A.
PENDAHULUAN
Pemeliharaan merupakan kegiatan terpenting dalam proses
produksi tanaman. Tujuan utama dari pemeliharaan tanaman adalah untuk menciptakan
kondisi lingkuan yang baik untuk tumbuh-kembangnya tanaman, termasuk
menyediakan hara dan air yang cukup serta mengurangi dampak merugikan dari
organisme pengganggu tanaman (OPT). Dalam praktek, penyediaan hara bagi tanaman
ditempuh melalui kegiatan pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik dan atau
pupuk ornaik. Pendistribusian pupuk dengan menggunakan pupuk dilakukan secara
manual atau memanfaatkan alsintan penebar pupuk. Penggunaan alsintan penebaran
pupuk akan menghasilkan sebarab pupuk yang lebih merata dibanding cara manual.
Demikian juga, untuk pengendalian OPT akan lebih praktis dan efisien jika
menggunakan alsintan penyemprot pestisida.
Penyedian air bagi tanaman tidak akan jadi masalah jika
lahan yang digunakan untuk proses produksi memiliki prasarana irigasi yang
dapat menyediakan air secara kontinu. Namun, jika sumber air yang dapat
menyediakan memungkinkan dialirkan dengan gaya gravitasi, maka penggunaan mesin
pompa air menjadi pilihan untuk mengalirkan air ke lahan produksi.
Menurut Akmadi (dalam Bafdal, 2012:
7) mengatakan, teknologi merupakan suatu alat untuk mempermudah manusia dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari dalam hal menyediakan kebutuhan dasar dan
juga dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi.Menurut Nurpilihan (dalam Bafdal,
2012: 8), teknologi meupakan karya, cipta dan karsa manusia untuk menghasilkan
produk dan jasa dengan nilai tambah yang tinggi. Sedangkan petanianadalah
kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku
industri, atau
sumber energi, serta
untuk mengelola lingkungan hidupnya (International Labour Organization, 1999).
Alat dan mesin pertanian (alsintan)
yang ada pada saat ini adalah alsintan yang tergolong modern. Akan tetapi
alsintan tersebut memiliki harga yang relatif tinggi, sedangkan pekerjaan yang
dapat dilakukan pada setiap proses produksi pertanian mempunyai jangka waktu yang
terbatas. Factor iklim, kondisi pekerjaan yang dilakukan, dan transportasi di
lapangan merupakan faktor-faktor pembatas tersebut. Hambatan ini mengakibatkan
mesin mempunyai jam kerja yang terbatas dalam setahun. Oleh karena itu,
pengguna alsintan harus bisa mengatur, mengusahakan, dan menyesuaikan pekerjaan
yang dihadapinya dengan faktor-faktor penghambat tersebut agar mesin memiliki
efisiensi tinggi (Hardjosentono, et al. 1996: 2).
Alsintan di Indonesia telah
dipraktekkan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian, terutama
dibidang swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek kepadatan penduduk,
nilai sosial ekonomi, dan teknis, maka pembangunan mekanisasi pertanian di
Indonesia dilaksanakan melalui system pengembangan selektif yaitu usaha
memperkenalkan, mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis
alsintan yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat
(Hardjosentono, et al. 1996: 4).
Secara umum, mesin-mesin pemupukan
dibagi menjadi dua yaitu mesin untuk penyebar pupuk di atas permukaan tanah,
dan mesin untuk menempatkan pupuk dalam bentuk onggokan atau pita di bawah
permukaan tanah (Daywin, et al, 2008: 84). Alat pemupukan yang saat ini
berkembang yaitu manure spreader yaitu mesin yang membawa pupuk kandang
ke lapang dan menyebarkannya secara merata di atas permukaan tanah (Daywin, et
al, 2008: 79).
Pemupukan merupakan cara memberikan
pupuk pada tanaman. Pupuk dibutuhkan untuk menutupi kekurangan zat-zat hara
dalam tanah yang sangat diperlukan tanaman. Tanah berpasir lebih cepat
kehilangan zat hara daripada tanah liat karena unsur hara mudah terbawa oleh
air. Pupuk dapat diberikan ke dalam tanah dalam berbagai bentuk seperti pupuk
kandang, pupuk hijau, pupuk butiran, dan pupuk cairan (Daywin,et al,
2008: 79).
