Saturday, October 22, 2016

laporan fisiologi tumbuhan (fistum) Acara X PERAN ZAT PENGATUR TUMBUH DALAM MEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

Tags



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Perkembangan tanaman dipengaruhi oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme tanaman. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan termasuk unsur hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit) dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Sedangkan hormon tumbuh (plant hormon) adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis (Fahmi, 2014).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah hormon tumbuhan sintetik yang diproses di pabrik dengan meniru karakter hormon tanaman. Oleh karena itu, meskipun ZPT itu sintetik, khasiat dan fungsinya sama dengan hormon yang diprdokusi oleh tanaman. ZPT yang diproduksi oleh tanaman disebut phytohormone (hormon tanaman). Phytohormone adalah zat organik yang disintesis oleh tanaman, ditranslokasi kan ke bagian tanaman lain dan dalam konsentrasi yang sangat rendah secara efektif mempengaruhi proses fisiologi tumbuhan. ada beberapa kelompok phytohormone atau ZPT yaitu Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen dan Asam Absisi. Giberelin dan Sitokinin mempunyai fungsi merangsang pertumbuhan tanaman, baik dengan menambah jumlah sel(Sitokinin)  atau menambah ukuruan sel (giberelin).
Apabila kelima kelompok itu mempunyai sifat memacu (pertumbuhan,pembungaan,pembentukan klorofil, atau pengguguran daun), ada jenis ke enam yang sifatnya menghambat. Sesuai dengan sifatnya , ZPT yang sifatnya menghambat ini diberi nama retardan, yang artinya adalah penghambat. Ada beberapa jenis retardan yang sudah digunakan secara komersial oleh petani atau penggemar bunga yaitu: paclobutrazo, coumarin, CCC, dan ancymidol.


1.2.       Tinjauan pustaka
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik kompleks alami yang di sintesis oleh tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen, mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik (Yoxx, 2008).
Menurut Yoxx (2008) bahwa ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik. Istilah hormon tumbuhan (fitohormon) diimbas oleh diketahuinya hormon pada hewan dan manusia, yaitu suatu senyawa yang disintesis pada bagian tubuh tertentu, dan dapat ditranspor melalui sistem aliran darah ke bagian tubuh  yang lain untuk mengatur respon fisiologis di tempat itu (Harjadi, 2009). Hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain , dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis (Salisbury dan Cleon, 1995). Orang pertama yang memperkenalkan istilah hormon dalam  fisiologi tumbuhan yaitu Fitting pada tahun 1910, dan sejak itu istilah hormon terus digunakan untuk memberi batasan senyawa organik khusus yang terdapat secara alami dengan fungsi pengaturan dalam tumbuhan (Harjadi, 2009).
Ada beberapa kelompok ZPT diantaranya; Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Pengaruh auksin telah dipelajari pada abad ke-19 oleh ahli biologi Charles Darwin. Dia melihat bahwa ketika benih rumput-rumputan bertambah panjang, benih itu membelok ke arah datangnya cahaya, dengan mempergunakan penutup yang tidak tembus sinar. Darwin berhasil menunjukkan bahwa tempat yang peka terhadap cahaya adalah ujung apikal dari benih dan bukan bagian bawah tempat pembengkokan terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa substansi yang mendorong pertumbuhan berfungsi seperti hormon, kemudian hormon ini diisolasi pada tahun 1928 dan diberi nama auksin (Heddy, 2000).
Auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap pengembangan sel, phototropisme, geotropisme, apikal dominasi, pertumbuhan akar (root initiation), parthenocarpy, abisission, pembentukan callus (callus formation) dan respirasi (Anis, 2009).
Menurut Dwijoseputro (1980), Caumarin ialah suatu zat kimia yang menyebabkan pengembangan sel dan zat ini lazim ditemukan pada tanaman. Penyelidikan membuktikan, bahwa caumarin mempergiat pengembangan sel-sel pada koleoptil dan lembaran-lembaran daun. Oleh karena itu kaumarin digolongkan kedalam fitohormon. 

1.3.       Tujuan
Tujuan pratikum kali ini adalah mempelajari pengaruh beberapa jenis ZPT terhadap pertumbuhan tanaman mentimun.
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1.       Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi: polibeg, ember, gelas ukur 1000 mL, cangkul, plastik transparan, meteran kain, dan handprayer. Bahan yang diperlukan dalam percobaan adalah: pupuk kangdang, top soil, pupuk NPK, larutan ZPT (A, B, dan C).

