Wednesday, September 7, 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN TANAMAN INDUSTRI ACARA IV PEMBIBITAN TANAMAN KARET PB. 260

Tags

BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar belakang
Pembibitan adalah merupakan awal dalam mengusahakan tanaman industri termasuk karet, untuk itu penyediaan bibit yang baik dan bermutu menjadi syarat mutlak yang harus diperhatikan.
Bahan tanam untuk perbanyakan karet menggunakan klon unggul. Klon adalah keturunan yang diperole dengan cara perbanyakan vegetatif suatu tanaman sehingga ciri-ciri dari tanaman tersebut merupakan ciri dari tanaman induknya. Untuk memperoleh tanaman yang seragam dilapangan, disamping memerlukan cara tanam dan pemeliharaan yang baik juga memerlukan bibit yang baik, baik sebagai batang bawah (under stump), maupun batang atas (entres), okulasi yang diambil dari kebun entres yang memiliki klon-klon murni. Kebun entres yang murni adalah kebun entres yang terdiri dari satu atau beberapa klon, tapi tiap klon ditanaman secara terpisah dalam satu petak atau satu blok tertentu. Jika dalam satu petak di tanam lebih dari satu klon, maka kebun entre tidak murni. Demikian juga penanaman karet jika dalam satu blok pertanaman terdiri lebih dari satu klon, disebut juga pertanaman tidak murni.
Okulasi atau penempelan merupakan slaah satu metode perbanyakan tanaman yang sudah lazim digunakan pada tanaman tertentu, misalnya pada tanaman karet. Okilasi mempunyai tujuan untuk menempelkan mata tunas sebagai batang atas kepada batang bawah, yang masing-masing mempunyai sipat berlainan, sehingga dengan adanya penempelan tadi akan mendapatkan sifat gabungn yang lebih baik.
Tanaman hasil okulasi mempunyai beberapa keuntungan:
1.             Perakaran kuat
2.             Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
3.             Kulitas dan kuantitas hasil baik.
Didalam melakukan okulasi maka kesesuain (kompabilitas) batang atas dan batang bawah mutlak harus diketahui, hal ini berdampak terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Teknik okulasidapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu: okulasi T, okulasi Forket, okulasi H dan okulasi segi empat.

1.2         Tujuan
Mempersiapkan batang bawah bibit tanaman karet yang baik dan bermutu.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-40 m. Sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar rateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangnya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001).
Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea braziliensis Muell. Arg.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klonklon unggul baru generasi4 pada periode periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klonklon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifatsifat sekunder lainnya. Klonklon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hatihati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Anwar, 2001).
Jenis Klon karet unggul yang dianjurkan untuk sistem pertanian karet di daerah Sumatera dan Kalimantan adalah PB 260, AVROS 2037, RRIC 100, BPM 1 dan RRIM 600. Selain itu, BPM 24 dapat digunakan juga di Jambi. Semua jenis klon karet tersebut memberikan hasil yang baik, pertumbuhan batang yang cepat, dan dapat diadaptasikan ke dalam kondisi perkebunan rakyat. Semua jenis klon tersebut mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit daun Colletotrichum kecuali BPM 24 dan toleran terhadap penyadapan yang kasar (Purwanto, 2001).
Menurut Djoehana (2004).Pembibitan tanaman karet dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a.              Secara Vegetatif
Pembibitan secara vegetatif yaitu dengan menggunakan okulasi atau penempelan bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan kepadanya. Untuk maksud tersebut, dalam pelaksanaan okulasi harus tersedia pembibitan batang bawah dan kebun entres atau tanaman bahan okulasi.
b.             Secara Generatif
Pembibitan secara generatif yaitu pembibitan yang menggunakan biji, dimana biji-biji tersebut sudah diseleksi.

BAB III
METODOLOGI
3.1         Alat dan Bahan
Bahan: bibit asal biji klon PB. 260, Polibag ukuran 15 x 20 cm, pupuk kandang, atap rumbia/ paranet, Bambu, Tiang pancang.
Alat: cangkul, sekop, cetok, meteran, gembor siram.