Pencegahan dan pemberantasan
jasad-jasad pengganggu tanaman dengan menggunakan bahan kimia sudah sangat maju
dilakukan pada masa sekarang, terutama sekali untuk mencegah dan memberantas
hama, penyakit tanaman, dan tanaman pengganggu (weeds). Bahan kimia atau
pestisida yang digunakan masing-masing dinamakan insektisida, fungisida, dan
herbisida dalam bentuk cairan atau tepung (Daywin,et al, 2008: 103).
Untuk memberantas hama dapat
digunakan berbagai bahan kimia seperti insektisida, fungisida, dan herbisida
dalam bentuk cairan atau tepung. Agar diperoleh penyebaran yang merata, efisien
dan efektif dipakai alat sprayer dan duster.Sprayer digunakan
untuk menyebarkan bahan kimia cair, sedangkan duster digunakan untuk
menyebarkan bahan kimia dalam bentuk tepung (Daywin, et al, 2008: 103).
Dalam teknik pengambilan air dapat
digunakan beberapa cara, salah satu contohnya yaitu dengan pembuatan DAM.
Selain itu juga bisa digunakan alat-alat seperti bor dan pompa air
(Kartasapoetra, dan Sutedjo, 1994: 17-18).
Irrigasi yang baik adalah aplikasi
air irigasi yangefisien dengan jumlah air yang tepat denganpemberian air pada
tanaman pada waktu yang tepat dan di tempat yang tepat (Suprayogo, 2002: 6).
Alsin irigasi yang sering digunakan yaitu pompa air. Ada pula sistem irigasi
yang menggunakan sprinkler untuk meratakan dan meng-efisienkan pengairan
(Suprayogo, 2002: 49).
B.
TUJUAN
Memperoleh
keterampilan dalam menggunakan alat penebaran pupuk (Fertilizer spreader), alat semprot mekanis dan mesin pompa air.
C.
PROSEDUR
KERJA
Alat
penebaran pupuk granular:
1.
Disiapkan pupuk butiran (granular)
sebanyak 1 kg, ditimbang, meteran, tali rafia, stopwatc, dan alat penebar pupuk
dorong.
2.
Dipasang tali rafia pada lahan datar
hingga membentuk segi empat berukuran 2m x 5m sebagai batas pemupukan, dalam
hal ini belum dilaksanakan pada saat pratikum acara ini.
3.
Memenpatkan alat penebar pupuk pada
titik awal pemupukan hingga roda berada di atad tali dan posisi tengan alat
penebar berada sekitar 0,5 m dari batas kanan.
4.
Mendorong alat penebar pupuk dengan
berbagai kecepatan jalan hingga 0,5 dari ujung pembatas, kemudian belok ke kiri
hingga 0,5 m dari batas belok kiri lagi untuk kembali ke titik awal.
Alat
pengendalian opt:
1.
Disiapkan alat semprot punggung (knapsack sprayer), beberapa jenis
nozzle, stopwatch, meteran, gelas ukur 1000ml, tali rafia, dan air.
2.
Memasang tali rafia pada lahan datar
hingga membentuk segi empat berukuran 2m x 5m sebagian batas penyemprotan,
dalam hal ini belum dilaksanakan pada saat pratikum acara ini.
3.
Memasang nozzle pada ujung tangkai
penyemprot hingga rapat.
4.
Mengisi alat semprot dengan air sebnyak
2 liter.
5.
Dengan berjalan, melalukan pemompaan
yang telah dibatasi dengan tali rafia hingga batas merata.
Mesin
pompa air:
1.
Disiapkan mesin pompa air dengan selang
penyedot dan selang penyalur,
2.
Memperkenalkan komponen-komponennya
dengan mesin poma air (irigasi tetes)
3.
Mencatat bagian-bagian yang sudah di
jelaskan oleh dosen pembimbing dan co-ass.
D.
PENGAMATAN
Pada
acara ini pratikan mengamati alat-alat pemupukan, pengendalian OPT, dan
pengairan.
1.
