BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan tanaman dipengaruhi oleh hormon, yaitu
senyawa-senyawa kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme,
kemudian diangkut ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara
yang spesifik pada konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan,
perkembangan dan metabolisme tanaman. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah
senyawa organik yang bukan termasuk unsur hara, yang dalam jumlah sedikit dapat
mendukung (promote), menghambat (inhibit) dan dapat merubah
proses fisiologi tumbuhan. Sedangkan hormon tumbuh (plant hormon) adalah
zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat
mengatur proses fisiologis (Fahmi, 2014).
Zat pengatur tumbuh
(ZPT) adalah hormon tumbuhan sintetik yang diproses di pabrik dengan meniru
karakter hormon tanaman. Oleh karena itu, meskipun ZPT itu sintetik, khasiat
dan fungsinya sama dengan hormon yang diprdokusi oleh tanaman. ZPT yang
diproduksi oleh tanaman disebut phytohormone
(hormon tanaman). Phytohormone adalah zat organik yang disintesis oleh
tanaman, ditranslokasi kan ke bagian tanaman lain dan dalam konsentrasi yang
sangat rendah secara efektif mempengaruhi proses fisiologi tumbuhan. ada
beberapa kelompok phytohormone atau ZPT yaitu Auksin, Giberelin, Sitokinin,
Etilen dan Asam Absisi. Giberelin dan Sitokinin mempunyai fungsi merangsang
pertumbuhan tanaman, baik dengan menambah jumlah sel(Sitokinin) atau menambah ukuruan sel (giberelin).
Apabila kelima kelompok itu mempunyai sifat memacu
(pertumbuhan,pembungaan,pembentukan klorofil, atau pengguguran daun), ada jenis
ke enam yang sifatnya menghambat. Sesuai dengan sifatnya , ZPT yang sifatnya
menghambat ini diberi nama retardan, yang artinya adalah penghambat. Ada
beberapa jenis retardan yang sudah digunakan secara komersial oleh petani atau
penggemar bunga yaitu: paclobutrazo, coumarin, CCC, dan ancymidol.
1.2. Tinjauan pustaka
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa
organik kompleks alami yang di sintesis oleh tanaman tingkat tinggi, yang
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat
penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur
tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan
dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan
dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah
perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen, mengubah
level zat pengatur tumbuh endogen sel. ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman
memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman
atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi
hormon dengan baik (Yoxx, 2008).
Menurut Yoxx (2008) bahwa ZPT (zat
pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon
tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran
hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik. Istilah hormon tumbuhan (fitohormon) diimbas oleh diketahuinya hormon pada
hewan dan manusia, yaitu suatu senyawa yang disintesis pada bagian tubuh
tertentu, dan dapat ditranspor melalui sistem aliran darah ke bagian tubuh yang lain untuk mengatur respon fisiologis di
tempat itu (Harjadi, 2009). Hormon tumbuhan adalah
senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan
ke bagian lain , dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan
suatu respon fisiologis (Salisbury dan Cleon, 1995). Orang
pertama yang memperkenalkan istilah hormon dalam fisiologi tumbuhan yaitu Fitting pada tahun
1910, dan sejak itu istilah hormon terus digunakan untuk memberi batasan
senyawa organik khusus yang terdapat secara alami dengan fungsi pengaturan
dalam tumbuhan (Harjadi, 2009).
Ada beberapa kelompok ZPT
diantaranya; Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Pengaruh
auksin telah dipelajari pada abad ke-19 oleh ahli biologi Charles Darwin. Dia
melihat bahwa ketika benih rumput-rumputan bertambah panjang, benih itu
membelok ke arah datangnya cahaya, dengan mempergunakan penutup yang tidak
tembus sinar. Darwin berhasil menunjukkan bahwa tempat yang peka terhadap
cahaya adalah ujung apikal dari benih dan bukan bagian bawah tempat
pembengkokan terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa substansi yang mendorong
pertumbuhan berfungsi seperti hormon, kemudian hormon ini diisolasi pada tahun
1928 dan diberi nama auksin (Heddy, 2000).