3.2         Cara Kerja
1.             Menyiapkan polibag, masing-masing mahasiswa sebanyak 5 polibag.
2.             Buka polibag dengan posis terbalik
3.             Campurkan tanah dan pupuk kandang perbandingan 1 : 4 sebanyak polibag yang akan diisi
4.             Memasukkan tanah sampai sepertiga bagian polibag, selanjutnya mencabut hati bibit karet dari bak/bedengan perkecambahan.
5.             Memasukkan bibit ke dalam polibag dan masukkan sisa tanah sampai ketinggian bagian atas polibag 2 cm.
6.             Memberi label pada bibit yang di tanam
7.             Pemeliharaan bibit/ tanaman meliputi:
·               Penyiraman: penyiraman dilakukan setiap hari, kecuali ada hujan
·               Penyiangan: melakukan penyiangan bila pada bibit tumbuh gulma pengganggu.
8.             Variabel/ peubah pengamatan :
Variabel yang diamati meliputi:
·               Tinggi bibit/ tanaman: mengukur tinggi bibit dari permukaan, sampai titik timbuh tertinggi.
·               Jumlah helai daun bibit/ tanaman: jumlah daun di hitung terhadap daun yang telah membuka sempurna.
·               Jumlah tangkai daun/ tanaman: jumlah tangkai daun dihitung terhadap tangkai daun yang ada.
·               Diameter batang bibit/ tanaman: diameter batang diukur pada bagian batang ketinggian 5 cm dari permukaan tanah.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1              Hasil
Tabel pengamatan.
Minggu ke
Variabel tanaman yang diamati
Tinggi batang (cm)
Jumlah helai daun
Jumlah tangkai daun
Diameter batang (mm)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
14 Maret 2016
54
35
26
30
30
9
9
3
6
0
3
3
1
2
0
0.3
0.6
0.7
0.6
0.1
21 Maret 2016
54
36
26
28
30
8
9
2
6
0
3
3
1
2
0
0.3
0.6
0.7
0.6
0.1
28 Maret 2016
54.2
36
26
28.5
30
7
6
0
8
0
3
2
0
3
0
0.3
0.6
0.7
0.6
0.1
4 April 2016
55
37
25
30
25
5
0
3
10
6
2
0
1
4
2
0.3
0.6
0.7
0.6
0.1
11 April 2016
54
33
26
31
25
4
0
3
7
0
2
0
1
3
0
0.3
0.6
0.7
0.6
0.2
18 April 2016
51
33
28
32
25
3
0
3
5
0
1
0
1
2
0
0.3
0.6
0.10
0.10
0.2
25 April 2016
51
36
27
39
-
9
0
3
12
-
3
1
1
6
-
0.8
0.6
0.15
0.10
-
2 Mei
2016
58
33
39
38
-
9
9
6
12
-
3
3
2
4
-
0.11
0.6
0.18
0.12
-
9 Mei
 2016
60
34
42
38
-
9
12
7
12
-
3
4
3
4
-
0.11
0.7
0.18
0.12
-




4.2         Pembahasan
Pembibitan karet yang ditanam di lahan lab. Agronimi ini menggunakan bibit yang sudah berumur sekitar 4-6 bulan. Dengan setiap mahasiswa merawat 5 tanaman karet, yang setiap minggu mengamati tinggi tanaman jumlah daun, jumlah tangkai daun dan diameter batang.
Pada pengamatan pertama parameter tinggi tanaman, menunjukan bahwa setiap minggu pengukuran mengalamai peningkatan nilai angkanya. Tanaman mengalami perpanjangan dikarenakan mencari cahaya, dari salah satu data hasil diatas ada mengalami nilai tinggi tanaman menurun itu bisa disebabkan seperti batang tanaman patah dikarnakan tidak ada jarak yang diberikan antar barisnya.
Pada pengamatan jumlah daun menunjukkan senara dengan tangkai daun. pada 2 minggu tanaman di alihkan dari lahan sebelumnya tanaman mengalami daun menguning dan gugur satu persatu itu ditunjukan dari hasil pengamatan yang ada, bahkan ada tanaman yang gundul tanpah daun dan tangkai. Setelah itu tanaman akan menyesuaikan dan kembali berdaun ditandai dari banyaknya timbul daun dan tangkai daun mudah.
Pengamatan terakhir yaitu diameter tanaman diukur dengan menggunakan alat ukur jagka sorong yang mana data menunjukkan bahwa banyak keragaman. Ini dikarenakan kurang ketelitian saat mengukur diameter batangnya. Dari kelima tanaman yang telah diamati pada minggu ke tujuh tanaman memunjukan gejala menguning lalu mengering dan mati.


BAB VI
KESIMPULAN
Bibit karet berkualitas tinggi didapatkan dengan teknik perbanyakan dengan okulasi. Untuk mendapatkan batang bawah yang baik bibit diambil dari pohon berumur lebih dari 10 tahun supaya tahu mutunya. Syarat batang bawah yang bermutu yaitu tahan hama dan penyakit, perakaran kuat.



DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.
Djoehana. 2004. Karet Budidaya dan Pengelolaannya. Kanisius. Yogyakarta
Nazaruddin dan F.B. Paimin., 1998. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Perwanto, E. 2001. Berbagai Klon karet Pilihan Untuk Sistem Wanatani. International Centre For Resarch In Agroforestry at website www.icraf.cgiar.org/sea.
Syamsulbahri.1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan.Yogyakarta: Gajah Mada Univerity Press.



EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system