Alat penebar pupuk (fertilizer spreader)
15L hamburan keranjang
produk ukuran: 45* 35* 76cm
kontainer bahan dan roda plastik: pp
pipa besi 3: 1 U-2 l-jenis , permukaan cat
kapasitas kontainer: 15L
hitam beralih plastik.
2.
Alat pengendalian OPT
1.
Kapasitas tangki: 13 Liter
2.
Tekanan semprot: 2-6 kg/cm2
3.
Panjang tangki: 350 mm
4.
Lebar tangki: 200 mm
5.
Tinggi tangki: 525 mm
6.
Berat kosong sprayer: 4 Kg
7.
Berat penuh sprayer: 16,5 kg
8.
Serifikasi: SNI 4513:2008, ISO
9001:2008, ISO 14001:2004
9.
Lulus uji oleh Departemen Pertanian RI:
No. 34/S-37.LS Pro Alsintan BPMA/VIII/2011
3.
Mesin pompa air (yang di perkenalkan
adalah Irigasi tetes)
Komponennya:
1.
Unit utama (head unit)
2.
Pipa utama (main line)
3.
Pipa pembagi (sub-main, manifold)
4.
Pipa Lateral
5.
Alat aplikasi (applicator, emission device)
E.
PEMBAHASAN
Pada prakrikum kali ini
dilakukan pengamatan, pengenalan dan penggunaan alat-mesin perlindungan tanaman
(pemupukan, pemeliharaan OPT, dan pengairan), serta kelahan mekanisasi melihat
benih padi yang di semai seminggu yang lalu.
Pertama, perkenalan dan cara
penggunaan alat penebaran pupuk (fertilizer
spreader). Dengan alat penyebar semi mekanis biasanya
dipergunakan untuk menyebarkan pupuk butiran. Sebagai sumber tenaganya adalah
manusia, dengan mendorong alat melalui tangkai pengendali. Pergerakan peralatan
pengeluaran pupuk diatur oleh perputaran roda melalui rantai transmisi dan gigi
atau belt. Dalam operasinya alat ini dikaitkan dengan alat tanam. Alat penyebar
pupuk semi mekanis dapat menyebar pupuk sebanyak 100 kg sampai 1.400 kg setiap
hektar dengan jarak alur 30 cm. Kapasitas dari corong pemasukan (Hopper)
antara 14 kg sampai 30 kg. Hasil pengujian yang dilakukan di beberapa daerah
transmigrasi didapatkan kapasitas pemupukan antara 12 sampai 13 jam setiap
hektar pada lahan kering, dan 15 jam sampai 16 jam setiap hektar pada lahan
sawah. Alat tersebut buatan IRRI, dan alat dengan jenis yang sama telah
diproduksi.
Bagian-bagian penting dari alat terdiri
dari :
1.
Tangkai kendali
2.
Corong pemasukan (hopper)
3.
Roda penggerak
4.
Pengatur penjatuhan pupuk
5.
Pembuka alur
6.
Penutup alur
7.
Saluran pupuk
Kegunaan
dari tiap-tiap alat adalah:
1.
Tangkai kendali : gunanya untuk
mengendalikan alat supaya jalannya
1.
lurus
2.
Corong Pemasukan : berguna untuk
menyalurkan pupuk tanah.
3.
Roda penggerak : berguna untuk
memudahkan jalannya alat dan
4.
sebagai sumber tenaga pemutar bagian
”pengatur” jatuhnya pupuk.
5.
Pengatur penjatuhan pupuk : berguna
untuk menentukan jumlah
6.
pupuk yang dikeluarkan/dijatuhkan ke
atas tanah.
6.
Pembuka alur : berguna untuk membuka
tanah yang akan ditempati
7.
pupuk.
7.
Saluran pupuk : berguna untuk
menyalurkan pupuk agar diperoleh
8.
ketepatan penjatuhan pupuk diatas tanah.
Cara kerja alat ini:
Tampak dari
dekat penebar taburan, memperlihatkan sirip pelempar
Konsep dasar pengoperasian penebar benih
cukup sederhana. Bahan ditempatkan di hopper dan diposisikan di atas cakram
pemutar horisontal. Cakramnya memiliki tiga hingga empat sirip yang terpasang
untuk melempar butiran yang jatuh dari hopper.[7] Hopper umumnya terbuat dari plastik, baja, atau baja tahan karat. Penggunaan
baja tahan karat diperlukan ketika pupuk yang digunakan bersifat korosif dan mampu merusak plastik.
