BAB I
PEDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kualitas air
adalah air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat yang ditetapkan
sebagai standar mutu air berbeda-beda tergantung penggunaannya, sebagai contoh,
air yang digunakan untuk irigasi memiliki standar mutu yang berbeda dengan air
untuk dikomsumsi. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur peubah
fisika, kimia dan biologi (Sigit Sudjatmiko dan Sigit Mujiharjo, 2016).
Klasifikasi dan
kriteria air indonesia diatur dalam peraturan pemerintah No. 82 tahun 001.
Berdasarka pengaturan pemerintah tersebut, kualitas air diklasifikasikan
menjadi empat kelas yaitu:
Kelas I : Dapat digunakan sebagai air minum atau
untuk keperluan komsumsi lainnya
Kelas II : Dapat digunakan
untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan air tawar, peternakaan dan
pengairan tanaman.
Kelas III : Dapat digunakan
untuk pembudidayaan ika air tawar, peternakan dan mengairi tanaman.
Kelas IV : Dapat digunakan
untuk mengairi tanaman.
Secara
sederhana, kualitas air dapat digunakan dengan melihat kejernihannya dan
mencium baunya. Namum ada bahan-bahan pencemar yang tidak dapat diketahui hanya
dari bau dan warna, melainkan harus dilakukan serangkaian pengujian. Hingga
saat ini, dikenal ada dua jenis pendugaan kualitas air yaitu fisik-kimia dan
biologi.
Menurut
Noordwijk dkk (2004) sumber air irigasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu air
permukaan (surface water) dan air bawah tanah (ground water). Air permukaan
meliputi danau alami, waduk, dam dan sungai. Air permukaan dapat ditingkatkan
ketersediaannya dengan memanen air hujan/aliran permukaan, sedangkan sumber air
bawah tanah biasanya dimanfaatkan melalui pembuatan sumur dalam atau artesis
(deep wells), mata air (springs) atau menggali/membuat kolam.
Air
merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Fungsi air tidak pernah
dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan salah satu komponen
utama dalam bahan dan produk pangan. Air memiliki manfaat yang sangat banyak
yang berguna bagi mahluk hidup di bumi, sehingga air mempunyai peranan yang
penting dalam melangsungkan kehidupan. Rumus kimia air dalam lingkungan
laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi
H2O + X, dimana X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun
berbentuk karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam
air yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam – macam
diantaranya adalah kekruhan (turbidity)
(Endrah, 2010).
Sumber
irigasi harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi tanaman yang
akan dialiri, karena dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kualitas
hasil produksi pertanian. Kualitas air merupakan faktor utama yang perlu
dipertimbangkan dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Tanaman terdiri atas
80 – 90% air sehingga ketersediaan air yang berkualitas sangat penting untuk
mendukung keberhasilan proses budidayanya (Susila dan Poerwanto, 2013).
MenurutMarwah
Sitti
(2011), kualitas air
yang meliputi karakteristik fisik airdiantaranya :
a)
Kekeruhan: Kekeruhan air dapat
ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam
air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
b)
Temperatur: Kenaikan temperatur air
menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang
terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic
ynag mungkin saja terjadi.
c)
Warna: Warna air dapat ditimbulkan oleh
kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak
senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
d)
Solid (Zat padat): Kandungan zat padat
menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut.
Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air
e)
Bau dan rasa: Bau dan rasa dapat
dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas
seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya
senyawa-senyawa organik tertentu.
Suatu tanaman akan selalu membutuhka air pada kapasitas lapang dan utuk
memenuhinya dapat melalui irigasi. Pertumuhan tanaman sangat dibatasi oleh
jumlah air yang tersedia dalam tanah, sehingga air mempunnyai peranan penting
dalam proses kehidupan tanaman. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis
maupun marfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan tanaman.
Defisiensi yang terus-menerus akan dapat menyebabkan perubahan pada tanaman
yang jika dibiarka akan menyebabkan kematian pada tanaman (Linsley, 1991)
Menurut
Jumin (2002) fungsi air pada tanaman adalah sebagai berikut:
1.
Bagian dari
protoplasma, biasanya air memetuk 85% sampai 90% dari berat keseluruhan bagian
hijau tanaman terutama pada jarigan yang sedang tumbuh.
2.
Reagen yang
penting dalam proses fotosintesis dan dalam proses hidrolitik seperti perubahan
pati menjadi gula.
3.
Pelarut garam,
gas dan berbagai material yang bergerak kedalam tanaman, melalui dinding sel
dan jaringan xylem serta menjamin kesinambungannya.
4.
Sesuatu yang
esensial untuk menjamin adanya turgiditas pertumbuhan sel, stabilitas bentuk
daun, proses membuka dan menutupnya mulut daun serta kelangsung
Dalam
pemanfaatan air tanah, perlu dipelajari potensi air tanah yaitu dari imbuhan
air tanah alamiah, kondisi hidrogeologi dan karakteristik hidraulik akuifer.
