BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Selama pertumbuhan
dan perkembangannya, tanaman akan membentuk berbagai macam organ. Secara umum,
organ tanaman terdiri dari organ vegetatif dan organ generatif. Akar, batang,
dan daun dikelompokkan sebagai organ vegetatif, sedangkan bunga, buah, dan biji
digolongkan sebagai organ generatif. Organ-organ vegetatif akan terbentuk lebih
awal dibandingkan organ-organ generatif. Fase dimana tanaman hanya membentuk
organ-organ vegetatif disebut fase pertumbuhan vegetatif.
Pertumbuhan vegetatif
dicirikan dengan berbagai aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
berhubungan dengan pembentukan dan pembesaran daun, pembentukan meristem apikal
atau lateral dan pertumbuhannya menjadi cabang-cabang, dan ekspansi sistem
perakaran tanaman. Pertumbuhan generatif atau pertumbuhan reproduktif dimulai
dengan pembentukan bunga. Bunga kemudian berkembang menjadi buah. Biji terbentuk
bersama dengan perkembangan buah. Pada beberapa spesies, bunga mulai terbentuk
hanya dalam waktu beberapa bulan setelah ditanam. Kelompok tanaman ini secara
agronomis digolongkan sebagai tanaman semusim. Pada beberapa spesies lainnya,
bunga baru terbentuk setelah tanaman berumur beberapa tahun. Pada tanaman duku
(Lansium domesticum) yang diperbanyak secara generatif, bunga terbentuk
setelah tanaman berumur lebih dari 5 tahun. Kelompok tanaman yang berbunga
setelah berumur beberapa tahun digolongkan pada tanaman tahunan.Beberapa
spesies tanaman hanya akan memasuki fase pertumbuhan generatif jika mendapat
perlakuan lama penyinaran (panjang hari tertentu) atau suhu rendah.
1.2
Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan teknik pengukuran organ vegetatif tanaman sebagai
indikator pertumbuhan tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan vegetatif dan
generatif adalah proses penting dalam siklus hidup setiap jenis tumbuhan.
Pertumbuhan vegetatif adalah pertambahan volume, jumlah, bentuk dan ukuran
organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan akar yang dimulai dari
terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal terbentuknya organ
generatif. Sedangkan pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan organ generatif
yang dimulai dengan terbentuknya primordia bunga hingga buah masak. Kedua
proses dan fase pertumbuhan ini ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan,
tempat tumbuh tanaman (Humphries dan Wheeler, 1963 in Gardner, et. al.,
1985) sehingga terdapat perbedaan masa dan fase antar jenis, varietas dan
lingkungan yang berbeda.
Pada tanaman semusim, fase vegetatif dan generatif hanya
berlangsung selama setahun atau semusim sedangkan pada tanaman tahunan fase ini
dapat berlangsung sepanjang tahun atau bergantian secara periodik selama
tahunan. Dengan demikian studi kedua fase ini penting dalam konservasi,penelitian
dan pengembangan jenis tumbuhan, termasuk tumbuhan obat. Dari sini akan dapat
ditentukan masa tanam, pemeliharaan, pola tanam, karapatan populasi,
pengendalian jasad pengganggu dan masa panen secara optimal.
Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun
dan batang baru. Fase ini
berhubungan dengan 3 proses penting;
(1) pembelahan sel, (2) pemanjangan sel, dan (3) tahap awal dari diferensiasi sel
(Harjadi, 1989).
Pembelahan sel terjadi
pada pembuatan sel-sel baru. Sel-sel baru ini memerlukan karbohidrat dalam
jumlah yang besar, karena dindingdindingnya terbuat dari selulosa dan
protoplasmanya kebanyakan terbuat dari gula. Jadi, bila faktor-faktor lain
dalam keadaan favorabel, laju pembelahan sel tergantug pada persediaan
karbohidrat yang cukup. Seperti telah dinyatakan di muka, pembelahan sel
terjadi dalam jaringanjaringan meristematik pada titik-titik tumbuh batang dan
ujung-ujung akar, dan pada kambium. Karena itu, jaringan-jaringan ini harus
dilengkapi dengan pangan yang dibentuk, hormon-hormon dan vitamin vitamin dengan
tujuan untuk membuat sel-sel baru.