Mekanisme lainnya adalah dengan
memanfaatkan pergerakan rotor horisontal yang memiliki banyak jari. Jari-jari
tersebut "memukul" bahan curah hingga terlempar ke belakang hopper. Mekanisme ini
umumnya digunakan di penebar kotoran ternak.
Kedua, pengamatan dan cara
menggunakan alat Knapsack Sprayer.umumnya Knapsack Sprayer adalah salah satu jenis Sprayer untuk keperluan pertanian. jenis
sprayer, yakni knapsack
sprayer, motor sprayer, dan CDA
sprayer.
gambar
Knapsack
sprayer atau dikenal dengan alat
semprot punggung. Sprayer ini paling umum
digunakan oleh petani hampir di semua areal pertanian padi, sayuran, atau
diperkebunan. Adapun bagian-bagian beserta fungsi dari masing-masing komponen Knapsack
Sprayer tersebut adalah:
1.
Tangki (tank). Merupakan tempat
herbisida atau larutan lainnya diisikan. Volumenya dapat berbeda-beda
tergantung dengan tipe dari sprayer masing-masing. Dari bahan plat tahan karat,
untuk menampung cairan.
2.
Pengaduk (agitator). Untuk mengaduk
larutan herbisida yang ada di dalam tangki. Pengadukan dimaksukan agar suspensi
atau campuran larutan herbisida dapat tersebar merata dan tidak mengendap,
sehingga tidak menyumbat nozzle.
3.
Unit pompa (pump). Yang terdiri dari
silinder pompa, dan piston dari kulit. Untuk memberikan tekanan kepada larutan
herbisida, sehingga larutan dapat dikeluarkan dari tangki dan mengalir melalui
selang dan keluar pada nozzle.
4.
Pengatur tekanan (pressure gauge). Untuk
mengatur tekanan terhadap besar kecilnya volume cairan yang dikeluarkan, sesuai
dengan kebutuhan.
5.
Saringan (strainer). Untuk menyaring
larutan yang akan dimasukkan ke dalam tangki. Hal ini dilakukan supaya tidak
ada zat lain yang terikut sehingga dapat merusak dan menyumbat nozzle.
6.
Penutup. Untuk menutup tangki, supaya
pada saat dikerjakan tidak tumpah dan untuk menjaga tekanan udara di dalam
tangki.
7.
Tangkai pompa untuk memompa cairan.
8.
Saluran penyemprot terdiri dari kran,
selang karet, katup serta pipa yang bagian ujungnya dilengkapi nozel.
9.
Sabuk penggendong digunakan untuk
menyandang sprayer pada punggung.
10.
Selang karet. Untuk menyalurkan larutan
dari tangki ke nozzle.
11.
Piston pompa. Katup pengatur aliran
cairan keluar dari tangki.
12.
Katup pengendali aliran cairan
bertekanan yang ke luar dari selang karet.
13.
Laras pipa penyalur aliran cairan
bertekanan dari selang menuju ke nosel.
14.
Nozel untuk memecah cairan menjadi
partikel halus dan memperhalus larutan yang dikeluarkan pada saat penyemprotan,
sehingga dihasilkan daya jangkau yang luas dan merata. Fungsi utama nozzle
adalah memecah (atomisasi) larutan semprot menjadi butiran semprot (droplet).
Fungsi
lainnya dari nozzle adalah :
1.
Menentukan ukuran butiran semprot
(droplet size)
2.
Mengatur flow rate (angka curah)
3.
Mengatur distribusi semprota, yang
dipengaruhi oleh Pola semprotan, Sudut semprotan, dan Lebar semprotan Nozzle
sprayer (knapsack sprayer) pertanian selama ini dikenal dengan tipe, yaitu cone
nozzle (nozzle kerucut), flat fan nozzle (nozzle kipas) , even flat nozzle,
nozzle polijet, dan nozzle lubang empat.