Jumlah imbuhan air tanah tahunan merupakan hasil perkalian dari curah hujan
rata-rata tahunan dengan koefisien imbuhan. Kondisi hidrogeologi yang dimaksud
adalah lapisan pengandung air (akuifer). Terdapat macam-macam akuifer yang
dijumpai di lapangan yaitu akuifer terkekang, akuifer semi terkekang dan
akuifer bebas. Karakteristik hidraulik yang dimaksud adalah transmisivitas, kelulusan hidraulik, dan koefisien kandungan atau
simpanan pada akuifer terkekang atau lepasan jenis ( specific yield) pada akuifer
bebas.Selain potensi air tanah dari aspek kuantitas juga perlu dipertimbangkan
menurut aspek kualitas. Penggunaan air tanah untuk keperluan irigasi haruslah
memenuhi kriteria beberapa parameter seperti Sodium Absorption Ratio (SAR) ,
daya hantar listrik (DHL), total padatan terlarut (TDS), kadar Sodium dan
Khlorida(Encona, 1988).
Kualitas
air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter
kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis.
Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat
diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini
adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau,
suhu, dan sebagainya.Parameter
kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan
oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam,
derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya.Parameter
mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri,
virus, dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau
pengujian, air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar.
Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001(Kementrian Lingkungan Hidup, 2002).
1.2
Tujuan Pratikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur dan membandingkan
kualitas air irigasi dari berbagai tempat di Bengkulu.
METODOLOGI
1.1
Alat dan Bahan
1.1.1
Waktu dan temat pratikum
Pratikum tentang kualitas air irigasi ini dilaksanakan dengan mengambil
sampel air irigasi di Danau Dendam, Tanjung Agung, Unib, dan Saluran irigasi
Kemumu Bengkulu Utara. Dilaksanakan di laboratorium Agronomi dengan
menganalisis sedimen dan kualitas air.
1.1.2
Alat dan Bahan
a.
Water sample
b.
pH stick
c.
conductivity meter
d.
botor berisi 4 sample (air irigasi
Danau Dendam, Tanjung Agung, Unib, dan irigasi kemumu).
e.
Oven
f.
Gelas ukur
g.
Kertas Saring.
h.
Timbangan Analitik
i.
Pengaduk
j.
Cawan Aluminium
k.
Cap (gelas aqua).
1.2
Prosedur Kerja
Ø Mengambil sampel air pada saluran
irigasi primer, sekunder dan saluran drainase. Pada saluran primer mengambil
sampel air di 3 titik yaitu pada bagian tengah dan dua pada bagian tepi
saluran, masing-masing tepi kanan dan kiri.
Ø
Mengambil
contoh air di masing-masing titik dengan menggunakan water sampler. Mencatat
ketinggian air di saluran dan menurunkan water sampler sampai ½ ketinggian air.
Khusus untuk saluran drainase, pengambilan sampel air menggunakan gayung karena
dangkal.
Ø
Saat
mengambil sampel air dilakukan pengukuran pH dengan pH stick dan pengukuran
suhu.
Ø
Mengkomposit
air yang diambil dari ketiga titik didalam ember dan setelah itu mengaduk
kemudian dimasukkan ke dalam botol berkapastas 1,5 liter
Ø
Dibawa
ke laboratorium untuk dianalisis diantaranya:
ü
Menguji
bau dan warna sampel air
ü
Mengukur kadar garam dengan cara
mengukur daya hantar listrik sampel air
ü
Mengukur sedimen atau kekeruhan
sampel air dengan cara:
v
Diaduk air selama 5 menit
v
Ditimbang berat cawan alumunium
sebelum digunakan (a)
v
Air yang telah homogen kemudian
diambil ± 100 ml dimasukkan ke dalam cawan alumunium kemudian dioven pada suhu
1050 C sampai mengering (sekitar 48 jam)
v
Ditimbang berat keseluruhan setelah
di oven (b)
v
Dihitung berat sedimen (b-a)
gram. Dihitung kosentrasi dengan persamaan : kosentrasi (gram/L) = berat
sedimen (gr)/volume air
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan:
Saluran Irigasi
|
Konduktifitas (μs)
|
pH
|
Suhu (oC)
|
TDS (konsentrasi)
|
Kertas Saring
|
||
Tanjung Agung
|
317
|
7.08
|
7.10
|
28.9
|
28.9
|
190.2 mg/l
|
0.9258
|
Danau Dendam
|
169.1
|
7.15
|
7.17
|
28.7
|
28.8
|
101.4 mg/l
|
0.9230
|
Kemumu
|
67.3
|
7.21
|
7.20
|
29.4
|
29.5
|
40.8 mg/l
|
0.9264
|
TIP
|
84.3
|
5.68
|
5.63
|
29.5
|
29.5
|
50.3 mg/l
|
0.9340
|
Keterangan:
Berat kertas awal: 0.913
3.2
Pembahasan
Praktikum untuk menentukan kualiatas air dilakukan dengan
menganalisis 4 sample air Irigasi. Sample air irigasi yang digunakan meliputi
air irigasi Tanjung Agung, Danau Dendam, Kemumu, dan TIP. Sample air tersebut
diamati dengan menggunakan alat Conductivity meteruntuk mendapatkan
konduktifitas air, pH, suhu, dan Konsentrasi (TDS).
