BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perlakuan yang
dilakukan dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), pengairan, atau bahkan
pemupukan serta perlakuan yang lainnya. Zat pengatur tumbuh diberikan dengan
tujuan agar membantu pertumbuhan dan perkemabngan tanaman secara maksimal.
Salah satu ZPT yang biasa digunakan dalam pembibitan suatu tanaman adalah
Rootone-F. ZPT Rootone-F ini merupakan formulasi dari beberapa zat yang
meliputi: Napthalene Acetic Acid (NAA), Indole Acetic Acid (IAA), dan IBA
berbentuk bubuk atau tepung berwaarna putih kotor yang sukar larut pada air.
penggunaan ZPT Rootone-F yaitu untuk mempercepat atau merangsang pembentukan
serta perbanyakan akar yang nantinya diharapkan mampu tumbuh dengan baik dan
cepat dalam usaha penyediaan bahan tanam dalam jumlah besar untuk meningkatkan produktivitas
suatu tanaman singkong. Pada praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian ini
mencoba mengaplikasikan metode single bud dengan diberi Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) single bud.
1.2
Tujuan
Tujuan
praktikum kali ini adalah mempelajari pengaruh beberapa jenis ZPT terhadap
pertumbuhan tanaman timun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses
yang kompleks. Secara sederhana pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai
” suatu proses vital yang menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap
tanaman atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya”.
Pertumbuhan tanaman setidaknya menyangkut beberapa fase/proses diantaranya (Afzal,
Irfan. 2011):
1.Fase pembentukan sel
2.Fase
perpanjangan dan pembesaran sel
3.Fase diferensiasi sel
Semua fase atau prose pertumbuhan
tanaman tentu akan dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor pertumbuhan.
Beberapa faktor pertumbuahan yang cukup mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman
adalah (Afzal,
Irfan 2011) :
Persediaan makanan/unsur hara
Ketersediaan makanan/unsur hara dari
kandungan alamiah tanah setempat atau hasil pemupukkan, sebagai salah satu
bahan baku untuk pertumbuhan tanaman mutlak diperlukan .
1.
Ketersediaan
air
Air merupakan syarat untuk dapat terjadinya
semua kegiatan metabolisme (proses) tanaman.
2.
Cahaya
matahari
Cahaya matahari sangat diperlukan sebagian
sumber energi untuk melakukan proses fotosintesis bagi tanaman.
3.
Suhu
udara
Suhu mempengaruhi kandungan air pada tubuh
tanaman. Secara umum kisaran suhu untuk dapat terjadinya proses pertumbuahan
antara 4§ C hingga 450 C dan suhu optimumnya antara 280 C hingga 330 C.
4.
Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi
guna menghasilkan energi untuk proses pertumbuhan.
5.
Hormon
pertumbuhan.
Hormon tumbuhan adalah senyawa-senyawa dalam
jumlah yang kecil yang turut mengatur proses pertumbuhan.
Auksin adalah
senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung
akar dan batang). Gustini, Dessi 2012) pertama kali menemukan auksin pada
ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan
oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan
koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya
pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin.
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA).
Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon
auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda
jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis
tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan
berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan
tumbuhan di antaranya adalah perkembangan buah, dominansi apikal (pertumbuhan
ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di
batang sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif (Ardisela,
Dawud. 2010).
Kejadian di dalam
alam stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk suatu tanaman,
merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang mudah dalam pembuktian
kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method yaitu dengan the
straight growth tets dan curvature Menurut (Howard, D.2009), Indoleacetaldehyde. Diidentifikasikan
test sebagai bahan auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia mengemukakan
bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah
menjadi IAA. Perubahan tersebut adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IAA Tryptamine
sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam
biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan dalam tanaman fanili
Cruciferae dan merupakan zat yang dapat dikelompokan ke dalam auxin zat
tersebut atas bantuan enzym nitrilase dapat membentuk auxin. Ahli lainnya)
menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari
Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan zat organik lain
(Indoleethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosin. Thesis IAA adalah
atas bantua bakteri Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan
bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah Sintesis
Auxin, Pemecahan Auxin dan In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan
molekul. Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Muljana, Wahju. 2003).
Adapun peranan auksin adalah (Sandi,
Y.O. 2013).
1.
Pengembangan
Sel
Adanya pertumbuhan yg cepat, meningkatkan
permeabilitas sel (kehadiran auksin meningkatkan masuknya difusi air), fase
pertumbuhan ada dua yaitu fase pembelahan dan vase pelebaran (ada pada fase
vakualisasi. Pada fase pelebran sel selain mengalami keregangan juga mengalami
penebalan dalam pembentukkan material-amaterial dd sel baru, auksin menghalangi
ion Ca2+ dalam pengerasan dd sel/ pektinase, sehingga dinding sel menjadi
lunak.
