Saturday, October 22, 2016

laporan dasar dasar agronomi (dasgron) Acara 5 PENGAMATAN PERTUBUHAN VEGETATIF TANAMAN

Tags



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Selama pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman akan membentuk berbagai macam organ. Secara umum, organ tanaman terdiri dari organ vegetatif dan organ generatif. Akar, batang, dan daun dikelompokkan sebagai organ vegetatif, sedangkan bunga, buah, dan biji digolongkan sebagai organ generatif. Organ-organ vegetatif akan terbentuk lebih awal dibandingkan organ-organ generatif. Fase dimana tanaman hanya membentuk organ-organ vegetatif disebut fase pertumbuhan vegetatif.
Pertumbuhan vegetatif dicirikan dengan berbagai aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berhubungan dengan pembentukan dan pembesaran daun, pembentukan meristem apikal atau lateral dan pertumbuhannya menjadi cabang-cabang, dan ekspansi sistem perakaran tanaman. Pertumbuhan generatif atau pertumbuhan reproduktif dimulai dengan pembentukan bunga. Bunga kemudian berkembang menjadi buah. Biji terbentuk bersama dengan perkembangan buah. Pada beberapa spesies, bunga mulai terbentuk hanya dalam waktu beberapa bulan setelah ditanam. Kelompok tanaman ini secara agronomis digolongkan sebagai tanaman semusim. Pada beberapa spesies lainnya, bunga baru terbentuk setelah tanaman berumur beberapa tahun. Pada tanaman duku (Lansium domesticum) yang diperbanyak secara generatif, bunga terbentuk setelah tanaman berumur lebih dari 5 tahun. Kelompok tanaman yang berbunga setelah berumur beberapa tahun digolongkan pada tanaman tahunan.Beberapa spesies tanaman hanya akan memasuki fase pertumbuhan generatif jika mendapat perlakuan lama penyinaran (panjang hari tertentu) atau suhu rendah.

