan maka dari itu tidak di
lakukan uji lanjut PO. Hal ini bisa terjadi karena jarak tanaman yang terlalu
sempit sehingga terjadi kompetisi unsur hara, air, cahaya tidak optimal
diterima sehingga mempengaruhi fotosintesis, sehingga perbentukkan daun secara
sempurna terhambat karena saling menaungi antara satu dengan yang lainnya.
Luas
Daun Tanaman Jagung Manis
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
Ftab
|
|
5%
|
1%
|
|||||
Perlakuan
|
2
|
6057,905
|
3028,9525
|
2,12
|
4,26
|
8,02
|
Galat
|
9
|
12838,935
|
1426,548333
|
|
|
|
Total
|
11
|
|
|
|
|
|
Panjang tongkol
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F 5%
|
Blok
|
3
|
100,6933
|
33,56444
|
1,018201
|
4,76
|
Perlakuan
|
2
|
119,5467
|
59,77333
|
1,813267
|
5,14
|
Galat
|
6
|
197,7867
|
32,96444
|
||
Total
|
11
|
418,0267
|
Diameter tongkol
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
F HIT
|
F 5%
|
Blok
|
3
|
7,222625
|
2,407542
|
0,350612
|
4,76
|
Perlakuan
|
2
|
1,647117
|
0,823558
|
0,119935
|
5,14
|
Galat
|
6
|
41,20015
|
6,866692
|
||
Total
|
11
|
50,06989
|
Bobot tongkol
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
F HIT
|
F 5%
|
Blok
|
3
|
10316,77
|
3438,924
|
0,925585
|
4,76
|
Perlakuan
|
2
|
2949,527
|
1474,763
|
0,396932
|
5,14
|
Galat
|
6
|
22292,45
|
3715,408
|
||
Total
|
11
|
35558,75
|
Diameter batang
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
F HIT
|
F 5%
|
Blok
|
3
|
9,859825
|
3,286608
|
1,628384
|
4,76
|
Perlakuan
|
2
|
15,21785
|
7,608925
|
3,769921
|
5,14
|
Galat
|
6
|
12,10995
|
2,018325
|
||
Total
|
11
|
37,18763
|
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
.
DAFTAR
PUSTAKA
Belfield,
Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to
Upland Production in Cambodia). Canberra
Klasifikasi
tanaman. 2015. Diakses pada tanggal 01.06.2017. di: http:// www.
klasifikasitanaman.com/2015/01/klasifikasi-tanaman-jagung-manis.html
Nuning
Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi Tanaman
dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Sirait,
C. H. 1989. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Bogor.
Tim Karya
Tani Mandiri. 2010. Pedoman bertanam jagung. Bandung. Cv. Nuansa aulia
Warisno.
2007. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
EmoticonEmoticon