2.
Fototropisme
Sel yang tidak tersinari kandungan auksinnya
lebih tinggi, maka akan terjadi pembengkokan menuju arah sinar. apabila bag
koleoptil disinari.
3.
Geotropisme,
Transportasi auksin kearah bawah akibat
pengaruh geotropisme., tan yag diletakkkan mendatar, bag bawahnya mengandung
auksin lebih tinggi.
4.
Apical
dominant
Apabila pucuk daun dibuang, maka akan
mendoron pertumbuhan tunas laterall/samping
5.
Perpanjangan
akar
Apabila akar di bang tidak akan mempengaruhi
pertumbuhan akar. Pemberian auksin yang tinggi akan menghambat pemanjangan
akar, tetapi meningkatkan jumlah akar.
6.
Pertumbuhan
batang (stem growth)
Bila ujung koleoptil di buang, opertumbuhan
berhenti, kandungan auksin tertinggi di pucuk.
7.
Partenocarpy
(pembnetukan buah tanpa biji)
Pertumbuhan ddg
ovary dapat dirangsang dengan adanya auksin
8.
Pertumbuhan
buah
Pemberian auksin dapat memperbesar ukuran
buah, pertumbuahan buah bisa lebih cepat.
Cara kerja hormon
Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yg
ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+
mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang
hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yg masuk secara osmosis (Nurwardani,
Paristiyanti. 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Alat dan Bahan
1. Polibeg
2. Gelas ukur 1000 ml
3. Handsprayer
4. Tanah sebagai media
5.
Larutan ZPT (A,B dan C).
3.2 Cara kerja
1. Menyiapkan 4 polibeg untuk kemudian diisi
dengan media campuran antara tanah
sebagai media utamanya.
2. Menanam 2 benih timun ke dalam tiap polibeg.
3.
Menyiapkan 3
handsprayer dan diberi label A,B,C. Isi handsprayer tersebut dengan larutan
A,B,C.
4.
Setelah satu minggu setelah tanam (MST), tanaman disemprotkan dengan larutan
tersebut sesuai dengan labelnya. Mengulai penyemprotan hingga minggu ke-2.
5.
Mengamati laju pertumbuhannya yg meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
ruas tanaman, dan panjang ruas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pengamatn
|
Perlakuan
|
|||||
Larutan A
|
Larutan B
|
Larutan C
|
||||
MST
|
Pengamatan
I
|
Pengamatan
II
|
Pengamatan
I
|
Pengamatan
II
|
Pengamatan
I
|
Pengamatan
II
|
Tinggi Tanaman
|
23 cm
|
30 cm
|
22 cm
|
28 cm
|
13 cm
|
25,5 cm
|
Jumlah daun
|
2
helai
|
5
helai
|
2
helai
|
5
helai
|
3
helai
|
5
helai
|
Jumlah ruas
|
3 ruas
|
6 ruas
|
2 ruas
|
4 ruas
|
2 ruas
|
4 ruas
|
Panjang ruas
|
6
cm
|
6
cm
|
4
cm
|
5
cm
|
3
cm
|
5
cm
|
4.2 Pembahasan
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang,
akar, pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel
dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin
adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini
adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada
ujung batang dan ujung akar .
Inisiasi merupakan
salah satu aspek dari tumbuh pada tanaman dengan menghasilkan bagian-bagian
atau organ baru. Kenaikan jumlah akar merupakan salah satu dari ciri
pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat tumbuh dari akar utama
(akar lateral) maupun berasal dari jaringan batang tumbuhan (akar adventif),
yang dapat dipacu dengan pemberian golongan hormon auksin dalam jumlah
tertentu. Daerah tergenerasi akar terletak pada absisat batang yang dipotong
mengikutiperpindahan polar auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya
lebih dekat dengan ujung tanaman .
