BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pembibitan adalah merupakan awal dalam mengusahakan tanaman
industri termasuk karet, untuk itu penyediaan bibit yang baik dan bermutu
menjadi syarat mutlak yang harus diperhatikan.
Bahan tanam untuk perbanyakan karet menggunakan klon unggul.
Klon adalah keturunan yang diperole dengan cara perbanyakan vegetatif suatu
tanaman sehingga ciri-ciri dari tanaman tersebut merupakan ciri dari tanaman
induknya. Untuk memperoleh tanaman yang seragam dilapangan, disamping
memerlukan cara tanam dan pemeliharaan yang baik juga memerlukan bibit yang
baik, baik sebagai batang bawah (under stump), maupun batang atas (entres),
okulasi yang diambil dari kebun entres yang memiliki klon-klon murni. Kebun
entres yang murni adalah kebun entres yang terdiri dari satu atau beberapa
klon, tapi tiap klon ditanaman secara terpisah dalam satu petak atau satu blok
tertentu. Jika dalam satu petak di tanam lebih dari satu klon, maka kebun entre
tidak murni. Demikian juga penanaman karet jika dalam satu blok pertanaman
terdiri lebih dari satu klon, disebut juga pertanaman tidak murni.
Okulasi atau penempelan merupakan slaah satu metode
perbanyakan tanaman yang sudah lazim digunakan pada tanaman tertentu, misalnya
pada tanaman karet. Okilasi mempunyai tujuan untuk menempelkan mata tunas
sebagai batang atas kepada batang bawah, yang masing-masing mempunyai sipat
berlainan, sehingga dengan adanya penempelan tadi akan mendapatkan sifat
gabungn yang lebih baik.
Tanaman hasil okulasi mempunyai beberapa keuntungan:
1.
Perakaran
kuat
2.
Tahan
terhadap serangan hama dan penyakit
3.
Kulitas
dan kuantitas hasil baik.
Didalam melakukan okulasi maka kesesuain (kompabilitas)
batang atas dan batang bawah mutlak harus diketahui, hal ini berdampak terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman. Teknik okulasidapat dibedakan menjadi empat
bagian yaitu: okulasi T, okulasi Forket, okulasi H dan okulasi segi empat.
1.2
Tujuan
Mempersiapkan
batang bawah bibit tanaman karet yang baik dan bermutu.
TINJAUN
PUSTAKA
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan
pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-40 m. Sistem perakarannya
padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m,
sedangkan akar rateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangnya
bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan,
sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi
cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki
prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani
karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar,
2001).
Menurut Nazaruddin
dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea braziliensis Muell. Arg.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada
ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada
sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung
pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres
yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri
telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan
penghasil kayu. Klonklon unggul baru generasi4 pada periode periode tahun 2006
– 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klonklon
tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi,
tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifatsifat sekunder lainnya.
Klonklon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR
300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC
100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara
hatihati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1
dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum
dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki
masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok
untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan
alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya
harus dilakukan secara tepat (Anwar, 2001).
Jenis Klon karet unggul yang dianjurkan untuk sistem pertanian karet di
daerah Sumatera dan Kalimantan adalah PB 260, AVROS 2037, RRIC 100, BPM 1 dan
RRIM 600. Selain itu, BPM 24 dapat digunakan juga di Jambi. Semua jenis klon
karet tersebut memberikan hasil yang baik, pertumbuhan batang yang cepat, dan
dapat diadaptasikan ke dalam kondisi perkebunan rakyat. Semua jenis klon
tersebut mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit daun Colletotrichum
kecuali BPM 24 dan toleran terhadap penyadapan yang kasar (Purwanto, 2001).
Menurut Djoehana (2004).Pembibitan tanaman karet dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
a.
Secara Vegetatif
Pembibitan secara vegetatif yaitu dengan menggunakan okulasi atau
penempelan bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh
batang bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan
kepadanya. Untuk maksud tersebut, dalam pelaksanaan okulasi harus tersedia
pembibitan batang bawah dan kebun entres atau tanaman bahan okulasi.
b.
Secara Generatif
Pembibitan secara generatif yaitu pembibitan yang menggunakan biji,
dimana biji-biji tersebut sudah diseleksi.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Bahan: bibit asal biji klon PB. 260,
Polibag ukuran 15 x 20 cm, pupuk kandang, atap rumbia/ paranet, Bambu, Tiang pancang.
Alat: cangkul, sekop, cetok,
meteran, gembor siram.
3.2
Cara Kerja
1.
Menyiapkan
polibag, masing-masing mahasiswa sebanyak 5 polibag.
2.
Buka polibag
dengan posis terbalik
3.
Campurkan tanah
dan pupuk kandang perbandingan 1 : 4 sebanyak polibag yang akan diisi
4.
Memasukkan tanah
sampai sepertiga bagian polibag, selanjutnya mencabut hati bibit karet dari
bak/bedengan perkecambahan.
5.
Memasukkan bibit
ke dalam polibag dan masukkan sisa tanah sampai ketinggian bagian atas polibag
2 cm.
6.
Memberi label
pada bibit yang di tanam
7.
Pemeliharaan
bibit/ tanaman meliputi:
·
Penyiraman:
penyiraman dilakukan setiap hari, kecuali ada hujan
·
Penyiangan:
melakukan penyiangan bila pada bibit tumbuh gulma pengganggu.
8.
Variabel/ peubah
pengamatan :
Variabel yang
diamati meliputi:
·
Tinggi
bibit/ tanaman: mengukur tinggi bibit dari permukaan, sampai titik timbuh
tertinggi.
