BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Air
tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang
antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan didalam retak-retak dari
batuan. Yang terdahulu disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah
(fissure water) (Mori dkk., 1999).
Keberadaan
air tanah sangat tergantung esarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat
meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi
(batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan
yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam
formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan sementasi kuat dan kompak
memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah
hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya
adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, serta
penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi
infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area) (Suripin,
2000).
Air
meresap ke dalam tanah dan mengalir mengikuti gaya garavitasi bumi. Akibat
adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air, menyebabkan
pori-pori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda. Setelah
hujan, air bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air (zona aerasi).
Sejumlah air beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada
pori-pori yang kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel
tanah. Bila kapasitas retensi dari tanah pada zona aerasi telah habis, air akan
bergerak kebawah kedalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air.
Air di dalam zona jenuh air ini disebut air tanah (Linsley dkk., 1989).
Air
tanah memerlukan energi untuk dapat bergerak mengalir melalui ruang antar
butir. Tenaga penggerak ini bersumber dari energi potensial. Energi potensial
air tanah dicerminkan dari tinggi muka airnya (pizometric) pada tempat yang
bersangkutan. Air tanah mengalir dari titik dengan energi potensial tinggi ke
arah titik dengan energi potensial rendah. Antara titik-titik dengan energi
potensial sama tidak terdapat pengaliran air tanah (Usmar dkk, 2006).
Kuantitas
air tanah dapat diketahui dengan mengetahui seberapa besar jumlah air hujan
yang menyerap kedalam tanah. Jumlah resapan air tanah dihitung berdasarkan
besarnya curah hujan dan besarnya derajat infiltrasi yang terjadi pada suatu
wilayah, yang kemudian meresap masuk ke dalam tanah sebagai imbuhan air tanah.
Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona tak jenuh
(zone of aeration) dan zona jenuh (zone of saturation). Zona tak jenuh terdiri
dari ruang antara sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara,
sementara ruang antara zona jenuh seluruhnya terisi oleh air. Air yang berada
pada zona tak jenuh disebut air gantung (vodose water), sedangkan yang
tersimpan dalam ruang merambat (capillary zone) disebut air merambat
(capillary water) ( Kodoatie dan Sjarief, 2005).
1.2 Tujuan
a. Visualisasi
tanah dan tanaman dalam kondisi kapasitas lapang
b. Visualisasi
tanah dan tanaman dalam kondisi actual
c. Visualisasi
tanah dan tanaman dalam kondisi titik layu permanen
d. Menghitung
kebutuhan air pada berbagai kondisi lengas tanah
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
·
Alat (ring sample)
·
Oven
·
Tensiometer
b. Bahan
·
Lahan pertanian (lingkup Lab. Agronomi,
belakang Sekretariat Himagrotek)
·
Pupuk kandang, Pupuk Urea, TSP, KCl, dan
pestisida
·
Benih tanaman Jagung dan Kedelai
2.2 Cara Kerja
1.
Memilih lahan pertanian yaitu di
lingkup Lab. Agronomi, belakang Sekretariat Himagrotek
2.
Mengolah tanah dengan ukuran 3 x 3
m
3.
Untuk setiap jenis tanaman dibuat
masing – masing 3 petak
4.
Menanam benih jagung dengan jarak
tanam 0,75 x 25 m
5.
Menanam benih jagung dengan jarak
tanam 0,25 x 0,2 m
6.
Memelihara tanaman tersebut sesuai
dengan standar pengelolaan tanaman tersebut (pupuk dan penyiraman)
7.
Melakukan penyiraman Pada minggu ke
5 atau 6
8.
Memperlakukan petak 1 pada kondisi
kapasitas lapang (setiap hari disiram)
9.
Menyiram petak kedua setiap 4 hari
sekali
10. Untuk
petak ketiga tidak disiram sama sekali (asumsinya dalam waktu 14 hari tanpa
penyiraman dan tidak terkena hujan maka akan diperoleh kondisi titik layu
permanen)
11. Untuk
menjaga agar petak 2 dan 3 tidak terkena air hujan maka perlu dinaungi dengan
plastik
12. Untuk
satu petak lahan disediakan untuk mengetahui kondisi lengas tanah pada saat
jenuh
13. Pada
saat pengambilan sampel tanah, usahakan dilakukan juga pengukuran lengas tanah
menggunakan alat tensiometer
14. Pada
minggu 7 – 8 dilakukan pengambilan sampel di ke 3 petak untuk
dihitung bulk density dan lengas tanahnya. Lengas tanah yang dihitung
adalah pada kedalaman 15 cm dan 30 cm. Prosedur perhitungan kadar lengas tanah
menggunakan gravimetri
Lengas
tanah (%)
X
100%
Mencatat
semua data yang diperoleh, termasuk kondisi tanaman (penampakan atau vigor)
pada saat pengukuran / pengambilan sampel tanah dilakukan
Menghitung
kebutuhan air sesuai dengan tugas yang diberikan pada saat praktikum di
laboratorium
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
a. Berat basah tanah
sampel
|
Titik
layu permanen (g)
|
Aktual
(g)
|
Kapasitas
lapang
|
jenuh
|
1
|
300,8
|
8
257
|
225,9
|
281,19
|
2
|
196,69
|
256,8
|
190,9
|
249,1
|
3
|
224,3
|
265,2
|
246,7
|
254,9
|
Rata-rata
|
240,59
|
259,66
|
221,16
|
261,73
|
b. Berat kering sampel
tanah
sampel
|
Titik
layu permanen (g)
|
Aktual
(g)
|
Kapasitas
lapang
|
jenuh
|
1
|
224,3
|
214,6
|
202,11
|
224,4
|
2
|
196,9
|
176,6
|
177,7
|
185,6
|
3
|
174,4
|
163,4
|
190,5
|
169,3
|
Rata-rata
|
198,56
|
184,86
|
190,10
|
193,1
|
Perlakuan
|
Rata-rata berat basah
|
Rata-rata berat
kering
|
% lengas
|
TLP
|
240,59
|
198,58
|
21,15 %
|
Aktual
|
259,66
|
184,86
|
40,46 %
|
KL
|
221,16
|
190,10
|
16,33%
|
Jenuh
|
261,73
|
193,1
|
35,54%
|
3.2 pembahasan
Pratikum pengamatan
perhitungan irigasi berdasarkan kemampuan daerah perakaran menyimpan air. Hasil
pengamatan memberikan gamabaran tentang kondisi air pada tanah. kondisi tanah
jenuh tersedia air sekitar 35,54% yang artinya dalam hal ini air yang mampu di
tahan oleh tanah dalam keadaan pori mikro penuh air. Hal ini akan berkaitan
dengan pemberian yang maksimal irigasi adalah sebanyak nilai tersebut.
