Monday, August 29, 2016

laporan irigasi - air tanah

Tags

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan didalam retak-retak  dari batuan. Yang terdahulu disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah (fissure water) (Mori dkk., 1999).
Keberadaan air tanah sangat tergantung esarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area) (Suripin, 2000).
Air meresap ke dalam tanah dan mengalir mengikuti gaya garavitasi bumi. Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air, menyebabkan pori-pori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda. Setelah hujan, air bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air (zona aerasi). Sejumlah air beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Bila kapasitas retensi dari tanah pada zona aerasi telah habis, air akan bergerak kebawah kedalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di dalam zona jenuh air ini disebut air tanah (Linsley dkk., 1989).
Air tanah memerlukan energi untuk dapat bergerak mengalir melalui ruang antar butir. Tenaga penggerak ini bersumber dari energi potensial. Energi potensial air tanah dicerminkan dari tinggi muka airnya (pizometric) pada tempat yang bersangkutan. Air tanah mengalir dari titik dengan energi potensial tinggi ke arah titik dengan energi potensial rendah. Antara titik-titik dengan energi potensial sama tidak terdapat pengaliran air tanah (Usmar dkk, 2006).
Kuantitas air tanah dapat diketahui dengan mengetahui seberapa besar jumlah air hujan yang menyerap kedalam tanah. Jumlah resapan air tanah dihitung berdasarkan besarnya curah hujan dan besarnya derajat infiltrasi yang terjadi pada suatu wilayah, yang kemudian meresap masuk ke dalam tanah sebagai imbuhan air tanah. Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona tak jenuh (zone of aeration) dan zona jenuh (zone of saturation). Zona tak jenuh terdiri dari ruang antara sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara, sementara ruang antara zona jenuh seluruhnya terisi oleh air. Air yang berada pada zona tak jenuh disebut air gantung (vodose water), sedangkan yang tersimpan dalam ruang merambat (capillary zone) disebut air merambat (capillary water) ( Kodoatie dan Sjarief, 2005).
1.2 Tujuan
a.       Visualisasi tanah dan tanaman dalam kondisi kapasitas lapang
b.      Visualisasi tanah dan tanaman dalam kondisi actual
c.       Visualisasi tanah dan tanaman dalam kondisi titik layu permanen
d.      Menghitung kebutuhan air pada berbagai kondisi lengas tanah



BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
·         Alat (ring sample)
·         Oven
·         Tensiometer
b. Bahan
·         Lahan pertanian (lingkup Lab. Agronomi, belakang Sekretariat Himagrotek)
·         Pupuk kandang, Pupuk Urea, TSP, KCl, dan pestisida
·         Benih tanaman Jagung dan Kedelai

2.2 Cara Kerja
1.      Memilih lahan pertanian yaitu di lingkup Lab. Agronomi, belakang Sekretariat Himagrotek
2.      Mengolah tanah dengan ukuran 3 x 3 m
3.      Untuk setiap jenis tanaman dibuat masing – masing 3 petak
4.      Menanam benih jagung dengan jarak tanam 0,75 x 25 m
5.      Menanam benih jagung dengan jarak tanam 0,25 x 0,2 m
6.      Memelihara tanaman tersebut sesuai dengan standar pengelolaan tanaman tersebut (pupuk dan penyiraman)
7.      Melakukan penyiraman Pada minggu ke 5 atau 6 
8.      Memperlakukan petak 1 pada kondisi kapasitas lapang (setiap hari disiram)
9.      Menyiram petak kedua setiap 4 hari sekali
10.  Untuk petak ketiga tidak disiram sama sekali (asumsinya dalam waktu 14 hari tanpa penyiraman dan tidak terkena hujan maka akan diperoleh kondisi titik layu permanen)
11.  Untuk menjaga agar petak 2 dan 3 tidak terkena air hujan maka perlu dinaungi dengan plastik
12.  Untuk satu petak lahan disediakan untuk mengetahui kondisi lengas tanah pada saat jenuh
13.  Pada saat pengambilan sampel tanah, usahakan dilakukan juga pengukuran lengas tanah menggunakan alat tensiometer
14.  Pada minggu 7 – 8 dilakukan pengambilan sampel di ke 3 petak untuk dihitung bulk density dan lengas tanahnya. Lengas tanah yang dihitung adalah pada kedalaman 15 cm dan 30 cm. Prosedur perhitungan kadar lengas tanah menggunakan gravimetri

Lengas tanah (%)   X 100%
Mencatat semua data yang diperoleh, termasuk kondisi tanaman (penampakan atau vigor) pada saat pengukuran / pengambilan sampel tanah dilakukan
Menghitung kebutuhan air sesuai dengan tugas yang diberikan pada saat praktikum di laboratorium



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
a. Berat basah tanah
sampel
Titik layu permanen (g)
Aktual (g)
Kapasitas lapang
jenuh
1
300,8
8 257
225,9
281,19
2
196,69
256,8
190,9
249,1
3
224,3
265,2
246,7
254,9
Rata-rata
240,59
259,66
221,16
261,73

b. Berat kering sampel tanah
sampel
Titik layu permanen (g)
Aktual (g)
Kapasitas lapang
jenuh
1
224,3
214,6
202,11
224,4
2
196,9
176,6
177,7
185,6
3
174,4
163,4
190,5
169,3
Rata-rata
198,56
184,86
190,10
193,1