Pemanjangan sel
terjadi pada pembesaran sel-sel baru tersebut. Proses ini
membutuhkan (1) pemberian air yang banyak, (2) adanya hormon tertentu yang
memungkinkan dinding-dinding sel merentang, dan (3) adanya gula. Daerah
pembesaran sel-sel berada tepat di belakang titik tumbuh. Kalau sel-sel pada
daerah ini membesar, vakuola-vakuola yang besar terbentuk. Vakuola ini secara
relatif mengisap air dalam jumlah besar. Akibat dari absorpsi air ini dan adanya
hormon perentang sel, selsel memanjang. Sebagai tambahan dari pertambahan besar
sel, dindingdindingnya bertambah tebal, karena menumpuknya selulosa tambahan
yang terbuat dari gula.
Tahap awal dari
diferensiasi sel, atau pembentukan jaringan,
terjadi pada perkembangan jaringan-jaringan primer. Perkembangannya memerlukan
karbohidrat, seperti: penebalan dinding dari sel-sel pelindung pada epidermis
batang dan perkembangan pembuluh-pembuluh kayu baik di batang maupun di akar.
Jadi kalau suatu tanaman membuat sel-sel baru, pemanjangan sel-sel tersebut, dan
penebalan jaringan-jaringan, sebenarnya mengembangkan batang, daun dan sistem
perakarannya. Kalau laju pembelahan sel dan perpanjangannya serta pembentukan jaringan
berjalan cepat, pertumbuhan batang, daun dan akar juga berjalan cepat.
Sebaliknya, bila laju pembelahan sel lambat, pertumbuhan batang,
daun dan perakaran dengan
sendirinya lambat juga. Karena pembelahan, pembesaran dan pembentukan jaringan
memerlukan persediaan karbohidrat dan karena karbohidrat dipergunakan dalam
proses-proses ini, perkembangan batang, daun dan akar memerlukan pemakaian karbohidrat.
Jadi dalam fase vegetatif dari suatu perkembangan, karbohidrat
dipergunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat
yang dibentuknya.
Pengukuran
tanaman kangkung meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun. Ukuran
tinggi tanaman dari pangkal batang/ permukaan tanaman hingga ujung daun
tertinggi dengan menguncupkan tanaman secara vertical. Menghitung jumalah
seluruh daun yang berwarna hijau dan telah membuka sempurna pada setiap tanaman
sampel (Marakati et al. 2015).
Pembentukan daun
dipengaruhi oleh penyerapan dan ketersediaan unsur hara,
terutama unsur hara makro. Unsur
nitrogen sangat berperan dalam pembentukan daun dan
unsur K yang berperan untuk
meningkatkan pembentukan bunga dan klorofil, meningkatkan pembentukan zat gula,
meningkatkan pembentukan karbohidrat, mengatur membuka menutupnya stomata, meningkatkan
daya serap air, meningkatkan kekuatan daun, meningkatkan pembesaran umbi dan meningkatkan
daya tahan terhadap penyakit (Juanda dan Cahyono, 2000).
BAB III
METODELOGI
3.1. Alat dan Bahan
Alat :
1.
Kertas A4.
2.
Pena.
3.
Penggaris.
4.
Spedmeter
5.
Jangka Sorong
Bahan :
Tanaman kangkung
3.2. Cara Kerja
Praktikum dilaksanakan dalam bentuk
observasi deskriptif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman sebagai objek
pengamatan yang dilakukan secara mandiri oleh setiap praktikum. Objek yang
diamati berupa beberapa tanaman kangkung yang tersedia di laboratorium
Agronomi. Langkah kerja pengamatan :
1.
Menyiapkan kertas, membuat tabel
pengamatan untuk mencatat hasil pengamatan. Dan menulis identitas praktikum
pada lembar kertas tersebut.
2.
Mengambil objek pengamatan yang utuh
dari sebuah objek yang telah ada.
3.
Mengukur organ vegetatif dengan
menghitung kehijaun daun (%), mengukur tinggi tanaman dan mengukur diameter
batang dengan mengunakan jangka sorong.
4.
