Monday, August 29, 2016

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA 10 “ZPT

Tags

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Perlakuan yang dilakukan dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), pengairan, atau bahkan pemupukan serta perlakuan yang lainnya. Zat pengatur tumbuh diberikan dengan tujuan agar membantu pertumbuhan dan perkemabngan tanaman secara maksimal. Salah satu ZPT yang biasa digunakan dalam pembibitan suatu tanaman adalah Rootone-F. ZPT Rootone-F ini merupakan formulasi dari beberapa zat yang meliputi: Napthalene Acetic Acid (NAA), Indole Acetic Acid (IAA), dan IBA berbentuk bubuk atau tepung berwaarna putih kotor yang sukar larut pada air. penggunaan ZPT Rootone-F yaitu untuk mempercepat atau merangsang pembentukan serta perbanyakan akar yang nantinya diharapkan mampu tumbuh dengan baik dan cepat dalam usaha penyediaan bahan tanam dalam jumlah besar untuk meningkatkan produktivitas suatu tanaman singkong. Pada praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian ini mencoba mengaplikasikan metode single bud dengan diberi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) single bud.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah mempelajari pengaruh beberapa jenis ZPT terhadap pertumbuhan tanaman timun.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks. Secara sederhana pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai ” suatu proses vital yang menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanaman atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya”. Pertumbuhan tanaman setidaknya menyangkut beberapa fase/proses diantaranya (Afzal, Irfan. 2011):
1.Fase pembentukan sel
2.Fase perpanjangan dan pembesaran sel                                                                                     
3.Fase diferensiasi sel
Semua fase atau prose pertumbuhan tanaman tentu akan dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor pertumbuhan. Beberapa faktor pertumbuahan yang cukup mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman adalah (Afzal, Irfan 2011) :
Persediaan makanan/unsur hara
Ketersediaan makanan/unsur hara dari kandungan alamiah tanah setempat atau hasil pemupukkan, sebagai salah satu bahan baku untuk pertumbuhan tanaman mutlak diperlukan .
1.      Ketersediaan air
Air merupakan syarat untuk dapat terjadinya semua kegiatan metabolisme (proses) tanaman.
2.      Cahaya matahari
Cahaya matahari sangat diperlukan sebagian sumber energi untuk melakukan proses fotosintesis bagi tanaman.
3.      Suhu udara
Suhu mempengaruhi kandungan air pada tubuh tanaman. Secara umum kisaran suhu untuk dapat terjadinya proses pertumbuahan antara 4§ C hingga 450 C dan suhu optimumnya antara 280 C hingga 330 C.
4.      Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi guna menghasilkan energi untuk proses pertumbuhan.
5.      Hormon pertumbuhan.
Hormon tumbuhan adalah senyawa-senyawa dalam jumlah yang kecil yang turut mengatur proses pertumbuhan.

Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). Gustini, Dessi 2012) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah perkembangan buah, dominansi apikal (pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif (Ardisela, Dawud. 2010).
Kejadian di dalam alam stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method yaitu dengan the straight growth tets dan curvature Menurut (Howard, D.2009), Indoleacetaldehyde. Diidentifikasikan test sebagai bahan auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IAA Tryptamine sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan dalam tanaman fanili Cruciferae dan merupakan zat yang dapat dikelompokan ke dalam auxin zat tersebut atas bantuan enzym nitrilase dapat membentuk auxin. Ahli lainnya) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosin. Thesis IAA adalah atas bantua bakteri Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah Sintesis Auxin, Pemecahan Auxin dan In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul. Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Muljana, Wahju. 2003).
Adapun peranan auksin adalah (Sandi, Y.O. 2013).
1.      Pengembangan Sel
Adanya pertumbuhan yg cepat, meningkatkan permeabilitas sel (kehadiran auksin meningkatkan masuknya difusi air), fase pertumbuhan ada dua yaitu fase pembelahan dan vase pelebaran (ada pada fase vakualisasi. Pada fase pelebran sel selain mengalami keregangan juga mengalami penebalan dalam pembentukkan material-amaterial dd sel baru, auksin menghalangi ion Ca2+ dalam pengerasan dd sel/ pektinase, sehingga dinding sel menjadi lunak.
2.      Fototropisme
Sel yang tidak tersinari kandungan auksinnya lebih tinggi, maka akan terjadi pembengkokan menuju arah sinar. apabila bag koleoptil disinari.
3.      Geotropisme,
Transportasi auksin kearah bawah akibat pengaruh geotropisme., tan yag diletakkkan mendatar, bag bawahnya mengandung auksin lebih tinggi.
4.      Apical dominant
Apabila pucuk daun dibuang, maka akan mendoron pertumbuhan tunas laterall/samping
5.      Perpanjangan akar
Apabila akar di bang tidak akan mempengaruhi pertumbuhan akar. Pemberian auksin yang tinggi akan menghambat pemanjangan akar, tetapi meningkatkan jumlah akar.
6.      Pertumbuhan batang (stem growth)
Bila ujung koleoptil di buang, opertumbuhan berhenti, kandungan auksin tertinggi di pucuk.
7.      Partenocarpy (pembnetukan buah tanpa biji)
Pertumbuhan ddg ovary dapat dirangsang dengan adanya auksin
8.      Pertumbuhan buah
Pemberian auksin dapat memperbesar ukuran buah, pertumbuahan buah bisa lebih cepat.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis (Nurwardani, Paristiyanti. 2008).




BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan
1. Polibeg
2. Gelas ukur 1000 ml
3. Handsprayer
4. Tanah sebagai media
5. Larutan ZPT (A,B dan C).

3.2 Cara kerja
1. Menyiapkan 4 polibeg untuk kemudian diisi dengan media campuran antara tanah sebagai media utamanya.
2. Menanam 2 benih timun ke dalam tiap polibeg.
3. Menyiapkan 3 handsprayer dan diberi label A,B,C. Isi handsprayer tersebut dengan larutan A,B,C.
4. Setelah satu minggu setelah tanam (MST), tanaman disemprotkan dengan larutan tersebut sesuai dengan labelnya. Mengulai penyemprotan hingga minggu ke-2.
5. Mengamati laju pertumbuhannya yg meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah ruas tanaman, dan panjang ruas.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Pengamatn
Perlakuan
Larutan A
Larutan B
Larutan C
MST
Pengamatan I
Pengamatan II
Pengamatan I
Pengamatan II
Pengamatan I
Pengamatan II
Tinggi Tanaman
23 cm
30 cm
22 cm
28 cm
13 cm
25,5 cm
Jumlah daun
2 helai
5 helai
2 helai
5 helai
3 helai
5 helai
Jumlah ruas
3 ruas
6 ruas
2 ruas
4 ruas
2 ruas
4 ruas
Panjang ruas
6 cm
6 cm
4 cm
5 cm
3 cm
5 cm