1)
Cone nozzle
(nozzle kerucut)
Solid
cone nozzle menghasilkan semprotan halus. Pola semprotan berbentuk bulat
(kerucut). Terdiri dari 2 tipe, yaitu zolid/full cone nozzle dan Hollow cone
nozzle. Solid cone nozze pola semprotan bulat penuh berisi, sedangkan hollow
cone nozzle menghasilkan semprotan berbentuk kerucut bulat kosong. Digunakan
terutama untuk aplikasi insektisida dan fungisida.
2)
Flat Fan
Nozzle (nozzle kipas standar)
Flat
fan nozzle menghasilkan pola semprotan berbentuk oval (V) atau bentuk kipas
dengan sudut tetap (65o – 95o). Untuk mendapatkan sebaran droplet yang merata
diusahakan melakukan penyemprotan dengan saling tumpang tindih (overlapping). Digunakan
terutama untuk aplikasi herbisida, tetapi bisa juga digunakan untuk fungisida
dan insektisida.
3)
Even Flat Fan
Nozzle (nozzle kipas rata)
Knapsack
sprayer kipas rataEven flat nozzle memiliki pola semprot berbentuk garis.
Butiran semprot tersebar merata. Pada tekanan rendah digunakan untuk aplikasi
herbisida pada barisan tanam atau antar barisan tanam. Pada tekanan tinggi,
digunakan untuk aplikasi insektisida pada pengendalian vektor. Ukuran butiran
semprot sedang hingga halus.
4)
Nozzle Polijet
Knapsack
sprayer nozzle polijetPola semprotan pada dasarnya berbentuk garis atau cerutu.
Butiran semprot agak kasar hingga kasar. Tidak atau sangat sedikit menimbulkan
drift dan hanya digunakan untuk aplikasi herbisida.
5)
Nozzle lubang
empat
Nozzle
ini menghasilkan pola semprotan berbentuk kerucut. Butiran semprot halus sampai
agak halus (tergantung tekanan). Flow rate tinggi (karena jumlah lubangnya
empat) karena itu cenderung boros. Umumnya digunakan untuk aplikasi insektisida
dan fungisida.
Prinsip kerjanya adalah larutan dikeluarkan dari
tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan
oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan
keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung
meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida
dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle
bidang sasaran semprot. Tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa diusahakan
konstant, yaitu sebesar 0,7 – 1,0 kg/cm2 atau 10-15 Psi. Tekanan sebesar itu
diperoleh dengan cara mempompa sebanyak 8 kali. Untuk menjaga tekanan tetap
stabil, pemompaan dilakukan setiap berjalan 2 langkah pompa harus digerakan
sekali naik-turun. Kapasitas tangki
knapsack sprayer bervariasi berkisar antara 13, 15, 18,
20 tergantung mereknya. Contoh knapsack sprayer antara lain Merek Solo, Hero,
CP 5, Matabi, Berthoud, dan PB.
Terakhir, mengamati dan mengenal serta cara
penggunaan Irigasi Tetes. Sistem
irigasi tetes di lapangan umumnya terdiri dari jalur utama, pipa pembagi,pipa
lateral, alat aplikasi dan sistem pengontrol. Irgasi tetes
merupakan salah satu jenis irigasi mikro. Menurut Wardi (2001), irigasi mikro
merupakan suatu sistem irigasi yang menggunakan air secara efisien dan bekerja
secara pasti, tetes demi tetes memenuhi kebutuhan setiap tanaman di suatu areal
kebun yang dapat diatur dalam luasan tertentu. Tersedianya sarana irigasi tetes
memungkinkan pemebrian air lebih teliti bahkan dapat dikombinasikan dengan
pemberian pupuk (Agus, F., E. Sumaini, dan N. Sutrisno, 2005).
Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes merupakan salah satu
alternatif. Misal sistem irigasi tetes adalah pada tanaman cabai.
Ketersediaan
sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air
irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan (groundwater)
melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan
informasi mengenai sebaran, volume dan kedalaman sumber air untuk mengembangkan
irigasi suplemen. Deteksi air bawah permukaan dapat
dilakukan dengan menggunakan Terameter.
Komponen-komponnnya:
1.
Unit utama (head unit)
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan
komponen pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup). Sistem
irigasi tetes tidak harus selalu menggunakan pompa untuk mengalirkan air ke
setiap pohon. Ada cara yang lebih simpel yaitu dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi. Cara ini cocok untuk sumber air yang lebih tinggi dari kebun.