Pemberian air yang mekebihi angka daya simpan tanah pada kondisi jenuh hanya
akan sia-sia, sebab kelebihan air hanya akan di perkolasikan oleh tanah ke
pusat bumi dan tidak tersedia bagi tanaman.
Kondisi
dimana air masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman terdapat air pada partikel
tanah sebanyak 30,14%. Hal ini memberi gambaran yang jelas bahwa selisih
kandungan air pada kondisi jenuh dan kapitas lapang merupakan kondisi air
cadangan yang belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman namun tersedia bagi tanaman
dalam partikel tanah. Kondisi kapasitas lapang adalah kondisi paling puncak
dimana tanaman masih dapat memanfaatkan air yang tersedia.
Kondisi air
aktual dimana air sebenarnya dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Hal ini berarti
pemberian irigasi yang sebenarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan air pada
tanaman dengan kondisi ini. Keadaan aktual merupakan kondisi dimana tanaman memanfaatkan
air yang seoptimum mungkin dan dapat tumbuh dengan baik. Keadaan ini sebenarnya
sulit untuk kita patok besarannya sebab kondisi air didalam tanah sering
terjadi perubahan yang mengikuti keadaan alam.
Kadar lengas
titik layu permanen, keadaan ini merupakan titik akhir atau paling rendah air
dapat tersedia bagi tanaman. Titik ini dapat di anggap sebagai titik paling
krits suatau tanaman. Irigasi sebenarnya menjaga tanah agar tidak sampai pada
titik ini sebab jika tanah dalam keadaan ini dengan waktu yang lama maka akan
terjadi kematian pada tanaman yang ada di atas tanah tersebut. Pengetahuan akan
kadar lengas masing masing periode sangat penting dalam pengaplikasian irigasi
yang tepat dan efisien.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kadar
lengas tanah pada kondisi kapasitas lapang akan lebih tinggi dibanding kondisi
yang lain. Hal dapat dijelaskan saat kondisi ini seluruh pori mikro akan terisi
air. Kondisi ini merupakan kondisi dimana air dapat disimpan tanah,dan semua
air tersebut dapat dimanfaatkan tanaman.
Keadaan
air aktual dimana air tersebut benar-benar dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat
tumbuh optimum. Keadaan ini sebenarnya yang ingin dipenuhi dalam pengaplikasian
irigasi pada suatu lahan.
Titik
layu permanen merupakan titik akhir dimana air paling rendah dapat dimanfaatkan
oleh tanaman. Aplikasi irigasi sebenarnya untuk menjaga lahan yang kita
usahakan tidak mengalami titik ini.
Pengetahuan
akan ketiga hal diatas akan bermanfaat dalam menentukan kadar lengas tanah.
pengetahaun kadar lengas tanah akan berkaitan dengan waktu dan besaran irigasi
yang harus kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie,
Robert J., dan Sjarief Roestam, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Linsley,
R. K., Kohler, M. A., Paulhus, J. L. H., 1989. Hidrologi Untuk Insinyur
Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta. Alih Bahasa : Ir.
Yandi Hermawan, PT. Virama Karya.
Mori,
Kiyotoka, 1999. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta. Penerjemah : L. Taulu, Editor : Ir. Suyono Sosrodarsono dan
Kensaku Takeda.
Suripin,
Dr. Ir. M.Eng., 2000. Menjaga Kelestarian Sumberdaya Tanah dan Air Melalui
Usaha-usaha Konservasi. PILAR (Volume 1, Nomer 1, April 2000: halaman
45-52).
Usmar,
H., Hakin, R. T., 2006. Laporan Tugas Akhir Pemanfaatan Air Tanah Untuk
Keperluan Air Baku Industri di Wilayah Kota Semarang Bawah
Tugas mandiri
1. Hitung total air yang terdapat pada kondisi aktual pada Kedalaman 30 cm!
Jawab:
dw
= ρr ×
× ds
= 1 ×
× 30 cm
= 12,13
2. Hitung kedalaman tanah yang dibasahi akibat penyiraman air sebanyak 35 mm!
Jawab:
dw
= ρr ×
× ds
35 mm
= 1×
× ds
35 mm
= (1 ×
0,074) × ds
ds =
472,97 mm /1000
= 0,47297 cm
3. Hitung jumlah air yang tersedia pada kedalaman 30 cm pada saat kondisi
Lapang !
Jawab:
dw
= ρr ×
× ds
= 1
×
× 30
dw
= 4,89
EmoticonEmoticon