2.2.            Metode Pratikum
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu :
1.             Menyiapkan 4 polibeg untuk tiap kelompok. Dan memberi label ke empak nya dengan kode A, B, C, dan D untuk masing-masing polibeg. Mengisi polibeg dengan media campuran top soil.
2.             Menanam 2 benih mentimun kedalam 2 buah polibeg. Dan menyiram media tanam dengan air keran sampai mencapai kapasitas lapang, setiap 3 hari.
3.             Melarutkan 10 gram pupuk NPK mutiara kedalam 10 ltr air disiramkan larutan ke media tanam sebanyak 1 ltr setiap 3 hari. Pemberian larutan pupuk diberikan setelah media disiram dengan air keran dan menunggu sampai benih berkecambah.
4.             Menyiapkan 3 hands sprayer dan memberi label a,b,c dan d. Mengisi handsprayer dengan larutan a,b,c,dan d. Larutan a,b,c dan d akan disediakan Ko.Ass.
5.             Pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), tanaman disemprot dengan larutan ZPT yang telah disediakan sesuai dengan label, misal polibeg label A disemprot dengan larutan label A. Mengulangi 3 penyemprotan HST dan 4 HST.
6.             Mengamati apa yang terjadi. Mengukur tinggi batang, jumlah daun, jumlah ruas tanaman, dan panjang ruas. Pengukuran dilakukan pada1,2,3,4,5,6 MST.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.       Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan acara 10 tentang ZPT (pada tanaman mentimun)
Pengamatan
perlakuan
A
B
C
MST
1
2
1
2
1
2
Tinggi tanaman
23 cm
30 cm
25 cm
28 cm
13 cm
25 cm
Jumlah daun
2 helai
5 helai
2 helai
5 helai
3 helai
5 helai
Jumlah ruas
3 cm
6 cm
2 cm
4 cm
2 cm
4 cm
Panjang ruas
6 cm
6 cm
4 cm
5 cm
3 cm
5 cm
Ket: padak sampel A adalah tanaman kelompok 1, sampel B tanaman kelompok 3, dan sampel C tanaman kelompok 2.
3.2.       Pembahasan
Dalam pratikum Fisiologi tanaman yang terakhir pada acara ini praktikan mempelajari pengaruh beberapa jenis ZPT dengan menggunakan tanaman mentimun sebagai bahan percobaan. Dengan 3 perlakuan paclobutrazol, GA3 dan control sebagai pembanding tanaman. Dalam setiap perlakuan diberi label A, B, dan C. Pengamatan berlangsung selama 2 minggu dengan literatur yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah ruas, dan panjang ruas.
Dapat kita ketahui bahwa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat berperang dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam percobaan yang dilakukan pada tanaman mentimun di dapat tanaman yang disemprot menggunakan pacloblutrazol mengalami data yang baik pada minggu ke 1 (MST) Tinggi tanaman 13 cm, Jumlah daun 3 helai, Jumlah ruas 2 cm dan panjang ruas 3 cm. Sedangkan pada minggu ke 2 tinggi tanaman 25 cm, jumlah daun 5 helai dan jumlah ruas 4 cm sedangkan panjang ruas 5 cm. Yang artinya tanaman sangat berkembang dengan baik, pada tanaman mentimun yang yang diberih GA3 justru kurang mengalami pertumbuhan yang baik pada minggu ke 1 (MST) Tinggi tanaman 25 cm, Jumlah daun 2 helai, Jumlah ruas 2 cm dan panjang ruas 4 cm. Sedangkan pada minggu ke 2 tinggi tanaman 28 cm, jumlah daun 5 helai dan jumlah ruas 4 cm sedangkan panjang ruas 5 cm.
Sedangkan menuirut teori paclobutrazol adalah zat pengatur tumbuh yang berperan untuk menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan GA3 ZPT geberelin yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Namun pada hasil pengamatan yang dilakukan justru pada perlakuan pacloburazol sebaliknya, hal ini dimungkinkan kurang telitinya dalam melakukan percobaan ini dan terjadi kesalahan.


BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan jenis ZPT paclobutrazol merupak zat penghamabat tumbuh (growth retardant), yang bersifat menghambat biosintetik giberelin. Giberelin jenis GA3 hampir sama fungsi dengan Auksin untuk memacu petumbuhan tanaman.

Jawaban Pertanyaan:
1.             Karena kandungan serta fungsi yang terdapat pada tiap ZPT itu berbeda-beda sehingga respon yang dihasilkan oleh setiap ZPT itu menunjukkan pertumbuhan yang berbeda pula.
2.             ZPT yang berlabel B adalah Paclobutrazol, sementara yang berlabel C adalah GA3.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press: Malang.
Darmanti. 2009. Struktur Dan Perkembangan Daun AcalyphaindicaL Yang Diperlakukan Dengan Kombinasi IAA Dan GA Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Jurnal (Vol 11) No. 1 Hal:40-45. http://eprints.undip.ac.id/1999/1/BiomadarmantiJuni_2009.pdf
Hopkins. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York: John Willey and Sons, Inc.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala.
Katuuk. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Jakarta: Departemen Pendidikan.
Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Substances Including Applications In Agriculture. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Morris. 1996. Exogenous Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated Shoots. Jounals Annals of Botany 78: 255 ± 266. http://aob. Oxfordjournals. org/ content/ 78/2/255.full.pdf.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung: ITB Press.
Setjo,Sustetyoadi.2004. Anatomi Tumbuhan. UM Press: Malang
Sutisna. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan Tunas Lateral untuk Perbanyakan Vegetativ Anthurium dengan Aplikasi GA3 dan BA. ( Vol. 15 ) No. 2 . hal: 56-59. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VdzueSYVGngJ:pustaka.litbang.deptan.go.id/p0.ublikasi/bt152105.pdf+dominasi+tunas+apikal+pdf&hl=en.

Anis, 2009. Cara Kerja Hormon Auksin, Tiroksin dan Fungsinya.   http://id.answers.yahoo.com. Diakses Sabtu 22 Desember 2012

Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.
Darmawan, Januar. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Suryandaru: Semarang.

Heddy, 2000.   Hormon tumbuhan.  RajaGrafindo Persada, Jakarta
Harjadi,Sri Setyati.2009.Zat Pengatur Tumbuhan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Salisbury,Frank B. Dan Cleon W. Ross.1995. Fisisologi Tumbuhan Jilid 3 (Terjemahan). Bandung : ITB.


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system