Karakter pH dianggap perlu dalam penentuan kualiatas
air. pH yang baik seperti yang kita tahu bahwa air yang baik akan ber-pH netral,
pH netral kisaran 6.5-8.4 sedangkan <7.0 asam ; >7.0 basa. Dengan
demikian indikator pH akan memberikan gambaran sekilas tentang nilai kualitas
air disamping karakterlain. Hasil yang didapat pada pH Irigasi Tanjung Agung
(TA) adalah 7.08 cenderung kebasa namun dalam hal kebutuhan untuk irigasi masih
dianggap memenuhi syarat. Pengujian contoh sampel air Danau Dendam adalah 7.15 nilai pH
ini lebih besar dari nilai pH TA dan cenderung basa tapi masih dapat digunakan
oleh tanaman. Untuk pH irigasi kemumu didapat nilai 7.21 nilai ini jauh lebih
besar dari data sebelumnya, yang artinya kualitas air dari kemumu kalau
ditinjau dari nilai pH telah mengalami kontaminasi. Air yang memiliki nilai pH
yang lebih rendah adalah air TIP, pada air ini nilai keamasaman semakin
terlihat dengan pH 5.68 hal ini berarti kemurnian dan kualitas airnya cukup
rendah.
Suhu pada masing masing sample berdasarkan hasil pengukuran
masih homogen. Rentang suhu yang dimiliki pada masing-masing sample pada 28.7-
29.50C. Indikator suhu pada pengamatan ini tidak begitu mengambarkan
nilai kualitas air. Hal ini dapat kita analisis dengan nilai yang cukup homogen
menunjukkan jumlah zat yang terlaurut dalam masing-masing sample tidak begitu
mengubah peningkatan suhu air.
Konduktivitas (daya hantar listrik) menunjukkan keserasian
dengan nilai uji indikator pH. Hal ini dapat kita lihat dangan membandingkan nilai
pH dan konduktivitasnya. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa setiap terjadi
penurunan pH maka akan terjadi kenaikan daya hantar listrik. Pengetahuan yang
ada menyatakan dengan semakin asamnya pH maka akan semakin tinggi nilai daya
hantar listrik. Hal ini disebabkan dengan semakn masamnya air maka zat terlarut
didalamnya semakin tinggi dan menunjukkan semakin buruknya kwaliatas air
tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Kualitas
air yang baik adalah memiliki pH netral atau mendekati netral. Hal ini
disebabkan dengan pH yang netral atau mendekati netral membuktikan zat terlalut
dalam air tersebut rendah. Penurunan pH yang semakin masam akan menurunkan kualitas
air tersebut. Air yang memiliki nilai pH yang telah melebihi netral juga memiliki
kualitas yang kurang baik, sebab dengan pH basa ternyata nilai kandungan zat
terlarut juga tinggi. Berdasarkan indikator pengamatan menunjukkan bahwa kualitas
air terbaik adalah air dari Tanjung Agung dan yang paling jelek adalah air TIP.
DAFTAR PUSTAKA
Ayres R S danWestcotDW 1976, Water Quality for Agriculture, FAO
Irrigation and Drainage Paper, volume no.29, Rome, Italy
Encona Eng.
Inc. dan Mac Donald & Partner Asia 1988.
East Java Provincial Water Resources Master Plan Study for Water Supply, Ministry of
Public Works, Jakarta
Endrah2010, Turbidimetri,http://endrah.blogspot.com/2010/04/turbidimeter.html. Diakses pada 2 Mei 2016.
Jusmin, Hasan
Basri 2002. Agronomi. Jakarta : Raja Grafindo
Perkasa.
Kementrian
Lingkungan Hidup 2002. Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia.
Linsley Ray K
et al. 1991. Teknik Sumber Daya Air Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Marwah, Sitti
2011. Daerah Aliran Sungai (Das)
sebagai Satuan Unit Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering
Berkelanjutan. Program Pasca
Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor.
Noordwijk.
M. V. dkk. 2004. Peranan Agroforestri dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS). Jurnal Agrivita 26(1): 1-8.
Sudjatmiko,
S. dan S. mujiharjo. 2016. Penuntun
Pratikum Irigasi dan Drainase. Fakultas Pertanian Unib: Bengkulu.
Susila,
A. D. dan R. Poerwanto. 2013. Irigasi dan Fertigasi. Modul IX – Bahan Ajar
Mata Kuliah Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
EmoticonEmoticon