Kemudian,
mencatat hasil yang telah di ukur dan exchange data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan tanaman kangkung
No Sampel
|
Tinggi Tanaman
|
Kehijauan Daun
|
Diameter Batang
|
1
|
42 cm
|
29,6 %
|
0,36 mm
|
2
|
38,5 cm
|
41,9 %
|
0,33 mm
|
3
|
44 cm
|
37,5 %
|
0,46 mm
|
4
|
12 cm
|
37,5 %
|
0,33 mm
|
5
|
14 cm
|
37,1 %
|
0,48 mm
|
6
|
40 cm
|
38,7 %
|
0,51 mm
|
7
|
41 cm
|
28,9 %
|
0,32 mm
|
8
|
31 cm
|
40,1 %
|
0,16 mm
|
9
|
41,5 cm
|
34,8 %
|
0,40 mm
|
10
|
43 cm
|
39,8%
|
0,21 mm
|
11
|
45 cm
|
34,6 %
|
0,21 mm
|
12
|
43 cm
|
37,8 %
|
0,24 mm
|
13
|
34 cm
|
39,2 %
|
0,46 mm
|
14
|
45 cm
|
40,0 %
|
0,45 mm
|
15
|
50 cm
|
38,1 %
|
0,46 mm
|
16
|
40 cm
|
38,1 %
|
0,61 mm
|
17
|
40 cm
|
30,6 %
|
0,61 mm
|
18
|
36 cm
|
30,8 %
|
0,11 mm
|
19
|
49 cm
|
32,0 %
|
0,15 mm
|
20
|
42 cm
|
38,1 %
|
0,31 mm
|
21
|
41 cm
|
36,8 %
|
0,24 mm
|
Rata-rata
|
38,67 cm
|
38,13 %
|
0,35mm
|
4.2. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pertumbuhan
tanaman kangkung dapat dilihat melalui pengukuran ketinggian batang, diameter
batang dan kehijauan daun. Pengamatan kangkung menggunakan 21 sampel untuk
megetahui pertumbuhan tanaman kangkung.
Tinggi tanaman kangkung yang paling rendah yang diamati adalah 12 cm dan
yang paling tinggi adalah 50 cm dengan umur tanaman yang sama. Adanya perbedaan
tinggi tanaman yang signifikan dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan
unsur hara di sekitar tanaman.
Menghitung kehijaun daun menggunakan alat spedmeter dengan bagian yang
diukur pangkal daun, tengah daun dan ujung daun. Dengan tingkat kehijauan daun
(%) yang rendah pada pengamatan pratikan adalah 28,9 % dan yang tertinggi
adalah 41,9 %. Tingkat kehijauan daun bisa dipengaruhi oleh klorofil yang
terkandung didalamnya.
Mengukur diameter batang menggunakan alat jangka sorong dan diameter batang
yang paling kecil pada pengamatan tanaman kangkung adalah 0,11 mm, dengan
tanaman yang tertinggi adalah 0,61 mm.
Rata-rata
tinggi tanaman kangkung yang didapat dari exchange data sebanyak 21 sampel
adalah 38,67 cm, kehijauan daun didapat rata-ratanya adalah 38,13 %, dan
untuk diameter batang tanaman kangkung adalah 0,35 mm.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil
praktikum kali ini dapat disimpulkan:
1.
Pase vegetatif proses
pentingnya ; pembelahan sel, pemanjangan sel, dan tahap awal dari diferensiasi
sel.
2.
Pengukuran tanaman kangkung meliputi
tinggi tanaman, tingkat kehijauan daun dan diameter batang.
3.
Tinggi tanaman kangkung rata-rata
yang didapat adalah 38,67 cm.
4.
Kehijaun daun dengan rata-rata yang
didapat adalah 38,13 %, serta
5.
Rata-rata diameter batang yang
didapat adalah 0,35 mm.
6.
6.1. Saran
Praktikum yang dilakukan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, dan serius
sehingga dapat membedakan karakteristik dari bahan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Handajaningsih, Merakati et al dan Turmidi, Edhi.
2015. Penuntun praktikum dasar-dasar agronomi. Bengkulu: Laboratorium Agronomi
Universitas Bengkulu.
Harjadi, S.S. 1989. Dasar Dasar
Hortikultura. Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Humphries,E.C. and A.W. Whheeler.
1963. Ann. Rev. Plants Physiol. 14 :385-410.
Juanda, D. dan B. Cahyono. 2000.
Ubi jalar: budidaya dan analisis
usaha tani. Kanisius. Yogyakarta.
92 pp.
EmoticonEmoticon