1.2         Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan teknik pengukuran organ vegetatif tanaman sebagai indikator pertumbuhan tanaman.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan vegetatif dan generatif adalah proses penting dalam siklus hidup setiap jenis tumbuhan. Pertumbuhan vegetatif adalah pertambahan volume, jumlah, bentuk dan ukuran organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan akar yang dimulai dari terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal terbentuknya organ generatif. Sedangkan pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan organ generatif yang dimulai dengan terbentuknya primordia bunga hingga buah masak. Kedua proses dan fase pertumbuhan ini ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, tempat tumbuh tanaman (Humphries dan Wheeler, 1963 in Gardner, et. al., 1985) sehingga terdapat perbedaan masa dan fase antar jenis, varietas dan lingkungan yang berbeda.
Pada tanaman semusim, fase vegetatif dan generatif hanya berlangsung selama setahun atau semusim sedangkan pada tanaman tahunan fase ini dapat berlangsung sepanjang tahun atau bergantian secara periodik selama tahunan. Dengan demikian studi kedua fase ini penting dalam konservasi,penelitian dan pengembangan jenis tumbuhan, termasuk tumbuhan obat. Dari sini akan dapat ditentukan masa tanam, pemeliharaan, pola tanam, karapatan populasi, pengendalian jasad pengganggu dan masa panen secara optimal.
Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Fase ini
berhubungan dengan 3 proses penting; (1) pembelahan sel, (2) pemanjangan sel, dan (3) tahap awal dari diferensiasi sel (Harjadi, 1989).
Pembelahan sel terjadi pada pembuatan sel-sel baru. Sel-sel baru ini memerlukan karbohidrat dalam jumlah yang besar, karena dindingdindingnya terbuat dari selulosa dan protoplasmanya kebanyakan terbuat dari gula. Jadi, bila faktor-faktor lain dalam keadaan favorabel, laju pembelahan sel tergantug pada persediaan karbohidrat yang cukup. Seperti telah dinyatakan di muka, pembelahan sel terjadi dalam jaringanjaringan meristematik pada titik-titik tumbuh batang dan ujung-ujung akar, dan pada kambium. Karena itu, jaringan-jaringan ini harus dilengkapi dengan pangan yang dibentuk, hormon-hormon dan vitamin vitamin dengan tujuan untuk membuat sel-sel baru.
Pemanjangan sel terjadi pada pembesaran sel-sel baru tersebut. Proses ini membutuhkan (1) pemberian air yang banyak, (2) adanya hormon tertentu yang memungkinkan dinding-dinding sel merentang, dan (3) adanya gula. Daerah pembesaran sel-sel berada tepat di belakang titik tumbuh. Kalau sel-sel pada daerah ini membesar, vakuola-vakuola yang besar terbentuk. Vakuola ini secara relatif mengisap air dalam jumlah besar. Akibat dari absorpsi air ini dan adanya hormon perentang sel, selsel memanjang. Sebagai tambahan dari pertambahan besar sel, dindingdindingnya bertambah tebal, karena menumpuknya selulosa tambahan yang terbuat dari gula.
Tahap awal dari diferensiasi sel, atau pembentukan jaringan, terjadi pada perkembangan jaringan-jaringan primer. Perkembangannya memerlukan karbohidrat, seperti: penebalan dinding dari sel-sel pelindung pada epidermis batang dan perkembangan pembuluh-pembuluh kayu baik di batang maupun di akar. Jadi kalau suatu tanaman membuat sel-sel baru, pemanjangan sel-sel tersebut, dan penebalan jaringan-jaringan, sebenarnya mengembangkan batang, daun dan sistem perakarannya. Kalau laju pembelahan sel dan perpanjangannya serta pembentukan jaringan berjalan cepat, pertumbuhan batang, daun dan akar juga berjalan cepat. Sebaliknya, bila laju pembelahan sel lambat, pertumbuhan batang,
daun dan perakaran dengan sendirinya lambat juga. Karena pembelahan, pembesaran dan pembentukan jaringan memerlukan persediaan karbohidrat dan karena karbohidrat dipergunakan dalam proses-proses ini, perkembangan batang, daun dan akar memerlukan pemakaian karbohidrat. Jadi dalam fase vegetatif dari suatu perkembangan, karbohidrat dipergunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknya.
Pengukuran tanaman kangkung meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun. Ukuran tinggi tanaman dari pangkal batang/ permukaan tanaman hingga ujung daun tertinggi dengan menguncupkan tanaman secara vertical. Menghitung jumalah seluruh daun yang berwarna hijau dan telah membuka sempurna pada setiap tanaman sampel (Marakati et al. 2015).
Pembentukan daun dipengaruhi oleh penyerapan dan ketersediaan unsur hara,
terutama unsur hara makro. Unsur nitrogen sangat berperan dalam pembentukan daun dan
unsur K yang berperan untuk meningkatkan pembentukan bunga dan klorofil, meningkatkan pembentukan zat gula, meningkatkan pembentukan karbohidrat, mengatur membuka menutupnya stomata, meningkatkan daya serap air, meningkatkan kekuatan daun, meningkatkan pembesaran umbi dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Juanda dan Cahyono, 2000).



BAB III
METODELOGI

3.1.       Alat dan Bahan
Alat : 


1.             Kertas A4.
2.             Pena.
3.             Penggaris.
4.             Spedmeter
5.             Jangka Sorong