Auksin sebagai
salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini
berpengaruh terhadap pengembangan sel, phototropisme, geotropisme, apikal
dominasi, pertumbuhan akar (root initiation), parthenocarpy, abisission,
pembentukan callus (callus formation) dan respirasi (Anis, 2009).
Menurut Dwijoseputro (1980),
Caumarin ialah suatu zat kimia yang menyebabkan pengembangan sel dan zat ini
lazim ditemukan pada tanaman. Penyelidikan membuktikan, bahwa caumarin
mempergiat pengembangan sel-sel pada koleoptil dan lembaran-lembaran daun. Oleh
karena itu kaumarin digolongkan kedalam fitohormon.
1.3. Tujuan
Tujuan
pratikum kali ini adalah mempelajari pengaruh beberapa jenis ZPT terhadap
pertumbuhan tanaman mentimun.
BAB II
BAHAN DAN
METODE
2.1. Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi:
polibeg, ember, gelas ukur 1000 mL, cangkul, plastik transparan, meteran kain,
dan handprayer. Bahan yang diperlukan dalam percobaan adalah: pupuk kangdang,
top soil, pupuk NPK, larutan ZPT (A, B, dan C).
2.2.
Metode
Pratikum
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali
ini yaitu :
1.
Menyiapkan 4 polibeg untuk tiap kelompok. Dan memberi
label ke empak nya dengan kode A, B, C, dan D untuk masing-masing polibeg.
Mengisi polibeg dengan media campuran top soil.
2.
Menanam 2 benih mentimun kedalam 2 buah polibeg. Dan
menyiram media tanam dengan air keran sampai mencapai kapasitas lapang, setiap
3 hari.
3.
Melarutkan 10 gram pupuk NPK mutiara kedalam 10 ltr
air disiramkan larutan ke media tanam sebanyak 1 ltr setiap 3 hari. Pemberian
larutan pupuk diberikan setelah media disiram dengan air keran dan menunggu
sampai benih berkecambah.
4.
Menyiapkan 3 hands sprayer dan memberi label a,b,c dan
d. Mengisi handsprayer dengan larutan a,b,c,dan d. Larutan a,b,c dan d akan
disediakan Ko.Ass.
5.
Pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), tanaman
disemprot dengan larutan ZPT yang telah disediakan sesuai dengan label, misal
polibeg label A disemprot dengan larutan label A. Mengulangi 3 penyemprotan HST
dan 4 HST.
6.
Mengamati apa yang terjadi. Mengukur tinggi batang,
jumlah daun, jumlah ruas tanaman, dan panjang ruas. Pengukuran dilakukan
pada1,2,3,4,5,6 MST.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan acara 10 tentang ZPT (pada tanaman
mentimun)
Pengamatan
|
perlakuan
|
|||||
A
|
B
|
C
|
||||
MST
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
Tinggi
tanaman
|
23 cm
|
30 cm
|
25 cm
|
28 cm
|
13 cm
|
25 cm
|
Jumlah
daun
|
2 helai
|
5 helai
|
2 helai
|
5 helai
|
3 helai
|
5 helai
|
Jumlah
ruas
|
3 cm
|
6 cm
|
2 cm
|
4 cm
|
2 cm
|
4 cm
|
Panjang
ruas
|
6 cm
|
6 cm
|
4 cm
|
5 cm
|
3 cm
|
5 cm
|
Ket: padak
sampel A adalah tanaman kelompok 1, sampel B tanaman kelompok 3, dan sampel C
tanaman kelompok 2.
3.2. Pembahasan
Dalam pratikum Fisiologi
tanaman yang terakhir pada acara ini praktikan mempelajari pengaruh beberapa
jenis ZPT dengan menggunakan tanaman mentimun sebagai bahan percobaan. Dengan 3
perlakuan paclobutrazol, GA3 dan control sebagai pembanding tanaman. Dalam
setiap perlakuan diberi label A, B, dan C. Pengamatan berlangsung selama 2
minggu dengan literatur yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
ruas, dan panjang ruas.
