Wednesday, June 8, 2016

Laporan Pratikum Irigasi Tentang Kualitas Air

Tags

BAB I
PEDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Kualitas air adalah air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda tergantung penggunaannya, sebagai contoh, air yang digunakan untuk irigasi memiliki standar mutu yang berbeda dengan air untuk dikomsumsi. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur peubah fisika, kimia dan biologi (Sigit Sudjatmiko dan Sigit Mujiharjo, 2016).
Klasifikasi dan kriteria air indonesia diatur dalam peraturan pemerintah No. 82 tahun 001. Berdasarka pengaturan pemerintah tersebut, kualitas air diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu:
Kelas I        : Dapat digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan komsumsi lainnya
Kelas II      : Dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan air tawar, peternakaan dan pengairan tanaman.
Kelas III     : Dapat digunakan untuk pembudidayaan ika air tawar, peternakan dan mengairi tanaman.
Kelas IV     : Dapat digunakan untuk mengairi tanaman.
Secara sederhana, kualitas air dapat digunakan dengan melihat kejernihannya dan mencium baunya. Namum ada bahan-bahan pencemar yang tidak dapat diketahui hanya dari bau dan warna, melainkan harus dilakukan serangkaian pengujian. Hingga saat ini, dikenal ada dua jenis pendugaan kualitas air yaitu fisik-kimia dan biologi.
Menurut Noordwijk dkk (2004) sumber air irigasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu air permukaan (surface water) dan air bawah tanah (ground water). Air permukaan meliputi danau alami, waduk, dam dan sungai. Air permukaan dapat ditingkatkan ketersediaannya dengan memanen air hujan/aliran permukaan, sedangkan sumber air bawah tanah biasanya dimanfaatkan melalui pembuatan sumur dalam atau artesis (deep wells), mata air (springs) atau menggali/membuat kolam.
MenurutMarwah Sitti (2011), kualitas air yang meliputi karakteristik fisik airdiantaranya  :
a)             Kekeruhan: Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
b)             Temperatur: Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
c)             Warna: Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
d)            Solid (Zat padat): Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air
e)             Bau dan rasa: Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
Suatu tanaman akan selalu membutuhka air pada kapasitas lapang dan utuk memenuhinya dapat melalui irigasi. Pertumuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, sehingga air mempunnyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun marfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan tanaman. Defisiensi yang terus-menerus akan dapat menyebabkan perubahan pada tanaman yang jika dibiarka akan menyebabkan kematian pada tanaman (Linsley, 1991)

1.2         Tujuan Pratikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur dan membandingkan kualitas air irigasi dari berbagai tempat di Bengkulu.


BAB II
METODOLOGI
1.1         Alat dan Bahan
1.1.1   Waktu dan temat pratikum
Pratikum tentang kualitas air irigasi ini dilaksanakan dengan mengambil sampel air irigasi di Danau Dendam, Tanjung Agung, Unib, dan Saluran irigasi Kemumu Bengkulu Utara. Dilaksanakan di laboratorium Agronomi dengan menganalisis sedimen dan kualitas air.
1.1.2   Alat dan Bahan
a.              Water sample
b.             pH stick
c.              conductivity meter
d.             botor berisi 4 sample (air irigasi Danau Dendam, Tanjung Agung, Unib, dan irigasi kemumu).
e.              Oven
f.              Gelas ukur
g.             Kertas Saring.
h.             Timbangan Analitik
i.               Pengaduk
j.               Cawan Aluminium
k.             Cap (gelas aqua).
1.2         Prosedur Kerja
Ø   Mengambil sampel air pada saluran irigasi primer, sekunder dan saluran drainase. Pada saluran primer mengambil sampel air di 3 titik yaitu pada bagian tengah dan dua pada bagian tepi saluran, masing-masing tepi kanan dan kiri.
Ø   Mengambil contoh air di masing-masing titik dengan menggunakan water sampler. Mencatat ketinggian air di saluran dan menurunkan water sampler sampai ½ ketinggian air. Khusus untuk saluran drainase, pengambilan sampel air menggunakan gayung karena dangkal.
Ø   Saat mengambil sampel air dilakukan pengukuran pH dengan pH stick dan pengukuran suhu.
Ø   Mengkomposit air yang diambil dari ketiga titik didalam ember dan setelah itu mengaduk kemudian dimasukkan ke dalam botol berkapastas 1,5 liter
Ø   Dibawa ke laboratorium untuk dianalisis diantaranya:
ü   Menguji bau dan warna sampel air
ü   Mengukur kadar garam dengan cara mengukur daya hantar listrik sampel air
ü   Mengukur sedimen atau kekeruhan sampel air dengan cara:
v   Diaduk air selama 5 menit
v   Ditimbang berat cawan alumunium sebelum digunakan (a)
v   Air yang telah homogen kemudian diambil ± 100 ml dimasukkan ke dalam cawan alumunium kemudian dioven pada suhu 1050 C sampai mengering (sekitar 48 jam)
v   Ditimbang berat keseluruhan setelah di oven (b)
v   Dihitung berat sedimen  (b-a) gram. Dihitung kosentrasi dengan persamaan : kosentrasi (gram/L) = berat sedimen (gr)/volume air