4.2 Pembahasan
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar .
Inisiasi merupakan salah satu aspek dari tumbuh pada tanaman dengan menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Kenaikan jumlah akar merupakan salah satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat tumbuh dari akar utama (akar lateral) maupun berasal dari jaringan batang tumbuhan (akar adventif), yang dapat dipacu dengan pemberian golongan hormon auksin dalam jumlah tertentu. Daerah tergenerasi akar terletak pada absisat batang yang dipotong mengikutiperpindahan polar auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat dengan ujung tanaman .
Hormon auksin berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perpanjangan akar lateral (pada konsentrasi optimum auksin). Jika konsentrasi auksin terlalu tinggi maka akan menghambat pertumbuhan dan perpanjangan akar. Inisiasi akar dengan auksin menyebabkan pertumbuhan akar secara lateral. Perlakuan pertama adalah dengan mengamati jumlah baris sedangkan perlakuan kedua mengamati panjang akar lateral. Inisiasi akar didapatkan dengan bertambah panjangnya akar lateral tersebut, karena inisiasi akar itu terjadi pada bagian ujung
akar, maka pertumbuhannya selalu dominan untuk memanjang, selain dikarenakan letak hormon auksin selalu berada di bagian ujung sel. Konsentrasi auksin yang rendah merupakan konsentrai auksin yang efektif untuk inisiasi akar, karena auksin dngan konsentrasi yang sangat tinggi atau sangat rendah justru akan menghambat pertumbuhan akar. Fungsi auksin secara praktis dapat digunakan untuk memicu pertumbuhan dan perpanjangan akar, pembentukan buah dan bunga, dan pembentukan tunas.
Pada banyak tanaman, pucuk lateral tidak mau tumbuh bila pucuk terminalnya utuh.Bila pucuk terminal dipotong maka pucuk lateral mulai tumbuh.Ternyata pucuk terminal menghasilkan auksin dalam jumlah besar sehingga konsentrasinya menghambat pertumbuhan pucuk lateral.Bila disingkirkan, maka sumber auksin hanya dari pucuk lateral saja yang menghasilkan auksin dalam jumlah kecil sehingga merangsang pertumbuhan .
Pada peristiwa pemanjangan akar juga tak lepas dari peristiwa pembelahan sel.Karena pemanjangan akar disebabkan adanya pembelahan sel apalagi kalau ditambah dengan adanya auksin dalam konsentrasi rendah.Karena adanya auksin, dinding selulosa menjadi kenyal (plastic) dan diperluas oleh potensi osmosis cairan sel. Anyaman fibril selulosa yang menyusun kerangka dinding menjadi kendur, dan hal ini memungkinkan penambahan fibril selulosa.Auksin ditranslokasi keluar dari tempat sintesis oleh suatu mekanisme pengangkutan yang sangat terpolarisasi yang memerlukan energi metabolisme dan menggerakkan auksin hanya searah.Arah ini selalu menjauhi ujung pucuk, jadi secara anatomi mudah ditentukan .Disamping struktur kimiawi, aktivitas suatu senyawa tergantung pula pada faktor luar dan dalam antara lain :
1.Lingkungan luar (suhu, radiasi, kelembaban).
2.Kemampuan senyawa untuk melalui kutikula atau menbran sel.
3.Translokasi dalam tumbuhan ke daerah kegiatan.
4.Cara inaktivasi dalam tumbuhan.
5.Ketersediaan ATP atau nukleotida lain.
6.Kebutuhan akan logam atau kofaktor jika terlibat reaksi-rekasi enzimatik.
BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
1.      ZPT sangat berpengaruh terhadap perkecambahan suatu biji karena dapat memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik.
2.      Hal yang menyebabkan biji dapat berkecambah ZPT yang diletakkan pada masing-masing biji mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan dan perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.

5.2 Saran
            Dalam melakukan pratikum agar para pratikan tidak bermain main agar tidak mendapatkan hasil yang di inginkan






DAFTAR PUSTAKA

Afzal, Irfan et al. 2011. The Effect of Seed Soaking With Plant Growth Regulators on Seedling Vigor of Wheat Under Salinity Stress. Journal of Stress Physiology & Biochemistry. 1(1): 6-14.
Ardisela, Dawud. 2010. Pengaruh Dosis Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Crown Tanaman Nenas (Ananas comosus). Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 1(2): 48-62.
Gustini, Dessi et al. 2012. Pengaruh Rootone F dan Pupuk Bayfolan terhadap Pembentukan Akar dan Pertumbuhan Anakan Salak Pondoh (Salacca eduils Reinw.). Biospecies. 5(1): 8-13.
Howard, D.D. et al. 2009. Soils Fertilizer Additive Rate and Plant Growth Regulator Effect on Cotton. The Journal of Cotton Science. 5: 42-52.
Muljana, Wahju. 2003. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala Permasalahannya. Semarang: CV. Aneka Ilmu.
Nurwardani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Sandi, Y.O. et al. 2013. Upaya Peningkatan Kualitas Kulit Singkong Melalui Fermentai menggunakan Leuconostoc mesenteroides Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara In Vitro. Ilmiah Pertanian. 1(1): 99-108.


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system