Saturday, October 22, 2016

laporan fistum (fisiologi tumbuhan) tentang enzim

Tags



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Kecepatan reaksi kimia dipengaruhi oleh banyak faktor, sepeti suhu, ketersediaan air, dan enzim. Kehadiran enzim dapat mempercepat laju reaksi kimia di dalam tanaman hingga 1020 kali dengan menurunkan energi aktivasi. Kemampuan enzim dalam mempercepat reaksi kimia juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah faktor itu adalah jumlah (konsentrasi) enzim.

1.2.       Tinjauan Pustaka
Enzim merupakan sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai reaksi kimia dalam sistem biologik. Hampir tiap reaksi kimia dalam sistem biologis dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya (Soewoto, 2001).
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat (Elhadi AI, 2011).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Salisbury dan Ross, 1995).
Enzim yang mengatur langkah dalam lintasan metabolik kadang disusun sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses produksi jalur-rakitan (srere, 1987; gontero dkk, 1988). Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah: Oksidoreduktase, Transferase, Hidrolase, Liase, Isomerase, Ligase (Poedjiadi, 2006).
1.3.       Tujuan
Mengkaji pengaruh konsentrasi enzim amylase terhadap laju reaksi kimia di dalam tanaman.


BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1.       Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan:
1.             Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiata) yang berumur 3 hari sebagai sumber enzim amylase
2.             Larutan amylum 0,4%, dan
3.             Larutan JKJ
Alat yang digunakan:

1.             Penumbuk perselin
2.             Gelas ukur
3.             Tabung Reaksi
4.             Centrifuge, dan
5.             Lempeng Penguji


2.2.       Metode Pratikum
1.             Memilih 100 kecambah kacang hijau yang baik, ditumbuk sampai halus dengan penumbuk porselin, lalu dilarutkan dalam 100 ml air suling di tabung reaksi.
2.             Melakukan sentrifugasi larutan yang ada di dalam tabung reaksi (dan pratikan di bantuh oleh co-ass)
3.             Dengan pipet, memngambil 5 ml larutan supernatant (larutan bening). Larutan ini disebut sebagai larutan supernatant dengan kosentrasi 100%. Meletakan larutan di dalam pabung reaksi. Dan menambahkan 2 ml larutan amylum ke dalam larutan supernatant. Pada saat pencampuran ini ditetapkan sebagai waktu nol.
4.             Tiap 30 menit, mengambil 1 tetes larutam (campuran supernatantdan amylum) diletakan di lempeng penguji. Meneteskan larutan JKJ secepatnya. Menghidup stopwatch, mengamati setiap perubahan warna dan mencatat waktu yang diperlukan.
5.             Mengulai langkah 3-4 kali
6.             Kemudian, menyiapkan larutan 75% sebanyak 20 ml. Dengan cara: mengambil 15 ml supernatant tambahkan 5 ml aguades. Mengambil 5 ml dari larutan itu dan ditambah 2 ml larutan amylum. Pengamatan selanjutnya seperti pada no. 4 dan 5 diatas
7.             Menyiapkan larutan 50% senyak 20 ml. Caranya: mengambil 10 ml supernatant dan ditambahkan 10 ml aquades. Mengambil 5 ml dari larutan itu, kemudian menambahkan 2 ml larutan amylum. Meneteskan larutan ke lempeng penguji, dan meneteskan larutan JKJ secepatnya. Dan mengamiti perubahan warnanya.
8.             Menyiapkan lautan 25% sebanyak 20 ml. Caranya: mengambil 5 ml supernatant, dan ditambah 15 ml aquades. Mengambil 5 ml dari larutan itu, dan menambahkan 2 ml larutan amylum. Dan kemudian meneteskan larutan ke lempeng penguji, dan meeteskan larutan JKJ secepatnya. Menghidupkan stopwatch, dan mencatat perubahan warnanya.
9.                  Ulangi setiap percobaa 3 kali. Dan kemudian membuat grafik.  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Hasil Pengamatan
Tabel Hasli Pengamatan (Pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi)
Konsentarasi Larutan (%)
Perubahan warna
30 detik I
30 detik II
30 detik III
100
36 detik
36 detik
33 detik
75
42 detik
31 detik
41 detik
50
25 detik
27 detik
26 detik
25
36 detik
34 detik
24 detik
Ket: waktu lamanya larutan menjadi bening