Bahkan tinggi sumber air 1 m pun memungkinkan. Sistem gravitasi bisa lebih
menghemat biaya, petani tidak perlu membeli pompa untuk mengalirkan air ke
seluruh kebun. Namun jika hal tersebut sulit dilakukan karena medan sebaiknya
menggunakan pompa.
Instalasi irigasi tetes sistem gravitasi memerlukan tangki sebagai
penampung air, menara penopang tangki, kran, saringan (filter), pipa PVC,
sambungan pipa, dan pipa tetes (drip line) tempat air menetes ke setiap
akar tanaman. Sumber energi pompa hidram berasal dari tekanan tinggi akibat
fenomena pukulan air (water hammer) karena adanya perubahan kecepatan tiba-tiba
dari aliran air oleh penutupan katup, sehingga pompa ini tidak memerlukan
suplai energi dari luar seperti BBM atau listrik. Hal ini tentunya sangat baik
untuk mendukung pengembangan energi terbarukan (renewable energy) yang bebas
polusi.
Prinsip kerja pompa dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen seperti
pipa suplai , katup buang , katup masuk , tabung udara , dan pipa hantar.
Sistem kerja diawali aliran air dari sumber masuk melalui pipa suplai dan
keluar melalui katup buang. Naiknya kecepatan aliran akan mendorong katup buang
ke atas hingga tertutup dan menghentikan aliran air dari pipa suplai. Hal ini
menyebabkan terjadinya fenomena pukulan air sehingga tekanan naik secara
drastis. Kenaikan tekanan ini akan membuka katup masuk sehingga terjadi aliran
menuju pipa hantar.
2.
Pipa utama (main line)
Umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida
(PVC), galvanized steel atau besi cor dan berdiameter antara 7.5–25
cm. Pipa utama dapat dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah.
3.
Pipa pembagi (sub-main, manifold)
Dilengkapi dengan filter kedua yang
lebih halus (80-100 μm), katup selenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan
dan katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (high
density polyethylene) dan berdiameter antara 50 – 75 mm. Penyambungan pipa
pembagi–pipa utama dapat dibuat seperti yang ditunjukkan pada.
4.
Pipa Lateral
Merupakan pipa tempat dipasangnya
alat aplikasi, umumnya dari pipa polyethylene (PE) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7, berdiameter 8 – 20 mm dan dilengkapi dengan katup
pembuang. Penyambungan pipa lateral–pipa pembagi dapat dilakukan dengan
berbagai cara.
5.
Alat aplikasi (applicator, emission device)
Alat aplikasi terdiri dari penetes (emitter),
pipa kecil (small tube, bubbler) dan penyemprot kecil (micro
sprinkler) yang dipasang pada pipa lateral. Alat aplikasi terbuat dari
berbagai bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan sebagainya.
F.
KESIMPULAN
Dengan
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.
alat penebaran pupuk (fertilizer spreader) di gunakan untuk
menyebarkan pupuk butiran.
2.
Knapsack
sprayer digunakan
oleh petani hampir di semua areal pertanian padi, sayuran, atau diperkebunan.
3.
Nozel untuk memecah cairan menjadi
partikel halus dan memperhalus larutan yang dikeluarkan pada saat penyemprotan,
sehingga dihasilkan daya jangkau yang luas dan merata. Dengan tipe, yaitu cone
nozzle (nozzle kerucut), flat fan nozzle (nozzle kipas) , even flat nozzle,
nozzle polijet, dan nozzle lubang empat.
4.
Irigasi Tetes untuk
penggunaan air yang lebih efisien.
Bafdal, N.
2012.Pengantar Teknologi Industri Pertanian. Bandung: Unpad Press.
Daywin, F. J., et al.2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di
Lahan Kering. Yogyakarta: Creata LPPM.
Hardjosentono, et al. 1996.Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta:
Bumi Aksara
Kartasapoetra, dan Sutedjo, M. M. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian
Irigasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Smith, Harris dan Lambert Wilkes. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani Edisi Keenam.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suprayogo, D. 2002. Audit Sistem Irigasi.http://sugeng.lecture.ub.ac.id /files/2011/03/Audit-Irrigasi_F
EmoticonEmoticon