Thursday, June 16, 2016

Laporan Pratikum Fisiologi Tumbuhan: Hubungan Air dan Tanaman

Tags



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tanaman. Saalh satu fungsi air bagi tanaman adalah untuk mengatur suhu tubuh tanaman mlalui proses trasfirasi. Ketika tanaman menerima sinar matahari, tanaman dapat memproduksi pangan melalui proses fotosintesis. Namun demikian, selain memberikan manfaat bagi tanaman melalui porses fotosintesis, cahaya matahari juga menyebabkan meningkatnya suhu tanaman. . Agar peningkatan suhu oleh sinar matahari tidak mencapai tingkat yang membahayakan bagi tanaman, maka tanaman mengatur suhu tubuhnya melalui proses tanspirasi. Pada transpirasi, air keluar dari tubuh tanaman melalui stomata. Bersamaan dengan keluarnya air, terjadi pembuangan energy panas dari tubuh tanaman. Dengan demikian taman dapat menjaga suhu tubuhnya pada tingkat yang aman secara fisilogis. Jika pembuangan energy melalui transpirasi ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka akan terjadi penumpukan energy panas pada tubuh tanaman. Hal ini sangat berbahaya bagi  tanaman karena suhu yang terlalu tinggi pada tubuh tanaman dapat menyebabka rusaknya organ sel, sel, dan jaringan tanaman. Di dalam tubuh tanaman, air bergerak melalui sebuah jaringan pengangkut. 

1.2.       Tinjauan Pustaka
Di muka bumi ini, air merupakan bahan yang paling kerap ditemui terutama dalam bentuk cair. Walau bagaimanapun, terdapat juga kuantiti air yang besar yang wujud dalam bentuk gas (uap) di atmosfer dan dalam bentuk pepejal. Molekul air boleh diuraikan kepada unsur asas dengan mengalirkan arus elektrik melaluinya. Proses ini yang dikenali sebagai elektrolisis menguraikan dua atom hidrogen menerima elektron dan membentuk gas H2 pada katod sementara empat ion OH- bergabung dan membentuk gas O2 (oksigen) pada anod. Gas-gas ini membentuk buih dan boleh dikumpulkan air juga merupakan bahan pelarut semesta. Ini disebabkan molekul air terdiri daripada dua atom hidrogen bergabung dengan satu atom oksigen pada sudut 105 darjah antara keduanya. Struktur ini menjadikan molekul air mempunyai caj positif di sebelah atom hidrogen dan negatif di sebelah atom oksigen. Oleh yang demikian, molekul air adalah dwi kutub (Dwidjoseputro, D. 1994).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air. Dalam keadaan ini jumlah air yang disimpan di dalam tanah, jadi merupakan jumlah air maksimum disebut Kapasitas Penyimpanan Air Maksimum. Selanjutnya, jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Lukman , 1997).
Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan hidrogen. Pada saat itu berada dalam wujud cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh, kekuatannya hanya sekitar seperduapuluh dari kekuatan ikatan kovalen. Ikatan-ikatan tersebut terbentuk, terpisah, dan terbentuk kembali dengan sangat cepat. Tiap ikatan hidrogen hanya mampu beberapa piko detik, tetapi molekul-molekulnya secara terus-menerus membentuk ikatan baru dengan pasangan penggantinya. Oleh karenanya, dalam waktu yang singkat, sejumlah tertentu dari seluruh molekul air akan berikatan dengan molekul tetangganya, membuat molekul air lebih teratur dibanding cairan lainnya. Secar keseluruhan, ikatan hidrogen menyatukan substansi tersebut, suatu fenomena yang disebut kohesi (Campbell, dkk, 2002).
Pada tumbuhan, kohesi yang terjadi karena adanya ikatan hidrogen berperan pada pengangkutan (transpor) air yang melawan gravitasi. Air mencapai daun melalui pembuluh-pembuluh mikroskopik yang menjulur ke atas dari akar. Air yang menguap dari daun digantikan oleh air dari pembuluh dalam urat daun. Ikatan hidrogen menyebabkan molekul air yang keluar dari urat daun dapat menarik molekul air yang berada lebih jauh dalam pembuluh, dan tarikan ke depan tersebut akan terus ditransmisi sepanjang pembuluh sampai ke akar. Adhesi, melekatnya satu zat pada zat lain, juga berperan. Adhesi air pada dinding pembuluh membantu melawan gravitasi (Campbell, dkk, 2002).
Hal yang berkaitan dengan kohesi adalah tegangan permukaan, yaitu ukuran seberapa sulitnya permukaan suatu cairan diregang atau dipecahkan. Air memiliki tegangan permukaan yang lebih besar dibandingkan sebagian besar cairan lain. Tegangan permukaan air juga dapat membuat batu yang dilemparkan ke danau terapung selama beberapa saat di permukaan danau (Campbell, dkk, 2002).
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan kerja dibandingkan dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan atmosfer dan pada suhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau tekanan pada larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja (jadi, potensial-air larutan) juga meningkat (Salisbury dan Ross, 1995).
Tabung-tabung xylem yang kosong dan berkelanjutan ini memudahkan tugas xylem untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral sehingga tidak ada dari mereka yang tersangkut pada bagian-bagian sel tertentu (protoplasm). Selain itu, kehadiran lignin juga menguatkan tanaman agar ia tidak mudah roboh dan dapat berdiri tegak (Heddy. 1990).