·
Jumlah
helai daun bibit/ tanaman: jumlah daun di hitung terhadap daun yang telah
membuka sempurna.
·
Jumlah
tangkai daun/ tanaman: jumlah tangkai daun dihitung terhadap tangkai daun yang
ada.
·
Diameter
batang bibit/ tanaman: diameter batang diukur pada bagian batang ketinggian 5
cm dari permukaan tanah.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel
pengamatan.
Minggu ke
|
Variabel tanaman yang diamati
|
|||||||||||||||||||
Tinggi batang
(cm)
|
Jumlah
helai daun
|
Jumlah
tangkai daun
|
Diameter
batang (mm)
|
|||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
14 Maret 2016
|
54
|
35
|
26
|
30
|
30
|
9
|
9
|
3
|
6
|
0
|
3
|
3
|
1
|
2
|
0
|
0.3
|
0.6
|
0.7
|
0.6
|
0.1
|
21 Maret 2016
|
54
|
36
|
26
|
28
|
30
|
8
|
9
|
2
|
6
|
0
|
3
|
3
|
1
|
2
|
0
|
0.3
|
0.6
|
0.7
|
0.6
|
0.1
|
28 Maret 2016
|
54.2
|
36
|
26
|
28.5
|
30
|
7
|
6
|
0
|
8
|
0
|
3
|
2
|
0
|
3
|
0
|
0.3
|
0.6
|
0.7
|
0.6
|
0.1
|
4 April 2016
|
55
|
37
|
25
|
30
|
25
|
5
|
0
|
3
|
10
|
6
|
2
|
0
|
1
|
4
|
2
|
0.3
|
0.6
|
0.7
|
0.6
|
0.1
|
11 April 2016
|
54
|
33
|
26
|
31
|
25
|
4
|
0
|
3
|
7
|
0
|
2
|
0
|
1
|
3
|
0
|
0.3
|
0.6
|
0.7
|
0.6
|
0.2
|
18 April 2016
|
51
|
33
|
28
|
32
|
25
|
3
|
0
|
3
|
5
|
0
|
1
|
0
|
1
|
2
|
0
|
0.3
|
0.6
|
0.10
|
0.10
|
0.2
|
25 April 2016
|
51
|
36
|
27
|
39
|
-
|
9
|
0
|
3
|
12
|
-
|
3
|
1
|
1
|
6
|
-
|
0.8
|
0.6
|
0.15
|
0.10
|
-
|
2 Mei
2016
|
58
|
33
|
39
|
38
|
-
|
9
|
9
|
6
|
12
|
-
|
3
|
3
|
2
|
4
|
-
|
0.11
|
0.6
|
0.18
|
0.12
|
-
|
9 Mei
2016
|
60
|
34
|
42
|
38
|
-
|
9
|
12
|
7
|
12
|
-
|
3
|
4
|
3
|
4
|
-
|
0.11
|
0.7
|
0.18
|
0.12
|
-
|
4.2
Pembahasan
Pembibitan karet
yang ditanam di lahan lab. Agronimi ini menggunakan bibit yang sudah berumur
sekitar 4-6 bulan. Dengan setiap mahasiswa merawat 5 tanaman karet, yang setiap
minggu mengamati tinggi tanaman jumlah daun, jumlah tangkai daun dan diameter
batang.
Pada pengamatan
pertama parameter tinggi tanaman, menunjukan bahwa setiap minggu pengukuran
mengalamai peningkatan nilai angkanya. Tanaman mengalami perpanjangan
dikarenakan mencari cahaya, dari salah satu data hasil diatas ada mengalami
nilai tinggi tanaman menurun itu bisa disebabkan seperti batang tanaman patah
dikarnakan tidak ada jarak yang diberikan antar barisnya.
Pada pengamatan
jumlah daun menunjukkan senara dengan tangkai daun. pada 2 minggu tanaman di
alihkan dari lahan sebelumnya tanaman mengalami daun menguning dan gugur satu
persatu itu ditunjukan dari hasil pengamatan yang ada, bahkan ada tanaman yang
gundul tanpah daun dan tangkai. Setelah itu tanaman akan menyesuaikan dan
kembali berdaun ditandai dari banyaknya timbul daun dan tangkai daun mudah.
Pengamatan
terakhir yaitu diameter tanaman diukur dengan menggunakan alat ukur jagka
sorong yang mana data menunjukkan bahwa banyak keragaman. Ini dikarenakan
kurang ketelitian saat mengukur diameter batangnya. Dari kelima tanaman yang
telah diamati pada minggu ke tujuh tanaman memunjukan gejala menguning lalu
mengering dan mati.
BAB
VI
KESIMPULAN
Bibit karet berkualitas tinggi didapatkan dengan teknik perbanyakan
dengan okulasi. Untuk mendapatkan batang bawah yang baik bibit diambil dari
pohon berumur lebih dari 10 tahun supaya tahu mutunya. Syarat batang bawah yang
bermutu yaitu tahan hama dan penyakit, perakaran kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya
Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.
Djoehana. 2004. Karet
Budidaya dan Pengelolaannya. Kanisius. Yogyakarta
Nazaruddin dan F.B. Paimin., 1998. Karet. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Perwanto, E. 2001. Berbagai Klon karet Pilihan Untuk
Sistem Wanatani. International Centre For Resarch In Agroforestry at website
www.icraf.cgiar.org/sea.
Syamsulbahri.1996. Bercocok
Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan.Yogyakarta: Gajah Mada Univerity Press.
EmoticonEmoticon