Dapat kita ketahui
bahwa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat berperang dalam
mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam percobaan yang dilakukan pada
tanaman mentimun di dapat tanaman yang disemprot menggunakan pacloblutrazol
mengalami data yang baik pada minggu ke 1 (MST) Tinggi
tanaman
13 cm,
Jumlah daun 3 helai, Jumlah ruas 2 cm dan panjang ruas 3 cm.
Sedangkan pada minggu ke 2 tinggi tanaman 25 cm, jumlah daun 5 helai dan jumlah
ruas 4 cm sedangkan panjang ruas 5 cm. Yang artinya tanaman sangat berkembang
dengan baik, pada tanaman mentimun yang yang diberih GA3 justru kurang
mengalami pertumbuhan yang baik pada minggu ke 1 (MST)
Tinggi
tanaman
25 cm,
Jumlah daun 2 helai, Jumlah ruas 2 cm dan panjang ruas 4 cm.
Sedangkan pada minggu ke 2 tinggi tanaman 28 cm, jumlah daun 5 helai dan jumlah
ruas 4 cm sedangkan panjang ruas 5 cm.
Sedangkan menuirut teori paclobutrazol adalah
zat pengatur tumbuh yang berperan untuk menghambat pertumbuhan tanaman,
sedangkan GA3 ZPT geberelin yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Namun pada hasil pengamatan yang dilakukan justru pada perlakuan
pacloburazol sebaliknya, hal ini dimungkinkan kurang telitinya dalam melakukan
percobaan ini dan terjadi kesalahan.
BAB IV
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan jenis ZPT
paclobutrazol merupak zat penghamabat tumbuh (growth retardant), yang bersifat
menghambat biosintetik giberelin. Giberelin jenis GA3 hampir sama fungsi dengan
Auksin untuk memacu petumbuhan tanaman.
Jawaban
Pertanyaan:
1.
Karena kandungan serta fungsi yang terdapat pada tiap
ZPT itu berbeda-beda sehingga respon yang dihasilkan oleh setiap ZPT itu
menunjukkan pertumbuhan yang berbeda pula.
2.
ZPT yang berlabel B adalah Paclobutrazol,
sementara yang berlabel C adalah GA3.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press:
Malang.
Darmanti. 2009. Struktur Dan Perkembangan
Daun AcalyphaindicaL Yang Diperlakukan Dengan Kombinasi IAA Dan
GA Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Jurnal (Vol 11) No. 1 Hal:40-45. http://eprints.undip.ac.id/1999/1/BiomadarmantiJuni_2009.pdf
Hopkins. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York: John
Willey and Sons, Inc.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala.
Katuuk. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman.
Jakarta: Departemen Pendidikan.
Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Substances
Including Applications In Agriculture. New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited.
Morris. 1996. Exogenous
Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated Shoots. Jounals Annals of Botany 78: 255 ± 266. http://aob. Oxfordjournals. org/ content/
78/2/255.full.pdf.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung: ITB
Press.
Setjo,Sustetyoadi.2004. Anatomi Tumbuhan. UM Press: Malang
Sutisna. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan
Tunas Lateral untuk Perbanyakan Vegetativ Anthurium dengan Aplikasi GA3
dan BA. ( Vol. 15 ) No. 2 . hal: 56-59. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VdzueSYVGngJ:pustaka.litbang.deptan.go.id/p0.ublikasi/bt152105.pdf+dominasi+tunas+apikal+pdf&hl=en.
Anis, 2009. Cara Kerja Hormon Auksin, Tiroksin
dan Fungsinya. http://id.answers.yahoo.com. Diakses Sabtu 22
Desember 2012
Dwidjoseputro, D.
1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.
Darmawan, Januar. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
PT Suryandaru: Semarang.
Heddy, 2000. Hormon
tumbuhan. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Harjadi,Sri Setyati.2009.Zat Pengatur
Tumbuhan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Salisbury,Frank B. Dan Cleon W. Ross.1995. Fisisologi Tumbuhan Jilid 3 (Terjemahan).
Bandung : ITB.
EmoticonEmoticon