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1         Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan:
Saluran Irigasi
Konduktifitas (μs)
pH
Suhu (oC)
TDS (konsentrasi)
Kertas Saring
Tanjung Agung
317
7.08
7.10
28.9
28.9
190.2 mg/l
0.9258
Danau Dendam
169.1
7.15
7.17
28.7
28.8
101.4 mg/l
0.9230
Kemumu
67.3
7.21
7.20
29.4
29.5
40.8 mg/l
0.9264
TIP
84.3
5.68
5.63
29.5
29.5
50.3 mg/l
0.9340
Keterangan:
Berat kertas awal: 0.913


3.2         Pembahasan
Praktikum untuk menentukan kualiatas air dilakukan dengan menganalisis 4 sample air Irigasi. Sample air irigasi yang digunakan meliputi air irigasi Tanjung Agung, Danau Dendam, Kemumu, dan TIP. Sample air tersebut diamati dengan menggunakan alat Conductivity meteruntuk mendapatkan konduktifitas air, pH, suhu, dan Konsentrasi (TDS).
Karakter pH  dianggap perlu dalam penentuan kualiatas air. pH yang baik seperti yang kita tahu bahwa air yang baik akan ber-pH netral, pH netral kisaran 6.5-8.4 sedangkan <7.0 asam ; >7.0 basa. Dengan demikian indikator pH akan memberikan gambaran sekilas tentang nilai kualitas air disamping karakterlain. Hasil yang didapat pada pH Irigasi Tanjung Agung (TA) adalah 7.08 cenderung kebasa namun dalam hal kebutuhan untuk irigasi masih dianggap memenuhi syarat. Pengujian contoh  sampel air Danau Dendam adalah 7.15 nilai pH ini lebih besar dari nilai pH TA dan cenderung basa tapi masih dapat digunakan oleh tanaman. Untuk pH irigasi kemumu didapat nilai 7.21 nilai ini jauh lebih besar dari data sebelumnya, yang artinya kualitas air dari kemumu kalau ditinjau dari nilai pH telah mengalami kontaminasi. Air yang memiliki nilai pH yang lebih rendah adalah air TIP, pada air ini nilai keamasaman semakin terlihat dengan pH 5.68 hal ini berarti kemurnian dan kualitas airnya cukup rendah.
Suhu pada masing masing sample berdasarkan hasil pengukuran masih homogen. Rentang suhu yang dimiliki pada masing-masing sample pada 28.7- 29.50C. Indikator suhu pada pengamatan ini tidak begitu mengambarkan nilai kualitas air. Hal ini dapat kita analisis dengan nilai yang cukup homogen menunjukkan jumlah zat yang terlaurut dalam masing-masing sample tidak begitu mengubah peningkatan suhu air.
Konduktivitas (daya hantar listrik) menunjukkan keserasian dengan nilai uji indikator pH. Hal ini dapat kita lihat dangan membandingkan nilai pH dan konduktivitasnya. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa setiap terjadi penurunan pH maka akan terjadi kenaikan daya hantar listrik. Pengetahuan yang ada menyatakan dengan semakin asamnya pH maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listrik. Hal ini disebabkan dengan semakn masamnya air maka zat terlarut didalamnya semakin tinggi dan menunjukkan semakin buruknya kwaliatas air tersebut.


BAB IV
KESIMPULAN

Kualitas air yang baik adalah memiliki pH netral atau mendekati netral. Hal ini disebabkan dengan pH yang netral atau mendekati netral membuktikan zat terlalut dalam air tersebut rendah. Penurunan pH yang semakin masam akan menurunkan kualitas air tersebut. Air yang memiliki nilai pH yang telah melebihi netral juga memiliki kualitas yang kurang baik, sebab dengan pH basa ternyata nilai kandungan zat terlarut juga tinggi. Berdasarkan indikator pengamatan menunjukkan bahwa kualitas air terbaik adalah air dari Tanjung Agung dan yang paling jelek adalah air TIP.


DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Lingkungan Hidup 2002. Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia.
Linsley Ray K et al. 1991. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Marwah, Sitti 2011. Daerah Aliran Sungai (Das) sebagai Satuan Unit Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering  Berkelanjutan. Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor.
Noordwijk. M. V. dkk. 2004. Peranan Agroforestri dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Jurnal Agrivita 26(1): 1-8.
Sudjatmiko, S. dan S. mujiharjo. 2016. Penuntun Pratikum Irigasi dan Drainase. Fakultas Pertanian Unib: Bengkulu.

 



Disqus Shortname

Comments system