4.2.       Pembahasan
Pada pratikum acara 2 dengan judul enzim pratikan mengamati pengaruh kinerja enzim terhadap kecepatan suatu larutan dengan mengunakan 4 sampel. Masing masing sampel mengunakan kadar konsentrasi yang berbeda.  Konsentrai larutan berturut-turut adalah  100%, 75%, 50%, dan 25%. Pengamatan ke empat sampel ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan waktu yang berbeda, sampai menunggu larutan yang ada di lempeng penguji menjadi bening dan tak berwarna keruh.
Pengaruh enzim amylase pada pengamatan yang konsentrasi 100%, dan di dapat dengan lama waktu pengaru warna pada 30 detik dalam ulangan 1, 2, dan 3 didapat waktu secara barturut adalah 36 detik, 36 detik, dan 53 detik. Jauhnya waktu penjernian pada ulangan ke 3 mungkin di akibatkan kebanyakan enzim amylum yang di teteskan pada larutan supernatant.
Pengamatan kedua dilakukan dengan menurunkan konsentrasi 75%. Kinerja enzim amylase pada konsentrasi ini dapat diamati dengan terjadinya perubahan warna pada objek pengamatan. dan di dapat dengan lama waktu pengaru warna pada 30 detik dalam ulangan 1, 2, dan 3 didapat waktu secara barturut adalah 42 detik, 31 detik, dan 41 detik. Perubahan warna di tunjukan dari warna kekuningan menjadi jernih bening.
Pada pengamatan yang ke tiga dengan konsentrasi larutan 50% di dapat dengan lama waktu pengaru warna pada 30 detik dalam ulangan 1, 2, dan 3 didapat waktu secara barturut adalah 25 detik, 27 detik, dan 26 detik. Kinerja enzim amylase pada konsentrasi ini cenderung cepat. Dan
Pada pengamatan ke empat dengan konsentrasi 25%. Didapat lama waktu yang digunakan secara berturut adalah 36 detik, 34 detik, dan 24 detik. Pengamatan dengan konsentrasi ini mengalami perubahan warna yang cukup lama, ini dimungkinkan karena kelalaian pratikan dalam menentukan waktu larutan menjadi bening.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengaruh enzim amylase terhadap laju reaksi pada tanaman di pengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pada konsentrasi 100% dan 25% waktu yang di dapat hampir sama. Seharusnya pada konsentrasi larutan 100% perubahan warna akan semakin cepat proses reaksi yang terjadi. Dengan demikian konsentrasi mempengaruhi kinerja enzim dalam mempercepat laju reaksi pada tanaman.