Hormon auksin
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perpanjangan akar lateral (pada
konsentrasi optimum auksin). Jika konsentrasi auksin terlalu tinggi maka akan
menghambat pertumbuhan dan perpanjangan akar. Inisiasi akar dengan auksin
menyebabkan pertumbuhan akar secara lateral. Perlakuan pertama adalah dengan
mengamati jumlah baris sedangkan perlakuan kedua mengamati panjang akar
lateral. Inisiasi akar didapatkan dengan bertambah panjangnya akar lateral
tersebut, karena inisiasi akar itu terjadi pada bagian ujung
akar, maka pertumbuhannya selalu dominan
untuk memanjang, selain dikarenakan letak hormon auksin selalu berada di bagian
ujung sel. Konsentrasi auksin yang rendah merupakan konsentrai auksin yang
efektif untuk inisiasi akar, karena auksin dngan konsentrasi yang sangat tinggi
atau sangat rendah justru akan menghambat pertumbuhan akar. Fungsi auksin
secara praktis dapat digunakan untuk memicu pertumbuhan dan perpanjangan akar,
pembentukan buah dan bunga, dan pembentukan tunas.
Pada banyak
tanaman, pucuk lateral tidak mau tumbuh bila pucuk terminalnya utuh.Bila pucuk
terminal dipotong maka pucuk lateral mulai tumbuh.Ternyata pucuk terminal
menghasilkan auksin dalam jumlah besar sehingga konsentrasinya menghambat pertumbuhan
pucuk lateral.Bila disingkirkan, maka sumber auksin hanya dari pucuk lateral
saja yang menghasilkan auksin dalam jumlah kecil sehingga merangsang
pertumbuhan .
Pada peristiwa
pemanjangan akar juga tak lepas dari peristiwa pembelahan sel.Karena pemanjangan
akar disebabkan adanya pembelahan sel apalagi kalau ditambah dengan adanya
auksin dalam konsentrasi rendah.Karena adanya auksin, dinding selulosa menjadi
kenyal (plastic) dan diperluas oleh potensi osmosis cairan sel. Anyaman fibril selulosa
yang menyusun kerangka dinding menjadi kendur, dan hal ini memungkinkan penambahan
fibril selulosa.Auksin ditranslokasi keluar dari tempat sintesis oleh suatu mekanisme
pengangkutan yang sangat terpolarisasi yang memerlukan energi metabolisme dan
menggerakkan auksin hanya searah.Arah ini selalu menjauhi ujung pucuk, jadi
secara anatomi mudah ditentukan .Disamping struktur kimiawi, aktivitas suatu
senyawa tergantung pula pada faktor luar dan dalam antara lain :
1.Lingkungan luar (suhu, radiasi, kelembaban).
2.Kemampuan senyawa untuk melalui kutikula atau menbran
sel.
3.Translokasi dalam tumbuhan ke daerah kegiatan.
4.Cara inaktivasi dalam tumbuhan.
5.Ketersediaan ATP atau nukleotida lain.
6.Kebutuhan akan logam atau kofaktor jika
terlibat reaksi-rekasi enzimatik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
ZPT sangat berpengaruh terhadap perkecambahan suatu
biji karena dapat memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah
ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman
kurang dapat memproduksi hormon dengan baik.
2.
Hal yang menyebabkan biji dapat berkecambah ZPT yang
diletakkan pada masing-masing biji mendorong terjadinya sintesis enzim dalam
biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak
dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan
memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang
akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan
dan perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
5.2 Saran
Dalam
melakukan pratikum agar para pratikan tidak bermain main agar tidak mendapatkan
hasil yang di inginkan
DAFTAR PUSTAKA
Afzal,
Irfan et al. 2011. The Effect of Seed Soaking With Plant Growth Regulators
on Seedling Vigor of Wheat Under Salinity Stress. Journal of Stress Physiology
& Biochemistry. 1(1): 6-14.
Ardisela,
Dawud. 2010. Pengaruh Dosis Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Crown Tanaman Nenas
(Ananas comosus). Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 1(2):
48-62.
Gustini,
Dessi et al. 2012. Pengaruh Rootone F dan Pupuk Bayfolan terhadap Pembentukan
Akar dan Pertumbuhan Anakan Salak Pondoh (Salacca eduils Reinw.). Biospecies.
5(1): 8-13.
Howard,
D.D. et al. 2009. Soils Fertilizer Additive Rate and Plant Growth Regulator
Effect on Cotton. The Journal of Cotton Science. 5: 42-52.
Muljana,
Wahju. 2003. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala Permasalahannya.
Semarang: CV. Aneka Ilmu.
Nurwardani,
Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 1.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
Sandi,
Y.O. et al. 2013. Upaya Peningkatan Kualitas Kulit Singkong Melalui Fermentai
menggunakan Leuconostoc mesenteroides Pengaruhnya Terhadap Kecernaan
Bahan Kering dan Bahan Organik Secara In Vitro. Ilmiah Pertanian. 1(1):
99-108.
EmoticonEmoticon