Bahan :
Tanaman kangkung

3.2.       Cara Kerja
Praktikum dilaksanakan dalam bentuk observasi deskriptif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman sebagai objek pengamatan yang dilakukan secara mandiri oleh setiap praktikum. Objek yang diamati berupa beberapa tanaman kangkung yang tersedia di laboratorium Agronomi. Langkah kerja pengamatan :
1.             Menyiapkan kertas, membuat tabel pengamatan untuk mencatat hasil pengamatan. Dan menulis identitas praktikum pada lembar kertas tersebut.
2.             Mengambil objek pengamatan yang utuh dari sebuah objek yang telah ada.
3.             Mengukur organ vegetatif dengan menghitung kehijaun daun (%), mengukur tinggi tanaman dan mengukur diameter batang dengan mengunakan jangka sorong.
4.              Kemudian, mencatat hasil yang telah di ukur dan exchange data.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan tanaman kangkung
No Sampel
Tinggi Tanaman
Kehijauan Daun
Diameter Batang
1
42 cm
29,6 %
0,36 mm
2
38,5 cm
41,9 %
0,33 mm
3
44 cm
37,5 %
0,46 mm
4
12 cm
37,5 %
0,33 mm
5
14 cm
37,1 %
0,48 mm
6
40 cm
38,7 %
0,51 mm
7
41 cm
28,9 %
0,32 mm
8
31 cm
40,1 %
0,16 mm
9
41,5 cm
34,8 %
0,40 mm
10
43 cm
39,8%
0,21 mm
11
45 cm
34,6 %
0,21 mm
12
43 cm
37,8 %
0,24 mm
13
34 cm
39,2 %
0,46 mm
14
45 cm
40,0 %
0,45 mm
15
50 cm
38,1 %
0,46 mm
16
40 cm
38,1 %
0,61 mm
17
40 cm
30,6 %
0,61 mm
18
36 cm
30,8 %
0,11 mm
19
49 cm
32,0 %
0,15 mm
20
42 cm
38,1 %
0,31 mm
21
41 cm
36,8 %
0,24 mm
Rata-rata
38,67 cm
38,13 %
0,35mm




4.2.       Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pertumbuhan tanaman kangkung dapat dilihat melalui pengukuran ketinggian batang, diameter batang dan kehijauan daun. Pengamatan kangkung menggunakan 21 sampel untuk megetahui pertumbuhan tanaman kangkung.
Tinggi tanaman kangkung yang paling rendah yang diamati adalah 12 cm dan yang paling tinggi adalah 50 cm dengan umur tanaman yang sama. Adanya perbedaan tinggi tanaman yang signifikan dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan unsur hara di sekitar tanaman.
Menghitung kehijaun daun menggunakan alat spedmeter dengan bagian yang diukur pangkal daun, tengah daun dan ujung daun. Dengan tingkat kehijauan daun (%) yang rendah pada pengamatan pratikan adalah 28,9 % dan yang tertinggi adalah 41,9 %. Tingkat kehijauan daun bisa dipengaruhi oleh klorofil yang terkandung didalamnya.
Mengukur diameter batang menggunakan alat jangka sorong dan diameter batang yang paling kecil pada pengamatan tanaman kangkung adalah 0,11 mm, dengan tanaman yang tertinggi adalah 0,61 mm.
Rata-rata tinggi tanaman kangkung yang didapat dari exchange data sebanyak 21 sampel adalah 38,67 cm, kehijauan daun didapat rata-ratanya adalah 38,13 %, dan untuk diameter batang tanaman kangkung adalah 0,35 mm.




BAB V
PENUTUP

5.1.       Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan:
1.             Pase vegetatif proses pentingnya ; pembelahan sel, pemanjangan sel, dan tahap awal dari diferensiasi sel.
2.             Pengukuran tanaman kangkung meliputi tinggi tanaman, tingkat kehijauan daun dan diameter batang.
3.             Tinggi tanaman kangkung rata-rata yang didapat adalah 38,67 cm.
4.             Kehijaun daun dengan rata-rata yang didapat adalah 38,13 %, serta
5.             Rata-rata diameter batang yang didapat adalah 0,35 mm.
6.              

6.1.       Saran
Praktikum yang dilakukan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, dan serius sehingga dapat membedakan karakteristik dari bahan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA

Handajaningsih, Merakati et al dan Turmidi, Edhi. 2015. Penuntun praktikum dasar-dasar agronomi. Bengkulu: Laboratorium Agronomi Universitas Bengkulu.
Harjadi, S.S. 1989. Dasar Dasar Hortikultura. Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Humphries,E.C. and A.W. Whheeler. 1963. Ann. Rev. Plants Physiol. 14 :385-410.
Juanda, D. dan B. Cahyono. 2000. Ubi jalar: budidaya dan analisis usaha tani. Kanisius. Yogyakarta. 92 pp.


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system