5.1.       Saran
Pratikan sulit menentukan hasil percobaan jika tida ada sampel atau panutan yang ada.
Jawaban Pertanyaan:
1.             Faktor yang mempengarhi kinerja enzim, diantanya:
o      Jumlah (konsentrasi) enzim
o      Suhu: Semua enzim membutuhkan suhu yang cocok agar dapat bekerja dengan biak. Laju reaksi biokimia meningkat seiring kenaikan suhu. Hal ini karena panas meningkatkan energi kinetik dari molekul sehingga menyebabkan jumlah tabrakan diantara molekul-molekul meningkat. Sedangkan dalam kondisi suhu rendah, reaksi menjadi lambat karena hanya terdapat sedikit kontak antara substrat dan enzim.  Namun, suhu yang ekstrim juga tidak baik untuk enzim. Di bawah pengaruh suhu yang sangat tinggi, molekul enzim cenderung terdistorsi, sehingga laju reaksi pun jadi menurun. Enzim yang terdenaturasi gagal melaksanakan fungsi normalnya. Dalam tubuh manusia, suhu optimum di mana kebanyakan enzim menjadi sangat aktif berada pada kisaran 35°C sampai 40°C. Ada juga beberapa enzim yang dapat bekerja lebih baik pada suhu yang lebih rendah daripada ini.
o      Nilai pH: Efisiensi suatu enzim sangat dipengaruhi oleh nilai pH atau derajat keasaman sekitarnya. Ini karena muatan komponen asam amino enzim berubah bersama dengan perubahan nilai pH. Secara umum, kebanyakan enzim tetap stabil dan bekerja baik pada kisaran pH 6 dan 8. Tapi, ada beberapa enzim tertentu yang bekerja dengan baik hanya di lingkungan asam atau basa. Nilai pH yang menguntungkan bagi enzim tertentu sebenarnya tergantung pada sistem biologis tempat enzim tersebut bekerja. Ketika nilai pH menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka struktur dasar enzim dapat mengalami perubahan. Sehingga sisi aktif enzim tidak dapat mengikat substrat dengan benar, sehingga aktivitas enzim menjadi sangat terpengaruhi. Bahkan enzim dapat sampai benar-benar berhenti berfungsi.
o      Konsentrasi Substrat: Jelas saja konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti lebih banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan aktivitas enzim. Sedangkan konsentrasi substrat yang rendah berarti lebih sedikit jumlah molekul substrat yang dapat melekat pada enzim, menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim. Tapi ketika laju enzimatik sudah mencapai maksimum dan enzim sudah dalam kondisi paling aktif, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan memberikan perbedaan dalam aktivitas enzim. Dalam kondisi seperti ini, di sisi aktif semua enzim terus terdapat substrat, sehingga tidak ada tempat untuk substrat ekstra.
o      Konsentrasi Enzim: Semakin besar konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan semakin cepat pula. Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi, tentunya selama masih ada substrat yang perlu diubah menjadi produk.
o      Aktivator & Inhibitor: Aktivator merupakan molekul yang membantu enzim agar mudah berikatan dengan substrat. Inhibitor adalah substansi yang memiliki kecenderungan untuk menghambat aktivitas enzim. Inhibitor enzim memiliki dua cara berbeda mengganggu fungsi enzim. Berdasarkan caranya, inhibitor dibagi menjadi 2 kategori: inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif.  Inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sama dengan molekul substrat, inhibitor ini melekat pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi pembentukan ikatan kompleks enzim-substrat. Inhibitor non-kompetit dapat melekat pada sisi enzim yang bukan merupakan sisi aktif, dan membentuk kompleks enzim-inhibitor. Inhibitor ini mengubah bentuk/struktur enzim, sehingga sisi aktif enzim menjadi tidak berfungsi dan substrat tidak dapat berikatan dengan enzim tersebut

2.             Enzim yang terlibat pada proses fotosintesis pada tanaman c4 adalah enzim PEP karboksilase. Pada tumbuhan C-4 karbondioksida pertamakali akan diikat oleh senyawa yang disebut PEP (phosphoenolphyruvate / fosfoenolpiruvat) dengan bantuan enzim PEP karboksilase dan membentuk oksaloasetat, suatu senyawa 4-C. Itu sebabnya kelompok tumbuhan ini disebut tumbuhan C-4 atau C-4 pathway. PEP dibentuk dari piruvat dengan bantuan enzim piruvat-fosfat dikinase. Berbeda dengan rubisco, PEP sangat lemah berikatan dengan O2. Ini berarti bisa menekan terjadinya fotorespirasi sekaligus mampu menangkap lebih banyak CO2 sehingga bisa meningkatkan laju produksi glukosa.
3.             Enzim bekerja mengkatalis reaksi dengan meningkatkan kecepatan reaksi. Meningkatkan kecepatan reaksi ini dilakukan dengan menurunkan energy aktifasi (energy yang dibutuhkan untuk reaksi).Penurunan energy aktifasi dilakukan dengan cara membentuk kompleks dan substrat.

DAFTAR PUSTAKA

Elhadi AI, Elkhalil and Fatima YG. 2011.Biochemical Characterization Of Thermophilic Amylase Enzyme Isolated From Bacillus Strains . International .Journal of.Sience.and Nature.Sudan:Department of Botany & Agric. Biotechnology, Faculty of Agriculture, University ofKhartoum, Shambat.
Gontero, B., M. L. Cardenas, and J. Ricard.1988. A functional five-enzyme complex of chloroplasts involved in the calvin cycle. European journal of biochemistry 173:437-443.
Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia, .Jakarta: Universitas Indonesia PRESS.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:ITB Press
Soewoto, H., 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya Medika, Jakarta.
Srere, P. A. 1987. Complexes of sequential metabolic enzymes. Annual review of biochemistry 56: 89-124


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system