1.3.       Tujuan
Mempelajari proses pengangkut air oleh jaringan tanaman.


BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1.       Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan meliputi ranting tanaman berkayu (ranting Alamanda) sepanjang 30 cm dan masih memiliki pucuk, air, dan gumpalan gum sebagai penutup jaringan tanaman.
Alat yang digunakan:

1.             Pisau
2.             Botol
3.             Gelas ukur


2.2.            Metode Pratikum
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu :
1.             Menyiapkan air yang cukup di dalam botol, masing-masing botol diisi dengan air sebanyak 1000 ml (1 liter). Setelah botol diisi lalu diberi tanda dengan.
2.             Menyiapkan 3 (tiga) potong tangkai tanaman bunga alamanda yang masih mempunyai banyak daun sepanjang 30 cm. Lalu, membawa potongan tangkai ke ember berisi air.
3.             Memotong dan membuang bagian dasar tangkai daun (kira-kira 5 cm dari pangkal). Sisakan 5 daun pada tangkai yang akan digunakan.
4.             Mengupas pada kulit batang tangkai kira-kira 3 cm dari bawah, mengikis jaringan floem dari kayu dan dibuang.
5.             Mensiapkan 3 tangkai daun dengan cara yang sama.
6.             Menutup jaringan xylem tangkai pertama dengan lanolin.
7.             Menutup jaringan floem tangkai kedua dengan lanolin.
8.             Membiarkan jaringan floem dan xylem terbuka pada tangkai ke tiga (sebagai kontrol).
9.             Memasukkan tangkai berdaun (7,8, dan 9) ke dalam botol yang berisi air (dan mengukur volume airnya).
10.         Menutup botol dengan menggunakan kapas, dilapisi plastic wrap agar tidak ada air yang bisa menguap lelalui botol.
11.         Secar peiodic, mengukur ketinggian air pada tiap-tiap botol, dan mengisi kembali botol dengan air hingga titik awal.
12.              Mencatat volume air yang digunakan untuk mengganti air yang hilang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Hasil Pengamatan
Tabel Hasli Pengamatan (hubungan air dan tanaman)
Perlakuan
Rata-rata air diserap pada hari ke-
Catatan Morfologi
7
14
21
7
14
21
Xylem ditutup
10 ml
15 ml
25 ml
32 daun 3 daun rontok
14 daun 1 kuncup
21 daun 3 kuncup
Phloem ditutup
5 ml
10 ml
20 ml
31 daun dan 4 rontok
12 daun 1 kuncup
17 daun 3 kuncup
Control (tidak ditutup)
10 ml
15 ml
20 ml
15 daun dan rontok 4 daun
8 daun
1 kuncup
12 daun 1 bunga 1 kuncup
Ket:
Untuk hari ke 0 (morfologi)
Xylem ditutup= 35 daun
Phloem ditutup= 31 daun, 1 tunas calon bunga
Control (tidak ditutup)= 19 daun, dan 4 kuncup bunga.