Perlakuan
Rata-rata berat basah
Rata-rata berat kering
% lengas
TLP
240,59
198,58
21,15 %
Aktual
259,66
184,86
40,46 %
KL
221,16
190,10
16,33%
Jenuh
261,73
193,1
35,54%


3.2  pembahasan
Pratikum pengamatan perhitungan irigasi berdasarkan kemampuan daerah perakaran menyimpan air. Hasil pengamatan memberikan gamabaran tentang kondisi air pada tanah. kondisi tanah jenuh tersedia air sekitar 35,54% yang artinya dalam hal ini air yang mampu di tahan oleh tanah dalam keadaan pori mikro penuh air. Hal ini akan berkaitan dengan pemberian yang maksimal irigasi adalah sebanyak nilai tersebut. Pemberian air yang mekebihi angka daya simpan tanah pada kondisi jenuh hanya akan sia-sia, sebab kelebihan air hanya akan di perkolasikan oleh tanah ke pusat bumi dan tidak tersedia bagi tanaman.
Kondisi dimana air masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman terdapat air pada partikel tanah sebanyak 30,14%. Hal ini memberi gambaran yang jelas bahwa selisih kandungan air pada kondisi jenuh dan kapitas lapang merupakan kondisi air cadangan yang belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman namun tersedia bagi tanaman dalam partikel tanah. Kondisi kapasitas lapang adalah kondisi paling puncak dimana tanaman masih dapat memanfaatkan air yang tersedia.
Kondisi air aktual dimana air sebenarnya dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Hal ini berarti pemberian irigasi yang sebenarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman dengan kondisi ini. Keadaan aktual merupakan kondisi dimana tanaman memanfaatkan air yang seoptimum mungkin dan dapat tumbuh dengan baik. Keadaan ini sebenarnya sulit untuk kita patok besarannya sebab kondisi air didalam tanah sering terjadi perubahan yang mengikuti keadaan alam.
Kadar lengas titik layu permanen, keadaan ini merupakan titik akhir atau paling rendah air dapat tersedia bagi tanaman. Titik ini dapat di anggap sebagai titik paling krits suatau tanaman. Irigasi sebenarnya menjaga tanah agar tidak sampai pada titik ini sebab jika tanah dalam keadaan ini dengan waktu yang lama maka akan terjadi kematian pada tanaman yang ada di atas tanah tersebut. Pengetahuan akan kadar lengas masing masing periode sangat penting dalam pengaplikasian irigasi yang tepat dan efisien.

BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Kadar lengas tanah pada kondisi kapasitas lapang akan lebih tinggi dibanding kondisi yang lain. Hal dapat dijelaskan saat kondisi ini seluruh pori mikro akan terisi air. Kondisi ini merupakan kondisi dimana air dapat disimpan tanah,dan semua air tersebut dapat dimanfaatkan tanaman.
Keadaan air aktual dimana air tersebut benar-benar dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat tumbuh optimum. Keadaan ini sebenarnya yang ingin dipenuhi dalam pengaplikasian irigasi pada suatu lahan.
Titik layu permanen merupakan titik akhir dimana air paling rendah dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Aplikasi irigasi sebenarnya untuk menjaga lahan yang kita usahakan tidak mengalami titik ini.
Pengetahuan akan ketiga hal diatas akan bermanfaat dalam menentukan kadar lengas tanah. pengetahaun kadar lengas tanah akan berkaitan dengan waktu dan besaran irigasi yang harus kita berikan.

DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Linsley, R. K., Kohler, M. A., Paulhus, J. L. H., 1989. Hidrologi Untuk Insinyur Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta. Alih Bahasa : Ir. Yandi Hermawan, PT. Virama Karya.
Mori, Kiyotoka, 1999. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Penerjemah : L. Taulu, Editor : Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda.
Suripin, Dr. Ir. M.Eng., 2000. Menjaga Kelestarian Sumberdaya Tanah dan Air Melalui Usaha-usaha Konservasi. PILAR (Volume 1, Nomer 1, April 2000: halaman 45-52).
 Usmar, H., Hakin, R. T., 2006. Laporan Tugas Akhir Pemanfaatan Air Tanah Untuk Keperluan Air Baku Industri di Wilayah Kota Semarang Bawah




Tugas mandiri
1.    Hitung total air yang terdapat pada kondisi aktual pada Kedalaman 30 cm!
Jawab:
dw       = ρr ×  × ds
= 1 ×  × 30 cm
= 12,13

2.    Hitung kedalaman tanah yang dibasahi akibat penyiraman air sebanyak 35 mm!
Jawab:
dw                   = ρr ×   × ds
35 mm             = 1×   × ds
35 mm             = (1 × 0,074) × ds
ds                   = 472,97 mm /1000
            = 0,47297 cm

3.    Hitung jumlah air yang tersedia pada kedalaman 30 cm pada saat kondisi Lapang !
Jawab:
dw       = ρr ×   × ds
= 1 ×   × 30
dw       =  4,89






EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system