Wednesday, September 7, 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN TANAMAN INDUSTRI (PTI) ACARA II TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN

Tags

BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar belakang
Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/ditanam dengan tanaman perkebunan/kehutanan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit.
Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jenis komoditi yang akan ditanam dan jarak tanam tertentu.

1.2         Tujuan
Tujuan pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus / teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun agak miring.


BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Pengajiran sebaiknya dilakukan setelah kegiatan pembersihan lahan dilakukan. Jarak tanam yang dipakai tergantung pada kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman adalah jumlah tanaman yang ditanam dalam luas tertentu dan sangat dipengaruhi oleh faktor bahan tanaman, lingkungan dan sistem tanam ( Pahan, 2010).
Kerapatan tanaman pada sistem tanam segi tiga sama sisi
Jarak tanam (m)
Jarak antar baris (m)
Kerapatan tanaman/ha
8,8 x 8,8 x 8,8
7,62
150
9 x 9 x 9
7,79
143
9,2 x 9,2 x 9,2
7,97
136
9,5 x 9,5 x 9,5
8,23
128
10 x 10 x 10
8,67
116
Sumber : Pahan (2010)
Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.
Pengajiran pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut : 
v   Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara ( 0 - 80 ) jarak tanam adalah 7 m x 3 m ( 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m.
v   Cara pengajiran pada lahan datar pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur) Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman (Danarti, 2007).
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pengajiran terdiri atas meteran (30 m), kompas (atau teodolit), ajir utama (2 – 2,5 m) dan ajir (1 – 1,25 m), bendera, parang dan tali. Untuk perkebunan rakyat, tidak menggunakan kompas (apa lagi teodolit), tetapi biasanya mengandalkan meteran dan tali dalam menetapkan garis utama yang selanjutnya mengandalkan mata untuk melihat kelurusan barisan ajir. Untuk penentuan titik ajir secara cepat dan praktis, dapat menggunakan tali sepanjang 18 m yang dipasangi pasak di masing-masing ujung dan di titik pertengahannya sehingga jarak antar pasak menjadi 9 m (Chairul,2008).
Pengajiran model segitiga di lahan datar hingga berombak dimulai dengan menetapkan garis lurus arah Utara – Selatan. Tentukan titik awal, tancapkan pasak pada salah satu jung tali tadi (1), lalu tancapkan ajir utama dan ukur 9 m untuk titik penanaman berikutnya dalam arah garis lurus pertama tadi, lalu tancapkan pasak pada ujung tali yang satu (2). Dari titik ajir utama tarik garis lurus ke arah Timur – Barat tegak lurus terhadap garis Utara Selatan tadi. Kemudian tarik pasak di titik pertengahan dari tali ke arah barisan tanaman di sebelahnya (barisan kedua) sampai tali menegang (3) sehingga terbentuk segitiga sama sisi 9 x 9 x 9 m (Kalshoven, L.G.E. 2008).
Pengajiran dan pencegahan erosi di lahan miring. Pengajiran di lahan berbukit atau curam sebaiknya mengikuti garis kontur. Upaya pencegahan erosi di lahan miring harus dilakukan baik secara mekanis maupun biologis atau kombinasi keduanya. Pencegahan erosi secara mekanis berupa teras. Teras dapat berupa teras kontinu seperti teras Bangku atau teras individual Penggunaan teras bangku lebih efektif dalam mengendalikan erosi tetapi biayanya lebih mahal (Wibawa, G at all,2000).
Manfaat pembuatan teras sangat besar antara lain mencegah proses erosi tanah yang berlebihan, meningkatkan air hujan yang masuk ke dalam tanah, memudahkan transportasi saprodi dan hasil panen, memudahkan mobilitas tenaga kerja sehingga meningkatkan produktivitasnya, dan buah brondolan yang hilang lebih sedikit. Mengingat biayanya sangat mahal, maka untuk petani kecil dapat menerapkan teras individual atau tapak kuda saja. Teras individual dibuat pada setiap titik penanaman berbentuk empat persegi dengan lebar sekitar 3m(Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005).



BAB III
METODOLOGI
3.1         Alat dan Bahan
Meteran, Kompa, Teropong BTM / theodolit, Tali panjang, Tali raffia, Tongkat ajir induk, Tongkat ajir biasa, dan Cat warna merah.