4.2.       Pembahasan
Sample pengamatan pada hari ke 0 di bedakan menjadi tiga perlakuan. Perlakuan pertama dengan menutup Xilem pada tanaman Alamanda. Perlakuan kedua Floem pada tanaman alamanda di tutup, dan yang terakhir sebagai kontrol tanaman alamanda hanya di kikis kulitnya tanpa di beri perlakuan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terlihat hasil dari rata-rata air yang diserap pada setiap perlakuan berbeda-beda. Gejala yang ditimbulkan pada tanaman tersebut juga terjadi, dari mulai daun yang menguning, gugur hingga tumbuh daun baru.
Perubahan morfologi yang dapat di amati pada perlakuan xilem di tutup, pada hari ke 0 memiliki jumlah daun 35,akar tidak ada. Hari ke tujuh pengamatan pada objek ini tampak perubahan morfologi tanaman sebagai berikut: jumlah daun menjadi 32 helai, belum nampak pertumbuhan akar, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 10 ml. Pengamatan pada hari ke empat belas dapat di amati bahwa tanaman memiliki jumlah daun menjadi 14 helai, bunga kuncup 1.Pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 15 ml. Pengamatan pada minggu ke tiga tanaman memiliki morfologi dengan jumlah daun 21 helai, bunga kuncup 3, pertumbuhan akar, dan pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 25 ml.
Perubahan morfologi yang dapat di amati pada perlakuan floem di tutup, pada hari ke 0 memiliki jumlah daun 31, pertumbuhan akar tidak ada. Hari ke tujuh pengamatan pada objek ini tampak perubahan morfologi tanaman jumlah daun 27, belum nampak pertumbuhan akar, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 5 ml. Pengamatan pada hari ke empat belas dapat di amati bahwa tanaman memiliki jumlah daun 12, bunga kuncup1, pertumbuhan akar mulai tampak, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 10 ml. Pengamatan pada minggu ke tiga tanaman memiliki morfologi dengan jumlah daun 17 helai, bunga kuncup 3, pertumbuhan akar, dan pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 20 ml.
Perubahan morfologi yang dapat di amati pada perlakuan control (tidak ditutup), pada hari ke 0 memiliki jumlah daun 19 helai, bunga kuncup 4, pertumbuhan akar tidak ada. Hari ke tujuh pengamatan pada objek ini tampak perubahan morfologi tanaman jumlah daun 15 helai, dan belum nampak pertumbuhan akar, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 10 ml. Pengamatan pada hari ke empat belas dapat di amati bahwa tanaman memiliki jumlah daun 8 helai, bunga kuncup 1, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 15 ml. Pengamatan pada minggu ke tiga tanaman memiliki morfologi dengan jumlah daun 12, jumlah bunga mekar 1, bunga kuncup 1, pertumbuhan akar, dan pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 20 ml.
Dengan demikian perlakuan pada setiap titik sample memengaruhi penyerapan air. Jumlah daun pada setiap tanaman akan mempengaruhi jumlah air yang di serap. Hal ini terjadi berkaitan dengan adanya daya tranfirasi dan evavorasi tanaman. Tamanan yang memiliki daun banyak akan melakukan transpirasi yang lebih tinggi di bandingkan tanaman yang memiliki daun yang lebih sedikit. Hal ini dapat kita cermati berdasarkan hasil pengamatan. Sample tanaman yang di tutup  xilemnya akan lebih sulit menumbuhkan daun kembali karena dalam penyerapan air terganggu. Tanaman yang kita tutup floem meskipun dalam penyerapan air pada hari ketujuh lebih sedikit, namun dalam regenerasi daun lebih cepat.  Perbandingan dapat kita cermati pada perlakuan kontrol, pada perlakuan ini seluruh aktivitas tanaman berkerja dengan baik.
  
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Proses pengangkutan air oleh tanaman di lakukan oleh Xilem. Perumbuhan pada tanamna yang xilemnya di tutup akan cenderung lebih lambat. hal ini terjadi karena pada tanaman ini akan kesulitan memenuhi kebutuhan air. Tanaman yang floemnya di tutup cenderung lebih cepat dalam meregenerasi bagian tumbuhan karena pemenuhan air terjadi dengan baik.

5.1.       Saran
Pratikan sulit menentukan hasil percobaan jika tida ada sampel atau panutan yang ada.
Jawaban Pertanyaan:
1.         Fungsi air bagi tanaman antara lain :
a.         sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman
b.         sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, dan differensi horison
c.         sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman.
d.         sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah.
e.         sebagai stabilisator temperatur tanah
f.          mempermudah dalam pengolahan tanah
2.         Pada pengangkutan ini, air akan masuk melalui sel epidermis akar kemudian bergerak di antara sel-sel korteks. Air harus melewati sitoplasma sel-sel endodermis untuk memasuki silinder pusat (stele). Setelah sampai di stele, air akan bergerak bebas di antara sel-sel. Cara transportasi dalam pengangkutan air dan mineral secara ekstravaskular ada dua macam, yaitu apoplas dan simplas.
3.         faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi terbagi menjadi dua, faktor dalam dan luar. Kalau faktor dalam antara lain : jumlah stomata tiap satuan luas permukaan, struktur anatomi daun, sel daun mempunyai osmotik tinggi. Sedangkan faktor luar antara lain : kelembaban udara, temperatur, kecepatan angin, cahaya, penyediaan air, aktivitas vital.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Grander, Pearce dan R.L. Mithell. 2002. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia.  Jakarta
Dwidjuseptutro, D. 1985. Penghantar Fisiologi Tumbuhan. Pt. Gremedia. Jakarta.
Heddy, S. Ir. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Lukman, Diah . 1997.Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Noggle, F.R dan G.J. Fritz.1979.Introductory Plant Physiology. Van Hostrand Rain Hold : New York
Salisbury, frank B dan Ross, Clean W. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. ITB. Bandung
 


EmoticonEmoticon

Disqus Shortname

Comments system