3.2         Cara Kerja
Cara pengajiran untuk pertanaman kakao dengan menggunakan syastem jarak pagar dengan jarak tanam 3 x 3 m.
1.             Pembuatan ajir induk ( dengan menggunakan BTM / Theodoit )
a.              Menentukan arah Barat – Timur I( BT ) dan Utara – Selatan ( US ) dan keduanya berpotongan tegak lurus
b.             Menentukan titim A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya ukur AC = CD = 21 m pada arah BT, dan AG = GH = 21 m menurut arah US
c.              Membuat garis a dan b tegak lurus pada BT dan C dan D demikian pula p dan q tegak lurus pada US di G dan H
d.             Garis a memotong p dan q di F dan I, sedangkan b di E dan J
e.              Secara sama dibuat petak – petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh areal yang akan ditangani
2.             Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam, contoh : ACFG
a.              Ukur menurut arah GF, jarak 3 m, dengan titik F1F2F3, dan F4, demikian juga AC dengan titik A1A2A3 dan A4.
b.             Ukur menurut arah CF jarak 3 m dengan titik C1C2C3C4 dst, demikian juga AG dengan titik G1G2G3G4 dst
c.              Lalu, menghubungkan dengan tali titik – titik A1 dan F1A2 dan F2, A3 dan F3A4 dan F4, keempat tali ditarik dengan kencang agar diperoleh garis yang lurus.
d.             Hubungkan dengan tali titik – titik G1 dan C1, tali G1 dan G1 ditarik dengan kencang. Tali G1 C1 akan memotong tali A1 F1A2 F2A3 F3A4 F4, dan pada titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir.
e.              Tali bekas penghubung antara tali G1 dan C1 dipindahkan untuk menghubungkan titik G2 dan C2, dan jga akan memotong A1 F1A2 F2A3 F3 dan A4 F4 dengan cara sama pada setiap titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir.
f.              Ulangi cara – cara tersebut sampai semua petak terisi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1         Hasil
Sbg tongkat ajir biasa

4.2         Pembahasan
Topografi lahan tidaklah  sama, untuk itu pada lahan yang miring dilakukan pengajiran yang berbeda dengan lahan yang datar. Pada lahan yang datar, pengajiran tidak begitu susah dengan lahan miring. Pada lahan miring, kita harus mengikuti garis contour untuk membuat posisi ajir yang tepat dan lurus. Pada lahan yang miring, dengan sudut kemiringan berkisar 8%-15% pada umunya dilakukan teras-teras untuk mecegah erosi lahan pada lahan yangkondisi miring. Untuk memudahkan dalam proses pengajiran, sebaiknya dimulai dari lahan paling dasar atauu bagian lahan yang paling rendah, kemudian bergerak terus naik hingga ke titik tertinggi lahan. Lahan yang miring susah untuk dibuat lurus seperti pada lahan datar pada umumnya. Tapi ini bisa diupayakan dengan berbagai teknik. Yaitu membuat pancang ajir Utama sebagai titik acuan pada topografi lahan paling tinggi . Pancang ajir utama berfungsi sebagai patokan dalam pengajiran. Ajir utama ini tidak boleh bergerak atau dipindah-pindah. Ukuran panjang ajir utama ni lebih panjang dan biasanya terbuat dari tempahan besi yang lurus panjang.
Pengajiran yang kami laksanakan pada praktikum ini. merupakan pengajiran pada lahan datar, pada saat pembuatan ajir kami mengalami kesulitan dalam menentukan titik tembak dari kompas. Menggukankan kompas harus telita karena menentukan titik awalnya yang agak begitu sulit dan pengajiran yang kami lakukan sesuai dengan jarak tanam kami, jarak tanaman kami adalah 3 m x 3m. Dimana kita ketahui bahwa sistem jarak tanam sangat menentukan kerapatan tanaman, dan juga berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman itu sendiri. Oleh sebab itu kami melakukan jarak tanam sesuai dengan letak topografi tanah kami. Menurut literatur yang pernah kami baca pola tanam ada tika macam yaitu bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi.
Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring.


BAB VI
KESIMPULAN
Pengajiran sangat perlu dilakukan karena untuk melihat jarak tanam antar baris yang lurus dan memiliki tanaman uang tumbuh dengan tegak, bisanya pegajiran dilakuakn sebelum dilakuakn penanaman dimulai dan pengajiran dilakukan pada saat budidaya tanaman perkebunan. Dengan pengajiran akan diperoleh tanaman yang Rapi,lurus beraturan, jarak tanam samabaik antar tanaman maupun antar barisan, memperoleh tanaman yang baik, tidak terjadi persaingan unsure hara antar tanaman, memudahkan dalam perawatan dan pemanenan.
Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami.Pengajiran ada dasarnya pemancangan untuk meluruskan dan mengatur  ketentuan jarak tanaman


DAFTAR PUSTAKA
Chairul, hanum. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 1 untuk SMK Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Pedoman Budidaya Yang Baik Untuk Tanaman Karet (Good Agriculture practices for Rubber). Departemen Pertanian, Jakarta.
Kalshoven, L.G.E. 2008. Pest of Crop in Indonesia. P.T.Ichtiar Baru –van Hoeve, Jakarta. P.85.
Pahan, I.2010. Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari hulu hingga hilir.Penebar Swadaya, Jakarta.
Wibawa, G. At all. 2000. Alternatif Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat dengan Pola Wanatani. Proceeding lokakarya dan ekspose teknologi perkebunan. Buku I. Model peremajaan karet rakyat secara swadaya. AP2I.



EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system